Monday, November 25, 2013

Menyewa Satu Theater di Bioskop Studio Plasa Singosaren Solo


Setelah sekian lama vakum dalam mensurvey bioskop non 21, akhirnya saya bersemangat kembali setelah diingatkan mas Tony, salah satu teman saya tentang bioskop Studio di Plasa Singosaren, Solo. Ya, meski saya sempat berkoar koar sudah mengunjungi semua bioskop non 21 se Jateng, saya lupa kalau ada satu yang ketinggalan.

Saya memang beberapa kali lewat depan pusat hape nya Solo tersebut. Bahkan pernah lewat sendiri juga dan sempat kepikiran untuk mampir. Tapi karena waktu yang tidak mendukung, jadwal tersebut selalu terulur ulur. Ditambah lagi, saya selalu berfikir bahwa bioskop tersebut pasti masih akan bertahan lama, jadi saya bakal bisa kesana kapan kapan. Rupanya perkiraan saya meleset setelah mendengar kalau bioskop dengan 3 layar tersebut kini sepi pengunjung. Klak klik googling, semakin khawatirlah saya karena menjumpai banyak referensi bahwa pusat perbelanjaan tersebut akan tutup kontrak pada Desember 2013. Setelah googling kesana kemari dan beberapa kali salah sambung, akhirnya saya menemukan nomer telepon kantor bioskop tersebut. Jawaban dari seberang sana membuat saya lega “masih buka”

Yup! Mumpung Tika sedang di Ungaran, akhirnya saya ajak sekalian ke Solo naik bus. Apalagi kalau bukan Royal Safari. Bis favoritnya Tika. Hehehe. Sesampainya di Kerten, kami sambung naik Damri AC. Bayar 7000 saja berdua dan turun pas di depan Plasa Singosaren. Betul sekali kata Tony, papan info filmnya kosong, tidak ada informasi film. Kamipun langsung masuk dan bergegas ke lantai III.
Papan Informasi Film
Pintu masuk bioskop
Suasana lobi bioskop ini masih cukup bagus. Yaa, hampir mirip lobi Citra 21 Semarang. Bedanya, penjual pop corn khas bioskop tidak ada. Etalase snack pun hanya terisi beberapa tanpa penjaga. Soal film, jangan ditanya. Setelah Solo membuka Solo Square XXI, jadwal film yang dulunya cukup update dan tayang di harian Suara Merdeka, kini menjadi sama sekali tidak update. Dan jadwal filmnya pun sudah tidak lagi tampil di koran Jawa Tengah itu.
Lobi

Kami pun langsung menghampiri loket yang bertuliskan Rp. 20,000 . Murah bener ya untuk hari Sabtu ini. Kami disambut oleh bapak bapak berkacamata.
Ticketing

“pak, filmnya itu ya?” tanya saya sembari melihat tiga poster film yang ada di belakangnya.
“iya mas. Mau nonton yang mana?”
“sekarang yang lagi main apa?”
“ini nih. Tapi nanti main semua kok”
“hm… nonton yang mana ya? Sembarang deh pak, kami hanya mau nyobain aja kok”
“ini aja. Splinter. Kalian nunggu sebentar lagi film dimulai”
“oke deh, saya beli dua tiket”
Bapak itu pun menyobek dua karcis manual berwarna pink. Tempat duduk tidak usah memilih. Nanti memilih sendiri pas di dalem theater.
“pak, saya boleh motret motret?”
“mau buat apa?”
“mau buat artikel pak”
“oke silahkan..”
Karcis

Dua karcis pun sudah ditangan, kami langsung menghampiri seorang mas mas penjaga tiket. Penjaganya duduk di sebuah pintu besar tempat masuk ke Studio 1, 2, dan 3. Tidak di masing masing pintu. Studio 1 dan 2 ada di bawah sedangkan studio 3 harus naik satu tingkat. Toiletnya meski model kuno, tapi tetep masih bersih.

Yes, kami langsung saja membuka tirai merah masuk ke Studio 1. Dan apa yang terjadi sodara sodara? Tidak ada satu orangpun yang sudah duduk menunggu film mulai. Hanya kami berdua. Yaa kami berdua. Bahkan sejak dilobi hingga ruang tunggu masuk theater, kami juga tidak menjumpai orang selain kami. Miris…

10 menit berlalu, masih saja kami hanya berdua di dalam sebuah ruangan dengan tempat duduk warna merah kira kira berjumlah 120. Modelnya sama sih seperti di Studio 21. Tapi konfigurasinya jalan masuknya di kiri kanan. Tidak di tengah. Pendingin udara sepertinya tidak bekerja. Kami cukup kepanasan juga di dalem. Ukuran layarnya juga sama dengan di 21. 5 menit kemudian, kami benar benar telah merasa menyewa satu ruang studio untuk kami tonton berdua. Saya tidak begitu kaget sih karena berdasarkan salah satu referensi di blog, saya bahkan pernah menjumpai seseorang yang menonton sendiri di dalam satu Studio disini.

Film dimulai. Saya toleh ke belakang, dua orang sedang mempersiapkan roll film pada proyektor tua. Maklum, proyektornya belum digital sehingga gambarnya juga tidak jernih. Sepanjang pemutaran, terdengar bunyi proyektornya “krtk krtk krtk…” tapi sound nya memang cukup bagus sih.
Layar

Di dalem studio, saya cek www.imdb.com dan ternyata film Splinter ini rilis tahun 2009. OmaiGad! Kami hanya bisa menikmati film horror ini dengan lapang dada karena kami sama sama belum pernah menonton. Filmnya sih sederhana saja. Yaitu terjebaknya tiga orang di sebuah mini market dan diluar telah hadir monster paku yang sanggup menginfeksi orang orang yang terkena darahnya.
Deretan kursi merah

Belum sampai selesai kami nonton, kira kira 45 menit kemudian kami keluar melalui pintu masuk yang sama. Begitu keluar Studio, kami jumpai seorang bapak yang saya rasa adalah salah satu proyeksionis yang mengetahui kami nonton di Studio 1. Dia bertanya kami mau kemana? Saya jawab saja mau keluar pak. Sudah cukup.
Ruang tunggu masuk studio

Ahh.. akhirnya… Studio 1,2,3 yang dahulu merupakan bioskop hebat ini kini hanya bisa bertahan seadanya. Mungkin karena persaingan dengan raksasa bioskop grup 21. Ditambah lagi, tidak lama lagi, Platinum Cineplex juga bakal hadir di Hartono Mall, dan XXI juga akan membuka layarnya di Solo Paragon. Keberadaan bioskop yang dikelola oleh Studio Theatre, CV ini sepertinya akan sangat terpinggirkan.

Credit :
Studio Theater, cv
Plasa Singosaren, Solo
Telp. (0271) 661467
Read More..

Tuesday, November 19, 2013

KTM dan UGM Inventarisasi Bangunan Cagar Budaya Kota Magelang

Magelang – Untuk pertamakalinya, Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) mengadakan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut bertujuan untuk menginventarisasi bangunan yang bisa dimasukkan sebagai Benda Cagar Budaya.

“Kami prihatin dengan langkah Pemerintah Kota yang beberapa waktu lalu hanya memasukkan 36 bangunan cagar budaya yang kondisinya juga tidak semuanya terawat. Padahal menurut analisis kami, jumlah bangunan cagar budaya ada sekitar 200-300 bangunan. Yang lebih ironis, penetapan Perda Cagar Budaya kemarin, kami dari komunitas tidak diundang. Untuk itu, kegiatan ini menjadi momentum bagi kami untuk menggugah para pemilik bangunan tua dan pemerintah agar lebih dapat melestarikan bangunan tua” ujar Bagus Priyana – koordinator KTM.
Kegiatan di hari pertama adalah workshop tentang pendataan heritage yang dimentori oleh tim Jurusan Arkeologi UGM, diantaranya Dr Mahirta MA dan Drs Musadad M Hum. Kegiatan yang berlangsung di Warung Makan Voor de Tidar tersebut akhirnya dilanjutkan dengan terjun langsung ke lapangan sehari kemudian.

Para peserta yang berjumlah sekitar 20 orang hasil seleksi ini mengambil titik start di Alon alon Magelang. Sebagai langkah awal, tim telah melakukan pendataan dan analisa beberapa bangunan diantaranya Masjid Agung, bangunan Jawa di tengah pemukiman arab, rumah kembar dan karesidenan.

Menjelang siang, tim bergerak ke Kantor Dispendukcapil Kabupaten Magelang. Ya, bangunan era kolonial ini masih tampak megah dan kokoh. Di depannya tertulis KABOEPATEN MAGELANG – KWEEKSCHOOLVOOR. “saya rasa, ini adalah dahulu merupakan sekolah yang ditujukan bagi siapa saja yang ingin belajar. Range usianya bisa dari 6-20 tahun. Semua bisa belajar disini” komentar Sally, salah satu peserta yang juga merupakan peserta student exchange dari Belanda.

Beruntung, tim diijinkan masuk untuk melihat Gereja tertua di Magelang. Berdasarkan catatan yang sebetulnya masih simpang siur, diduga GPIB yang terletak di sebelah utara alon-alon ini sudah ada sejak 1817. Pak Teguh, salah seorang pengurus gereja bercerita bahwa kursi majelis gereja, bangunan lantai 2 yang berada di sisi depan menghadap ke altar, yang kesemuanya dari kayu itu masih asli dan belum pernah diganti. Sampai sekarang kondisinya masih awet dan terawat. “yang menarik bagi saya adalah pintu tebal yang terbuat dari kayu ini masih asli sejak awal. Modelnya pintu berlapis dua, dengan sedikit ruangan diantara pintu tersebut. Ini adalah sistem peredam suara karena waktu itu jalanan di depan gereja selalu ramai.” Timpal Ryan, salah satu peserta.

Selain itu, tim juga melakukan penilaian di sebuah Gedung dengan arsitektur istimewa. Bagus Priyana menuturkan, bahwa selama ini gedung tersebut seringkali disebut gedung bundar. Memang, sekilas dilihat gedung tersebut tampak memiliki konstruksi lengkung lengkung yang cantik. “Sampai saat ini kami belum memiliki data primer yang valid yang dapat menjelaskan sejarah bangunan ini, tapi patut diduga, pada masanya bangunan ini adalah milik orang ternama. Dan kemungkinan digunakan sebagai villa. Dengan panorama yang indah menghadap ke Gunung Merapi-Merbabu, dan dengan bagian balkon yang terbuka, tentu bisa jadi mungkin, bagian balkon yang terbuka itu pada saatnya merupakan restoran” sambungnya.
Beberapa bangunan lain yang juga dilakukan penilaian adalah rumah china di kawasan pecinan dan bangunan Klenteng. Memang, untuk hari itu tim baru bisa melakukan pendataan dengan hasil yang masih sangat sedikit. Namun beberapa hari kedepan, pendataan akan terus dilanjutkan, sebagaimana penuturan Bagus Priyana di Kompas edisi Senin, (18/11).

Penilaian ini dilakukan dengan memenuhi beberapa unsur. Diantaranya adalah unsur fisik seperti gaya arsitektur, ornamen, eksterior dan interior, dan juga penyatuan sebagai landmark, atau juga kelanjutan gaya bangunan dari sebuah kawasan.

Selain itu, secara non fisik, bangunan dinilai dari sisi historisnya, apakah terkait dengan perjuangan bangsa, ataukah malah sebagai penentu sejarah bangsa. Semakin mendekati dengan sejarah perjuangan bangsa, maka bangunan tersebut nilainya akan semakin tinggi. “nantinya, hasil dari inventarisasi ini akan kami jadikan buku album. Disana nanti akan dilengkapi dengan caption ataupun deskripsi. Bangunan Cagar Budaya bisa memiliki nilai yang berbeda beda nantinya tergantung skoring. Bisa klasifikasi A, B, atua C. Semoga pertengahan bulan Desember nanti, buku sudah bisa kami rilis” ujar Pak Musadad. Lebih lanjut beliau menuturkan bahwa beliau senang acara ini dapat terlaksana dengan baik. Hal ini akan menjadi kerjasama yang baik, dimana dunia akademis dalam hal ini UGM yang telah memiliki teori, dapat mengaplikasikan secara langsung sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat dengan menggandeng sebuah komunitas. 

Foto dokumentasi :
Peserta yang pertamakali hadir. Tony, Novo, Windu

Suasana workhshop

teman workshop

pemberian cinderamata dari KTM kpd Dr Mahirta MA

Foto bersama setelah workshop

hari kedua. Briefing oleh pak Musadad

Penjelasan materi oleh H Jauhari : sebuah kotak sebelah kiri mihrab (dlm gambar) itu dahulunya merupakan tempat shalat khusus Bupati Magelang. Tahun pembuatannya diukir di salah satu sudur. 1797. Pada masa Danoeningrat III. Sekaligus renovasi pertama masjid Agung

Mimbar khotbah model timur tengah yang terpengaruh gaya india

H Jauhari

Pintu di rumah kembar kauman

Rumah Kembar, Jl. Diponegoro


dari dalam GPIB. Tempat duduk lantai II

Senerek Pak parto

Gedung Bundar


Rumah tua sekarang milik perusahaan kecap dan sambel pecel Kalkun. Kondisi sangat terawat. Lantai marmer

Rumah tionghoa. lokasi sebelah belakang KFC.  kondisi menghawatirkan

Kelenteng. Bangunan besar merupakan tambahan yang mengikuti gaya model lama dan menambah kekhasan bangunan..


Read More..

Monday, November 18, 2013

Design Bus Safari AC Lux - Legacy SR -1

Click to enlarge, Corel Draw 10 :)

Read More..

Tuesday, November 12, 2013

Platinum Cineplex Magelang (Coming Soon)

Magelang, yang dimasanya memiliki banyak bioskop akhirnya benar – benar kehilangan satu-satunya bioskop yang tersisa pada 11 November 2011 lalu. Ya, Magelang & Tidar, bioskop satu atap yang terletak di timur Alon alon Magelang, meski saat ini bangunannya masih tersisa, namun sudah berhenti total beroperasi.

Kebutuhan hiburan bioskop warga Magelang dan sekitarnya akhirnya hanya diakomodir oleh bioskop jaringan 21 yang terdekat berada di Jogja. Selain itu, meskipun agak jauh dari Magelang, kini telah hadir re-generasi dari bioskop Dieng Cinema Wonosbo yang pernah saya kupas disini.

Desas desus pembangunan bioskop modern yang menjadi satu dengan pusat perbelanjaan Armada Town Square sudah lama terdengar. Bahkan dalam gambaran rencana dulu, disana sudah terpasang rencana penggunaan salah satu ruangan sebagai studio bioskop 21 yang kabarnya akan mulai beroperasi pertengahan tahun 2012.
Logo 21 di rendering artos, source : google+ artos

Namun seiring dengan perkembangan informasi, nampaknya raksasa jaringan bioskop tersebut mengurungkan niatnya membuka bioskop di mall yang dibuka sejak Oktober 2011 tersebut. Akhirnya kabar gembira datang juga. Meskipun Magelang gagal menggandeng jaringan 21, kini masuk investor baru yaitu jaringan Platinum. Berdasarkan diskusi saya dengan mas Yoga dari komunitas Skyscrapercity Magelang, jaringan ini berkantor pusat di Vietnam, dan sudah membuka cabanng di Kamboja, Timor Leste dan Indonesia saat ini baru membuka di Cibinong Square.  Ekspansi selanjutnya yang akan hadir awal tahun 2014 nanti memilih membuka 4 layar di Hartono Mall, Solo.
Platinum Cineplex Cibinong Square, source : kaskus

Hasil survey saya dan mas Yoga minggu (10/11) kemarin di Artos Mall, kabar tersebut rupanya benar benar nyata. Di layout informasi denah, disana terdapat tulisan “Platinum Cineplex, Coming Soon” yang nantinya akan menempati belakang food court. Sayangnya, pintu masuk ke ruangan ini digembok rapat. Tidak ada akses sama sekali untuk sekedar memotret pembangunan yang sedang berlangsung.
layout Upper Ground Artos
Pintu masuk, nantinya :D
Dugaan kami, pintu masuk nantinya mungkin berada di Lantai II. Dengan kapasitas ruangan yang sangat besar, mungkin nanti bioskop ini bisa membuka setidaknya 4 layar. Dari halaman fan page resmi Artos Mall, rencananya akan dibuka Mei Tahun 2014. Tentunya pangsa pasar bioskop ini akan sangat luas. Disamping warga Magelang dan sekitarnya, nanti juga pasti akan menyedot penonton dari Temanggung dan Purworejo.
Kerangka besi hijau (kemungkinan untuk keperluan proyek bioskop)

Tunggu update dari saya selanjutnya ya ;)

UPDATE!! 30 Agustus 2014 disini : Platinum Cineplex Magelang

credit :
http://www.platinumcineplex.co.id
Read More..

Monday, November 11, 2013

Yeay, we’ve been engaged!

Perburuan

Sabtu # 14 September 2013

Sabtu siang itu, kami – Saya dan Tika telah sampai di kawasan Jalan Kranggan Semarang. Ya, kami hendak mencari cincin buat tunangan nanti. Hehehe. Siang yang terik, kami masuk di beberapa toko yang diantaranya merupakan rekomendasi dari teman kantor saya. Pertama kami masuk ke Toko Gajah tapi tidak ada yang cocok, hingga kemudian sekitar 5 toko kami samperin dan semuanya nihil alias belum ada yang cocok. Setelah istirahat shalat dhuhur dan cari minum, akhirnya kami sampai di Toko Ibukota. Rekomendasi dari Bu Jujuk. Pelayanannya baik dan cepat. Modelnya juga buanyak pilihan. Selain itu, biaya pemesanan juga bersaing. Pilihan kami jatuh pada sepasang cincin dengan tiga buah mata (untuk cewek) dengan dua garis yang simple yang kami temui di sebuah buku katalog.

Finally, setelah berdiskusi soal harga, kami deal membeli cincin tersebut dengan berat milik Tika 4,125 gram dan sebuah cincin perak sepuh warna emas untuk saya. Total harga yang harus saya bayar adalah 2,170,000. Bayar uang muka pake debit BCA 1,000,000 dulu karena tidak membawa uang tunai sementara menunggu cincin jadi tiga minggu kemudian.

Tiga minggu kemudian saat saya kebetulan ada acara di Semarang sekalian saya ambil setelah sebelumnya mengkonfirmasi apakah cincin sudah jadi atau belum. Yes, setelah dilihat bentuknya cocok, akhirnya saya disuruh menunggu barang 5 menit untuk menggrafir nama di masing masing cincin dan kemudian melunasi kekurangan pembayaran dengan debit BCA lagi.

Credits :
Toko Mas Ibukota
Gang Pinggir Nomor 12 – Semarang
Telepon (024) 3544680-3510056-3520207


Sabtu # 26 Oktober 2013

Sabtu pagi yang cerah, pukul 6,10 pagi ini saya telah berada di dalam bus Taruna ATB seat 2-2 yang akan mengantar saya ke Solo. Dua jam kemudian, saya telah sampai di Terminal Tirtonadi dan menunggu Tika sekitar 15 menit.

Tidak lama setelah Tika datang, rentalan motor yang sudah saya pesan beberapa hari sebelumnya sampai juga. Beat Putih plat AD xxxx YI segera berpindah tangan dengan meninggalkan jaminan berupa tiga buah ID Card yang berlaku. Motor, jas hujan, dan dua helm.
Yup lengkap sudah prasarana kami untuk keliling Solo hari ini. Tujuan pertama kami adalah ke Taman Stadion Manahan. Pagi itu, Tika membawakan sarapan kesukaan saya. Nasi, telor dadar, sambel dan tempe tepung. What a nice breakfast made by my girlfriend. Hehehe. Makasih sayaang :)

Setelah sarapan, kami langsung menuju tujuan utama kami. PGS – Pusat Grosir Solo. Sekitar jam setengah sepuluh pagi ini, masih banyak tenant yang belum buka. Kami muter muter mencari mukena dan baju sarimbitan. Disana memang banyak sekali pilihan. Jadi kalo belum mantep, bisa tetep mencari cari sampe dapat yang pas di hati dan pas di kantong juga tentunya.

Setelah mencocokkan pilihan yang sekiranya cocok untuk kami berdua, kami memutuskan untuk membeli satu pasang baju batik motif pekalongan. Sebuah hem lengan pendek untuk saya dan long dress untuk Tika yang akhirnya berhasil kami tawar dengan harga 135,000.

Sesiang itu, Tika sudah lapar. Untung ada sebuah food court. Langsunglah kami menuju kesana. Dia pesan satu porsi lontong opor dan saya hanya minum saja. Makanan yang kurang begitu enak :/

Kemudian kami lanjut untuk mencari mukena yang sedari tadi bikin bingung karena susah nyari yang cocok. Hingga akhirnya, pilihan jatuh pada sebuah mukena dengan bahan katun jepang, motif bordir warna putih dengan corak yang simpel yang kami temui di kios Vanesa. Nggak alay. Entah penawaran kami terlalu tergesa gesa atau gimana, soalnya kami juga nggak bisa menawar. Dari harga 220,000 rupiah dan hanya turun 20 ribu.

Sip, sebelum tengah hari, kami sudah mendapatkan dua item. Lanjut ke Solo Grand Mall tetapi sebelumnya mampir dulu di sebuah masjid untuk shalat dhuhur. Untuk mencari sepatu, kita nggak begitu sulit. Tinggal melototin diskonan di stand Fladeo kemudian sepatu warna cokelat semi formal itu berhasil kami bungkus dengan harga murah. 100 ribu saja. ;)

Kami juga sempat masuk ke Hypermart dan mencari paketan Wardah Series. Sebuah paket satu set kosmetik permintaan Tika. Tapi disana ternyata tidak ada yang satu paket. Adanya terpisah pisah. Sembari minum milk tea dan makan roti maryam, saya akhirnya berhasil browsing dan menelepon sebuah toko kosmetik lengkap di Solo. Namanya Remaja.

Keluar dari SGM, kami langsung menuju ke Jl. Kapten Mulyadi. Kabar buruknya, mbak penjaga stand Wardah sedang kosong hingga kami ditemui SPG La Tulip. Ya, bisa ditebak, akhirnya beberapa item dari paketan itu diisi oleh produk La Tulip. Semoga saja Tika cocok dengan produk itu :) . Ternyata keperluan seperti ini mahal juga ya, ada beberapa item yang masuk ke paketan itu dengan total harga 230 Ribu.

Beruntung, Tika juga nggak minta yang macem macem, cukup item item di atas saja. Semua sudah di tangan, kami langsung menuju ke Kartasura. Beberapa hari lalu saya menemukan Jasa Hias Hantaran untuk area Solo di situs TokoBagus.com. Tempatnya nggak susah kok. Setelah Juve Motor Kartasura, masuk kira kira 30 meter. Dan sampailah di Irmutz Collection. Mbaknya dan masnya baik sekali :) sampai kami dibuatkan minum. :D :D Ngobrol ngobrol akhirnya kami sepakat dengan harga yang ditawarkan. Warna dan modelnya juga bisa dicustom sesuai permintaan customer. Recommended! Jadi, semua barang belanjaan kami hari itu, saya titipin deh di sana untuk kemudian saya ambil satu minggu kemudian. Hehehe..
Ini waktu di email dan belum di bungkus plastik :D

Alhamdulillah, kami diberi kelancaran hari ini. Setelah shalat asar, kami langsung menuju kembali ke Terminal, lalu motor dijemput sama masnya yang antar tadi pagi. Tika langsung menuju ke Bus Mira, sementara saya langsung dapat bus Eka.

Credits :
Kios Fara, Kios Vanesa
Pusat Grosir Solo

Remaja Kosmetik
Jl. Kapten Mulyadi 76
Surakarta
Telp (0271) 634567


Irmutz Collection
Jl. Malowopati 12 B Kartasura
085743573633 (Mba Irma)


Rental Motor Solo
088802801484
Pin BB : 331D31EE
"thanks, layanannya memuaskan - recommended (y)"

Minggu # 3 November 2013

Pagi ini jam 4 saya sudah bangun setelah tadi malam saya dibantu Karina, merampungkan membungkus dan menghias tiga macem jenang khas daerah saya, Jenang, Krasikan, dan Wajik warna hijau. Pukul setengah tujuh tepat, Elf yang saya pesan beberapa hari yang lalu datang dengan sopirnya bernama Mas Karli. Setelah basa basi dan minum, kami langsung masuk ke mobil dan siap menuju ke Ngawi. Total rombongan saya ber delapan. Kurang dua dari rencana sebelumnya karena yang bersangkutan ada acara mendadak.
Kebetulan kami kurang beruntung karena ketika sampai daerah Kalasan, AC Mobil mati. Sepuluh menit berusaha membetulkan tapi hasilnya nihil. Terpaksa deh berangkatnya kami tanpa AC. Yaa daripada waktunya habis untuk membetulkan AC. Jam sembilan pagi, kami sudah sampai di Kartasura. Sesuai dengan rencana saya, kami mampir di Irmuts Craft untuk mengambil titipan hantaran. Yeeaay, bentuknya lucu lucu. :D :D tidak lama, kami langsung melanjutkan perjalanan. Di Kota Solo, kami stuck beberapa kali karena lampu merah dan ramainya suasana minggu ini.

Jam sebelas seperempat, kami baru sampai di Pom Bensin daerah Kedunggalar. Saya ganti baju dan cuci muka sementara sodara sodara yang lain ke toilet. Telat deh setengah jam ketika akhirnya kami sampai di depan rumah Tika. Waduh, saya deg deg an banget. Apalagi, ibuk saya kakinya sakit sehingga tidak bisa jalan. Terpaksa kami papah dan dibantu juga sama mbak Lia :’)

Setelah itu, saya dan rombongan langsung disambut oleh Bapaknya Tika dan beberapa Saudaranya  dan langsung masuk ke dalam ruang tamu. Tidak lama, Tika akhirnya keluar. Yeey, mbak pacar cantik sekali siang ini :*. Acara dimulai dengan pembukaan dan sambutan dari perwakilan keluarga Tika. Dilanjutkan dengan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan kami. Haha, saya sebenernya juga aneh juga rasanya. Dengan bahasa jawa yang macem macem, intinya adalah “kalian kesini mau apa?” namun dengan tata bahasa yang indah dan basa basi yang luar biasa, satu kalimat diatas sanggup menjadi beberapa paragraf yang diungkapkan selama sekitar 5 menit. Wkwkwk. Kemudian perwakilan dari keluarga saya, Om Jar menyampaikan maksud kedatangan. Panjang dan basa basinya juga tidak kalah dengan yang sebelumnya. Padahal ya intinya Cuma mau bilang “saya datang untuk menanyakan apakah Tika mau di lamar oleh mas Hamid?” heheheeee.. Gantian perwakilan keluarga Tika yang menanyakan ke Tika langsung apakah mau dilamar sama saya? Dia hanya mengangguk sambil malu malu gitu. Wkwkwk. Akhirnya, kami deal dan lamaran saya diterima. Setelah itu, kemudian tukar cincin, budhe saya yang memasangkan ke Tika, dan Ibuk Ngawi yang memasangkan cincin ke saya. Ditutup dengan salaman. What a romantic moment :’)
Bisa ditebak, acara selanjutnya apa. Iya, setelahnya kami makan makan. Terus terang sampai siang ini saya tidak begitu enak makan. Mungkin karena euforia ini sehingga rasanya saya makan juga tidak enak. Hahaha.. berhubung siang ini sudah masuk dan telat sedikit dari waktu dhuhur, kami shalat sebentar di Musolla dan setelah balik, acara dilanjut dengan foto foto. Ohya, jasa tukang fotonya adalah mbak Nanik, temennya Ibuk Ngawi. :D hehehe..

Terakhir, adalah sesi pamitan dan setelah hanya sekitar dua jam saya berada di Ngawi, kami harus segera pulang ke Magelang. Padahal saya masih kangeeeen :( untung AC Elf nya sudah berhasil di betulkan :D perjalanan yang melegakan. Akhirnya acara semi sacral hari ini berlangsung tertib dan kondusif (emang demo?)

Okelah, perjalanan yang lancar meski sepanjang Solo – Magelang kami diguyur hujan. Saya juga menyempatkan mengambil stand keyboard di Solo Baru. Sampai rumah lagi jam 19,15.

Terimakasiiih.. Semoga kami diberi kelancaran melanjutkan perjalanan kami ya ;)

Credits :
Sewa Elf Magelang
08562931735 (Erik)

-terimakasih pelayananna memuaskan dan tepat waktu ;)



Read More..

Friday, November 1, 2013

Design Bus Royal Safari

Corel Draw X4

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...