Monday, January 7, 2013

Lost In Ngawi, 30-31 Desember 2012 (Museum Trinil)

Tulisan ini adalah sub laporan Lost In Ngawi

Gerbang Trinil ini dari jalan raya seperti gerbang biasa saja dengan arsitektur khas kerajaan Majapahit (menurut saya) dengan tanpa tulisan apapun. Mungkin seharusnya diberi ucapan Selamat Datang di Museum Trinil, Kabupaten Ngawi. 

Gerimis rintik rintik masih juga menyapa kami begitu sampai di ticket box Museum Trinil yang berada sekitar 3 kilometer dari Jalan Raya Solo – Ngawi ini sementara jam tangan saya menunjukkan pukul 11.45. Untuk memasuki museum ini, kami berdua ‘hanya’ dikenakan 5K idr saja. Murah banget kan? Namun begitu saya tanya tiketnya, rupanya belum ada tiket. 
Ticket Box
Masih manual dengan mengisi buku tamu yang akhirnya saya diheranin sama petugas tiket karena saya dianggap berasal dari jauh, Semarang. Hehehe. Biasa aja kali mbak! Memarkir motor, bersih –bersih ditoilet dengan kondisi yang seadanya, dan kami siap berwisata!

Saya ingat pelajaran sejarah kelas satu SMP yang membahas tentang penemuan Phitecanthropus Erectus di Trinil oleh Eugene Dubois pada tahun 1890an. Saya masih ingat kata kunci untuk mengingat ini yaitu Pitridubois dan Megasavon. Pitridubois itu kepanjangan dari Phitecanthropus Erectus, Trinil, Eugene Dubois. Sedangkan Megasavon : Meganthropus Palaeo Javanicus, Sangiran, Von Koenigswald. Saya ingat dulu saya begitu antusias dan berapi – api tiap mengikuti pelajaran sejarah maupun geografi. (hehehe, curhat dikit lah!)
Begitu masuk, kami disambut dengan patung gajah purba (stegodon) dan sebuah Pendopo yang luas sekali. 
Stegodon n Me
Large Pendopo

Kemudian, museum berada di gedung bagian kiri tengah. Pintu museum dengan ornamen gading stegodon. 
Pintu masuk Museum
Museum ini sepi sekali. Koleksi koleksi yang ada antara lain fosil – fosil tengkorak manusia purba yang ditata sedemikian rupa dengan penjelasan mengenai penyebarannya di dunia. Kemudian fosil gading stegodon, dan fosil kerbau purba. 

Disana juga ada dua macam diorama suasana manusia purba dan koleksi koleksi lainnya adalah fosil gigi, dan tulang belulang binatang purba, serta kerang – kerang purba. Di tembok, juga ada penjelasan teori teori yang berusaha menjelaskan silsilah dan penyebaran manusia purba.

Masih di kompleks museum ini yang dekat dengan pagar menghadap ke sungai Bengawan Solo, dapat dijumpai sebuah monumen yang merupakan pertanda tempat pertamakali ditemukannya fosil manusia purba oleh Eugene Dubois. 
Disini Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba
Saya baru nyadar kalau ternyata Trinil ini menjadi terkenal pada waktu itu karena dianggap sangat berjasa dalam menjelaskan Teori Darwin dengan missing link nya. Phitecanthropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak ini seakan menjadi sambungan missing link tersebut dan pertama kali ditemukan didunia sampai ada tulisan di museum yang berbunyi Trinil Menjawab Dunia. Hebat! 
Trinil Menjawab Dunia!
Kami berwisata di Museum Trinil ini sekitar 1 jam. Kami juga menyempatkan membeli ojek yang disebut ‘pentol’ sembari makan menuju ke parkiran. Saya melihat beberapa fasilitas seperti taman bermain anak dan musholla yang kondisinya sepi. Mungkin karena hari ini gerimis. 

More pics :

Fosil gading stegodon
Diorama 1
Fosil tulang tulang hewan purba
Diorama 2
Suasana Museum
Suasana luar museum
Gerbang majapahit? hehehe
Oiya, selamat tahun baru ya!
Penyebaran Manusia Purba
 
 

 
Kembali ke Lost In Ngawi

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...