tampak dari Jl. Ade Irma Suryani Badaan
Sedikit ke selatan lagi, pada perempatan RINDAM IV Diponegoro, pada arah Jl. Pierre Tendean, ada lagi sebuah jembatan air yang selama ini dikenal dengan istilah PLENGKUNG (mungkin karena bentuknya yang melengkung) berada dekat dengan GKJ Plengkung.Bangunan ini aselinya dibuat dengan konstruksi batu kali namun pada renovasi di tahun 2008 komposisi ini ditutup dengan semen. Dan seringkali jadi bahan corat coret tangan nakal. Padahal ini adalah plengkung yang dibangun paling pertama tahun 1883. Cukup memprihatinkan.
Saluran air ini lalu terus mengikuti gundukan tanah yang tinggi dan akhirnya sampai pada belakang kantor PDAM. Saluran ini akhirnya melewati bawah tanah dan menembus daerah Gereja Katholik Ignasius. Dan akhirnya melewati bawah tanah halaman Masjid Agung Kota Magelang, lalu agak melenceng sedikit lewat bawah gedung Bank Jateng cabang Magelang. Lalu terus melewati daerah kebon, dan akhirnya di Jl. Daha dapat kita jumpai lagi Jembatan air ini. Posisi jembatan ini lebih terawat dibandingkan dua yang lainnya. Ada di Jl. Daha. Plengkung ini seiring dengan majunya pembangunan perumahan dan pertokoan modern akhirnya direnovasi juga. Memang bila dilihat tampak terawat dan cantik. Dengan tiga lorong, satu lorong utama dan dua lorong kecil di kiri kanan. Namun, renovasi ini kurang memperhatikan aspek konstruksi asli sehingga kesan Bangunan Tua pun hilang.
Aliran ini selanjutnya menyusuri daerah Bayeman dan berakhir di Kampung Jagoan
referensi sejarah diambil dari http://kotatoeamagelang.wordpress.com/2011/03/30/riwayat-3-plengkung-dua-dirubah-satu-tidak-terawat/