Wednesday, July 27, 2011

Peta Perjalanan


Ini adalah peta berdasar request teman saya Arvis, Read More..

Tuesday, July 26, 2011

Peta Kelurahan Bergaslor


Inilah lingkup kerja saya semenjak Juni 2011. :) Read More..

Monday, July 25, 2011

Ungaran Tempo Dulu


Perjalanan ini sebenarnya telah terlaksana bulan Februari 2011 lalu. Namun karena satu dua hal, saya selalu lupa untuk menge post nya, anyway, enjoy it :

Hari Senin, tanggal 7 Februari 2011.

Hari itu saya berencana mengunjungi beberapa gedung atau bangunan tua yang ada di seputar Kota Ungaran.

Saya take off dari Unnes sekitar pukul 9 pagi, tujuan pertama saya adalah sebuah gedung tua yang selama ini hanya saya lihat setiap melewati Jl. Gatot Soebroto, Ungaran. Adalah sebuah bangunan dengan arsitektur Belanda yang masih tersisa, terletak sebelah lapangan dan terlihat jelas dari jalan raya Semarang – Ungaran.


Sebuah bangunan tua yang horror. Kondisinya tidak begitu terawat. Dan terasa sekali aroma kotoran kelelawar yang cukup menyengat. Di sebelah selatan rumah tampak tulisan “1916_ENDE_DESESPEREERT_NIMMER_1919” entah apa maksud dari tulisan yang sudah mulai lumutan tersebut. Kemungkinan bangunan ini dibangun pada tahun 1916-1919. Dibeberapa sudut bangunan ini ada motif patung kepala singa yang seakan akan menampikan bahwa bangunan ini adalah bangunan elit pada masanya dahulu.

Rasa penasaran makin menyelimuti hati saya sehingga saya mencari barangkali ada orang yang tinggal disekeliling bangunan ini. Di sebelah timur laut bangunan ini teronggok dua unit mobil kuno bekas. Lalu ternyata sisi utara bangunan ini memiliki desain yang bagus. Dengan sebuah balkon di lantai II. Beberapa saat selanjutnya akhirnya kami bertemu dengan salah seorang bapak dengan celana pendek dan kaos oblong warna putih. Beliau sedang mengangkati jemuran. Ada kurang lebih 5 rumah di sekitar bangunan ini.
Adalah Pak Raswan, yang meninggali bangunan ini sejak sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak informasi yang bisa saya dapatkan dari beliau karena beliau juga hanya meninggali bangunan ini setelah beliau pension dari TNI. Pak Raswan meninggali bangunan lantai 1 di sebelah utara.

Untuk lantai II, katanya sudah tidak memungkinkan lagi untuk di tinggali. Karena sudah rapuh. Pak Raswan mengaku sudah terbiasa dengan aroma kotoran kelelawar yang bila pada musim kemarau ternyata banyak dicari orang untuk pupuk ini.

Pak Raswan mengunkap bahwa bangunan ini setahu beliau adalah rumah tinggal seorang pejabat pada masa pemerintahan Belanda. Namun berdasar beberapa referensi di internet, sempat juga ada kabar bahwa bangunan ini adalah bekas rumah sakit. Rumah ini juga pernah dibuat untuk shoting film Rumah Hantu, tambah pak Raswan.

Puas berbincang bincang dengan Pak Raswan, saya menyempatkan shalat dhuhur di salah satu bagian gedung ini yang diberitahu pak Raswan bahwa sekarang dimanfaatkan sebagai musholla. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Benteng Willem II.
Sebuah banguan benteng peninggalan belanda yang ada di Jl. Diponegoro, tepatnya di seberang Kantor Bupati Semarang. Sebuah benteng yang berdiri kokoh. Kondisi pada umumnya cukup menyedihkan. Dengan atap yang hampir runtuh dan beberapa bagian bangunan yang lumutan bahkan retak, serta ditumbuhi ilalang. Ironis sekali. Diatas gerbang utama ada tulisan MDCCL XXXVI. yang berarti Fort Willem II / Fort Oenarang ini di bangun pada tahun 1786. 
Benteng ini adalah satu satunya benteng yang ada di Ungaran. Menurut masyarakat sekitar, benteng ini sering disebut benteng Willem II. Karena benteng Willem I adalah benteng yang ada di Ambarawa. Namun, berdasar literature yang ada di Belanda, nama asli Benteng ini adalah Benteng Oenarang. Benteng ini memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Pada masa perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Inggris, benteng ini merupakan benteng pertahanan terakhir sebelum akhirnya Belanda secara resmi menyerahkan kekuasaan pulau Jawa kepada Inggris. Lalu pada masa perang pra kemerdekaan, benteng ini adalah markas dan tempat singgah Pangeran Diponegoro dalam mengatur strategi perang di wilayah Semarang.


Kami cukup penasaran dengan bagian dalam benteng. Namun sayang sekali hanya bisa diintip dari lobang dipintu. Bahkan kami menyempatkan ke belakang namun juga tidak bisa masuk ke kompleks benteng ini.
Saat ini, kepemilikan benteng ini adalah dari POLRI. Dan sekarang sedang diadakan rehabilitasi benteng untuk menjaga bangunan cagar budaya ini.

Setelah cukup mengunjungi benteng ini,saya menuju ke daerah di seberang SMA 1 Ungaran. Sebuah bangunan yang dipagari seng ini cukup mengundang perhatian saya. Tidak banyak yang tahu akan sejarah bangunan yang saat ini tidak dirawat tersebut. Dibiarkan dimakan usia. Setelah Tanya dengan seseorang, kami bisa memasuki melewati dekat pom bensin. Ternyata disitu ada satu bangunan tua yang lebih kecil yang saat ini digunakan untuk kantor PT Sido Muncul. Kami meminta ijin untuk memotret bangunan yang sangat menyedihkan ini. Gedung ini bertuliskan 1910. Mungkin gedung ini dibangun pada tahun 1910. Melihat dari gaya bangunannya yang relative simetris dan menghadap ke jalan, kemungkinan menurut saya, bangunan ini adalah bekas kantor pemerintahan. Namun dari beberapa info yang saya dapat kemudian hari di daerah Ungaran, kawasan ini dulunya adalah kawasan militer PHB. Saya juga kurang tahu maksudnya apa.
Masuk ke bangunan ini, yang didapat hanyalah sebuah ruang kosong dengan ubin pecah pecah dan tembok yang tercoret coret. Dan kaca kaca jendela juga telah pecah. Sangat menyedihkan!
Daerah seputar SMA 1 Ungaran, sampai SMP 1 Ungaran, dapat dijumpai banyak sekali rumah tua dengan arsitektur belanda. Bahkan SMP 1 Ungaran sendiri, sampai sekarang masih terlihat sekali nuansa belandanya.


Ket : Benteng Willem II saat ini sudah selesai proses renovasi, jangan lewatkan posting saya selanjutnya dengan Fort Willem II after renovation!

update September 2015 disini

Read More..

Tuesday, July 12, 2011

Sehari di Jepara, 9 Juli 2011

Langensari, 11 Juli 2011
Perjalanan wisata kali ini, saya sebenernya hanya berbekal asal asalan saja dan ide yang tiba tiba muncul dibenak saya pada tanggal 7 Juli lalu. Akhirnya terlaksanalah dengan sukses. :D
#Sabtu, 9 Juli 2011
Pagi ini saya bangun pukul 4.30.. ya .. jam segitu adalah terlalu pagi untuk saya, tapi saya belain karena jam 5.30 saya harus sudah standby di kost Rina. Setelah shalat, sarapan, dan mandi, akhirnya saya jam 5.30 baru bisa take off dari kost dan sampai di kost Rina pukul 05.50. saya tunggu Rina sebentar yang lagi sarapan dan pukul 06.15 kami berangkat ke Jepara.
Perjalanan pagi ini segar sekali. Masih sepi dan melihat beberapa anak sekolah yang berangkat (padahal kalau nggak salah masih liburan) hehehe.. kami mengambil rute melewati Tugumuda, Simpang Lima, Majapahit, dan melewati daerah Jl. Soekarno Hatta – Wolter Monginsidi, dan menembus daerah Genuk. Saya isi bensin 10K IDR. Dari pertigaan Genuk, Jl. Raya Kaligawe dan tidak lama sudah sampai di perbatasan Kab. Demak. Saya agak sedikit bernostalgia dengan Rina karena sekitar setahun lalu kami melakukan perjalanan pertama kami ke Kudus. Hehe..
Setelah melewati Alon Alon Demak, kami disuguhi jalan di depan Pasar Bintoro Demak yang kondisinya sangat memprihatinkan. Habis itu, saya berusaha mencari daerah yang namanya Trengguli, karena di pertigaan ini, kami harus belok kiri untuk langsung ke Jepara tanpa melewati Kudus. Hingga akhirnya kami mampir ke SPBU untuk ke Toilet dan ternyata, kami kelewatan.. kami sudah sampai di perbatasan Demak – Kudus. Dan akhirnya, kami malah semakin bernostalgia.. hahaha.. di depan Plasa Kudus sedang dibangun sebuah proyek, sepertinya akan dibangun sebuah pusat perbelanjaan. Dari situ, kami ke kiri melewati Pasar Bitingan, lalu mengikuti rambu rambu ke Jepara.
Salah satu kecamatan yang kami lalui adalah Kecamatan Kaliwungu yang dimana disitu Kantor Camatnya di dominasi oleh warna ungu. Dan banyak gapura gapura dan rumah warga juga berwarna ungu. Lalu, kabupaten Kudus berakhir, kami sampai pada perbatasan Jepara. Disitu ada dua tugu dengan puncaknya patung harimau bertulis “JEPARA KOTA UKIR” setelah jepret jepret sebentar, kami melanjutkan perjalanan.
Kecamatan Nilamsari, adalah kecamatan di Kabupaten Jepara yang pertama kami lewati, kemudian Kecamatan Mayong, dimana disitu banyak sekali kami jumpai bekas bekas bangunan tua, begitu juga saat sampai di Kecamatan Kalinyamatan. Setelah itu kecamatan Pecangaan, lalu Kecamatan Tahunan dimana disitu ada sebuah bunderan yang lumayan rapi. Saya sempat melihat sebuah kantor kepala desa yang disana istilahnya adalah KANTOR PETINGGI. Dan sempet ketawa juga karena baru ini melihat seperti itu. Di salah satu ruas jalan, kami juga menjumpai sebuah pusat perbelanjaan besar dengan nama SAUDARA.
oya, di kawasan Tahunan ini merupakan sentra ukirnya Jepara. Di kiri kanan kami lihat saja banyak perajin dan show room mebel ukir.. keren!
Dari situ, suasana sudah terasa memasuki Kota, dimana disitu juga kami jumpai RSUD RA Kartini, dan benar saja habis itu kami langsung masuk Gapura Kota Jepara – BUMI KARTINI.
Kami memang baru pertama ini kesini dan kami tidak punya panduan apa apa selain mengikuti spekulasi.
Akhirnya kami temui sebuah jalan yang disitu pohon pohonnya ditempeli tulisan “shollallohu ala Muhammad” dan hingga akhirnya kami menemui Gedung DPRD Kab. Jepara. Dari situ, kami menyusuri Jl. Pemuda yang lumayan sepi, dan mampir di Indomaret. Rina beli beberapa kebutuhan. Setelah itu, kami asal mengikuti feeling kami dan akhirnya sampailah kami di Alon Alon Jepara. Alon Alon ini luas, namun sepi. Tidak ada penjual makanan ataupun keramaian. Dan yang saya heran, disini alon alonnya muternya ke kiri, bukan ke kanan seperti bunderan alon alon lainnya. Menurut saya hal ini karena di sebelah selatan dan timur adalah main street atau jalur utamanya. Di sebelah timur, berdiri Pendopo Kabupaten dan Kantor Bupati Jepara. Melalui petunjuk di pojok alon alon, saya menuju ke tempat tujuan pertama kami. Oya, kami sampai di Jepara ini pukul 10.00 melenceng satu jam dari jadwal sebelumnya. Museum RA Kartini yang ada di salah satu sisi alon alon. Disitu ramai banyak anak muda pada konvoi, sepertinya mereka rombongan touring. Dan kami sempat dicurigai sebagai anggota rombongan oleh pengelola museum. Untuk masuk Museum, 1 orang dikenai biaya 3K IDR, jadi 6K IDR untuk kami masuk berdua. Di halaman depan, ada patung close up RA Kartini, lalu kami masuk dan disuguhi sejarah singkat Kabupaten Jepara yang ternyata konon lebih tua dari Demak. Saya juga baru sadar bahwa ternyata Kota Jepara adalah tempat yang dahulu terkenal pada masa penjajahan. Hal ini karena kota ini berada di Pantai Utara Jawa.
Kemudian, koleksi selanjutnya adalah sejarah RA Kartini disertai beberapa foto dan dokumen kuno, lalu beberapa koleksi meja kursi dan peralatan lain. Di ruang selanjutnya, kami menjumpai koleksi barang barang kuno dari peradaban Hindu Budha, dan yang paling ekstrem di Ruang kedua ini adalah sebuah tulang ikan yang memiliki panjang 16 meter terpajang dalam lemari kaca. Tulang ini ditemukan pada tahun 1989 di perairan Karimunjawa dan terkenal dengan nama “Jokotuo”
Ruangan terakhir, dijumpai macam macam kerajinan dan alat alat tradisional, dan inilah akhir dari Museum Kartini. Kami keluar dan saya bertanya pada salah satu pengurus museum untuk menuju ke Benteng Portugis. Menurut penuturannya, Benteng Portugis sangat jauh dari Jepara, katanya daerah Bangsri. Sekitar 1 jam perjalanan. Namun kami direkomendasikan untuk mengunjungi Benteng VOC (Fort Japara) yang ada tidak jauh dari alon alon.
Lalu saya dan Rina segera cabut dan mencari Fort Japara. Kami menuju sisi utara – timur alon alon lalu menuju Jl. Pahlawan. Dimana jalan itu menanjak ke sebuah bukit dan di pucuk bukit inilah ada Taman Makam Pahlawan. Bukit ini adalah tempat dimana dulu dibangun benteng oleh VOC untuk pertahanan. Dibangun pada abad ke XVI. Disini juga makam Kapten Tack yang dahulu terbunuh saat melawan Untung Suropati. Benteng ini sekarang difungsikan sebagai taman dan cukup sepi. Hanya ada beberapa muda mudi berpacaran dan berfoto foto. Dari situ, kami bisa melihat Stadion milik Persijap.
Tak lama kami disitu, lalu kami segera mencari jalan ke Pantai Bandengan. Menurut feeling saya, Pantai Bandengan ada di barat laut Kota. Untuk itu saya mencoba sedikit memutari Kota Jepara dan akhirnya saya sampai pada jalan kecil yang (menurut saya akhirnya balik ke arah timur) akhirnya saya bertanya pada salah satu tukang ukir, (karena disini susah untuk bertanya pada orang yang bukan pengukir) hahaha. ternyata kami kebablasan. Akhirnya kami menemukan juga jalan ke Pantai paling terkenal di Jepara ini. Perjalanan yang lumayan lama, akhirnya kami sampai di Pantai Bandengan. Untuk masuk, berdua 12K IDR. Untuk menitipkan motor 3K IDR, lalu kami bersantai di pantai yang indah ini. Pasir putih yang menghampar, ombak kecil, dan air yang jernih. Lengkap sudah menikmati pantai pada siang ini. Namun cuaca sangatlah panas sehingga kami memutuskan untuk tidak bermain air. Melalui pengeras suara, saya mendengar adanya perahu wisata ke Pulau Panjang dengan 10K IDR. Akhirnya Rina saya ajak dengan catatan kami membayar sendiri sendiri. Akhirnya, kami menuju ke dermaga dan menaiki sebuah kapal WISATA BAHARI dengan kapasitas sekitar 20 penumpang. Kapal ini tak lama kemudian langsung berangkat menuju Pulau Panjang yang jaraknya dari Pantai Bandengan sekitar 2-3 Km. perjalanan ini membutuhkan waktu kira kira 35 menit dan kami disuguhi pemandangan langit biru, dan kapal kapal nelayan yang sedang menjalankan aktivitasnya.
Akhirnya sampailah kami di Pulau Panjang. Untuk memasuki, kami harus bayar tiket masuk 6K IDR untuk berdua. Kami memasuki Pulau yang masih alami ini. Dan ternyata ada juga wisatawan mancanegara yang sedang berlibur disini. Jauh dari kesan Rina yang berfikiran bahwa pulau ini pulau yang sepi dan kami akan dirampok orang orang tak berperikemanusiaan. Hahaha
Begitu masuk, kami lalu memilih untuk mengikuti track paving block yang sudah tersedia. Tak lama, kami menemui sebuah makam Syeikh Abu Bakar bin Yahya Ba’alawy. Ternyata disini juga ada wisata ziarah.. saya malah baru tahu. Di depan makam ada warung warung makan. Berhubung waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 11.45, kami akhirnya memutuskan untuk makan. Saya pesan soto, Rina pesan bakso, dan minum satu gelas es jeruk. Semuanya 13K IDR. Rina sangat antusias karena di warung seperti ini ternyata sambal dan kecapnya ber merk. Tidak seperti di warung warung murahan.
Perut kenyang, saatnya melanjutkan perjalanan. Namun sebelumnya kami minta difoto oleh salah satu anak penjual soto tadi :p. kami kembali menelusuri track yang ternyata lumayan sepi ini. Saya berfikir ternyata untuk ke Pulau Panjang ini harus benar benar diniati untuk berwisata di Pulau Panjang saja, dan tentunya dengan banyak teman. Disana banyak juga muda mudi yang mandi mandi rame rame, dan bahkan membakar ikan.
Suasana di Pulau Panjang ini ternyata sangat menarik dan indah. Pantainya masih alami sekali. Tidak lama kami berjalan, ternyata tempat ini kami rasa sepi. Hingga akhirnya kami putuskan untuk memutar balik melalui jalan yang sudah kami lewati tadi. Saya berfikir untuk memutar pulau Panjang ini, 1 jam tidak akan cukup. Setelah istirahat sejenak, kami lalu berniat untuk balik ke Pantai Bandengan. Dalam perjalanan pulang ke Pantai Bandengan, saya duduk di depan dan ternyata saya malah kena sinar matahari secara langsung. Saya yang sedang pusing, ditambahi kena panas jadi tambah pusing. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 35 menit. Lalu sampai pantai, kami segera keluar untuk mencari tempat shalat dhuhur. Masih di Desa Bandengan, kami shalat dhuhur dan alhamdulillah saya merasa sedikit baikan.
Berdasar informasi dari tukang parkir, kami akan menuju ke Bangsri, jadi harus lurus sampai menemui jalan besar. Dan akhirnya ketemu juga jalan besar itu. Dari situ, kami kekiri dan mengikuti petunjuk arah ke Benteng Portugis. Sebelumnya kami mengisi bensin 10K IDR dan dari informasi mas mas operator bensin, Bangsri masih sekitar 10Km lagi.
Kami melewati sebuah kecamatan MLONGGO. Yang sempat membuat senyum. Karena menurut kami itu kata yang lucu untuk nama sebuah Kecamatan. Setelah itu, kami memasuki Kecamatan Bangsri. Setelah bertanya pada seorang bapak, saya kaget dan agak shock ketika dia bilang Benteng Portugis masih sekitar 20-25 Km lagi. Kami terus maju dan akhirnya sampai di Kecamatan Kembang, lalu Kecamatan Keling. Pemandangan di kiri kanan jalan hanyalah hamparan sawah, perkebunan jati, karet, dan sebagainya. Lalu sampailah di Kecamatan Kelet. Disitu, kami menemukan sebuah pertigaan dengan nama SAMBUNGOYOT. Disitu kami harus belok kiri, mengikuti petunjuk jalan, dan setelah sekitar 12 Km yang mana diperjalanan ini Rina sampai ketiduran, sampailah kami disebuah pantai dan gerbang OBYEK WISATA BENTENG PORTUGIS yang terletak di Kecamatan Donorojo. Bila dalam peta, Benteng Portugis ini berada di unjung atas kepala daerah Jepara - Rembang, Jawa tengah. Dengan sambutan sebuah ikon beteng dalam permainan catur, kami lalu bertanya pada mbak mbak penjaga tiket. Kata mereka, diatas bukit ada Benteng Portugis, dan pemandangan Pantai. Untuk memasuki tempat ini, berdua kami harus membayar 8K IDR. Lalu motor boleh dibawa naik sampai ke Benteng. Alangkah terkejutnya saya ketika mendapati Benteng Portugis ini hanyalah sebuah benteng pendek yang pengelolaannya sepertinya masih kurang. Namun, saya bersyukur telah menemukan tempat yang sejuk dan dingin ini. Ditambah lagi, setelah kami memesan dua porsi rujak 6K IDR, saya bisa tiduran ditikar didalam benteng ini.
Setelah itu, kami menuruni anak tangga menuju ke pantai. Pantai ini indah sekali, dengan karang karang yang kokoh. Namun sayang sekali batre kamera saya habis. Lalu berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 15.30, kami memutuskan untuk balik ke atas benteng lagi dan kami harus menaiki anak tangga yang jumlahnya 70an lebih. Itu benar benar menguras tenaga! Saya merasa sangat capek dan agak pusing. Akhirnya Rina saya minta menggantikan sebagai driver sampai di pertigaan Sambungoyot. Dari situ, saya kembali didepan dan memacu motor sampai di Pom Bensin daerah Bangsri. Kami mampir untuk shalat ashar. Dari situ, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Jepara melewati jalur yang tadi kami lewati. Akhirnya sampai di Kota Jepara dan kami mengikuti petunjuk ke Kudus – Semarang.
Hingga sampai pada sebuah taman dimana disitu ada penjual kerang rebus dan Rina tergiur untuk menjadikannya oleh oleh untuk teman teman kostnya. Karena sudah kelewatan sedikit, akhirnya kami muter balik dan beli kerang 6K IDR. Saya sempat mencicipi 1 biji, namun lidah saya tidak terbiasa sampai saya seakan hendak muntah.
Setelah bertanya pada seorang pengendara motor di salah satu bangjo, kami baru nyadar bahwa kami sudah ada di Jl. Pemuda. Jadi kami tinggal mengikuti rute seperti waktu kami berangkat tadi. Namun, saya harus mencari belokan ke kiri supaya bisa menembus Demak. Saya bertanya sekalian mengisi bensin saya 10K IDR. Di pertigaan Gotri, Kalinyamatan, saya belok kanan dan mengikuti jalur sempit yang lumayan ramai ini. Sampai di SPBU Welahan, kami menunaikan shalat maghrib. Lalu melanjutkan perjalanan hingga sampai di Demak, dan tenyata pertigaan Trengguli ada tidak jauh dari tempat kami dulu makan siang waktu ke Kudus. Hehe..
Lalu berbekal tenaga yang tersisa, kami menuju Semarang, sampai di RS Karyadi, Rina kembali saya minta menggantikan saya didepan karena saya terlampau capek. Dan sampai UNNES sekitar pukul 20.00. makan malam, lalu segera tiduran untuk melepas lelah.. pukul 21.30 setelah mandi dan dikerokin sama pacar saya, saya pulang ke kost, shalat isak, lalu tidur..


Pengeluaran
1. BBM @ Genuk : 10 K IDR
2. Tiket Museum RA Kartini : 6 K IDR
3. Tiket Pantai Bandengan dan parkir motor : 15 K IDR
4. Tiket perahu ke P. Panjang : 20 K IDR
5. Tiket masuk P. Panjang : 6 K IDR
6. Lunch : 13 K IDR
7. BBM @ Mlonggo : 10 K IDR
8. Snack , minum @ Alfamart Bangsri : 5K IDR
9. Tiket masuk Benteng Portugis : 8 K IDR
10. Rujak : 6 K IDR
11. Oleh oleh : 6 K IDR
12. BBM @ Jepara : 10 K IDR

Total : 115 K IDR Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...