Sekitar akhir tahun 2007 saya
mengenal Pak Paulus Ari Yuono (Paul)
saat ia bekerja di Apotek PMI. Saat itu saya diminta Pak Hosanna – bos saya,
untuk mengantar LCD Proyektor ke Pak Paul. Saat itu saya menjumpai seorang
apoteker berkacamata, berperawakan ramah, dengan kruk untuk menyangga tubuhnya.
Ia begitu baik. Hari-hari setelahnya, saya sempat beberapakali bertemu sekedar
untuk urusan pinjam meminjam proyektor dan saya kerap dimintai tolong untuk
mengoperasikannya di beberapa acaranya.
Pada awal tahun 2009, saya
resmi bergabung dengan Robotik Sains Club Magelang. Pak Paul sendiri, yang
berprofesi sebagai apoteker, rupanya menjadi senior instruktur disana. Ya,
selain sebagai apoteker – ia juga menguasai ilmu elektronika. Bergabung kembali
dengan Pak Paul rasanya seperti berjumpa kawan lama. Sontak, kami langsung
segera akrab.
Kantor kami berada di lantai 2
Apotek Menowo, Magelang. Tiap hari Pak Paul harus naik turun tangga dengan kerepotan.
Setiap turun tangga, dengan senang hati, saya selalu membantunya menjaga dari
bawah, menjaga supaya ia tidak terpeleset. Pak Paul, saya dan Mbak Herlin
bekerja di Robotik selama lebih kurang dua tahun. Selama itu pula, saya
mengenal sosok Pak Paul lebih dekat.
Selepas SMA, Pak Paul mengaku
melanjutkan pendidikannya di Teknik Elektro Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW) Salatiga. Ia diantar jemput oleh bapaknya di Terminal Tidar. Tapi rupanya
ia tidak krasan hingga tiga semester saja. Selanjutnya ia berganti haluan
dengan masuk di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Jogja. Bekal ilmu
elektronika yang ia miliki ternyata menjadikan ia menggeluti bidang robotika. Sedangkan
sebagai seorang sarjana farmasi, profesi apoteker menjadi sandaran hidupnya
yang saat itu bertanggungjawab untuk Apotek Pemuda.
Pak Paul dimata saya merupakan
orang yang sangat baik. Selama saya bekerja sama dengannya, ia adalah sosok yang
selalu optimis, semangat, dan boleh dibilang seorang workaholic. Kerap kali saya yang terbiasa kerja santai, bahkan
terpaksa mengikuti irama kerjanya. Harusnya saya malu saat itu. Ia mengajari
saya pemograman model robotik dari Fischertechnik. Ia juga yang memberi saya
ilmu tentang mekatronika dengan rangkaian-rangkaian robotnya.
Disaat-saat senggang, Pak Paul
tergolong orang yang murah hati. Seringkali ia memberi kami makanan dari
rumahnya. Saat itu sedang diadakan panen lele di depan rumahnya dan kami
dibawai nugget lele. Kebersamaan saya, Pak Paul dan Herlin tidak semata
hubungan rekan kerja, tetapi lebih tentang persaudaraannya. Acapkali, setelah
kantor selesai lembur, kami makan bersama di Warung Mie Goreng AA, atau sate
kambing Samban. Tidak hanya itu, setiap lebaran dan natal, Pak Paul yang
Nasrani juga selalu memberi kami beberapa toples kue.
Pak Paul, Herlin, dan Saya (2009) |
Barangkali, saya adalah salah
satu dari sekian banyak orang yang pernah dekat dengan Pak Paul. Saya juga yang
menemaninya merancang motor roda tiga ‘skydrive’ di sebuah bengkel di bilangan Karet.
Sebelumnya saya juga pernah membantunya menaiki motor roda tiga ‘kawasaki’
untuk melaju dari tempat parkir ke pintu gerbang Aula Universitas Tidar. Tentu bukan
pekerjaan yang mudah untuk mengoperasikan motor kawasaki dengan tuas
perseneleng tersebut.
Dalam hal berbisnis bersama,
juga pernah saya lakui bersama Pak Paul diantaranya menerima servis printer dan
pesanan notebook. Tidak tanggung-tanggung, meski dengan keterbatasannya,
semangat Pak Paul saya acungi jempol. Kami saat itu bolak-balik Magelang –
Jogja untuk mengambil pesanan notebook, dan lalu menginstallnya dirumah untuk
kemudian diberikan kepada konsumen. Suatu saat sepulang dari Jogja, ia mengajak
saya makan di Jejamuran, Sleman. Kami juga pernah kepanasan bermotor dari
Magelang untuk muter-muter ke Jogja mencari perlengkapan robot. Selain itu,
sekitar satu tahun yang lalu, saya juga sempat membetulkan mesin absen milik
PDAM Kota Magelang, yang setelah saya lepas bekerja di Fingertec, Pak Paul –
lagi-lagi , berani menghandel pekerjaan tinggalan saya tersebut. Luar biasa..
Selama bekerja di Robotik,
begitu banyak tantangan yang kami lewati. Diantaranya kami berbagi tugas untuk
mengajar di Perum Bumi Prayudan. Setiap Rabu sore, bergantian saya, atau Pak
Paul atau Herlin untuk datang ke Prayudan. Terkadang, saya membonceng Pak Paul
dengan motor roda tiganya dengan membawa peralatan seperti notebook dan kit
robotik. Lain lagi cerita saat kami harus mengajar ekstra kurikuler di SMPN 1
dan SD Muhammadiyah. Suatu hari, saya bahkan harus mengajar sendiri saat Pak
Paul berada diluar kota. Saat mengajar di SD Muhammadiyah, kami begitu kewalahan
dengan jumlah murid yang over.
Karir Pak Paul sebagai kepala
Robotik Sains Club Magelang, bagi saya tidak bisa diremehkan. Beberapa lomba
kompetisi berhasil kami ikuti seperti Lomba Jateng Fair 2010, Kompetisi Robot Pintar
dan Roket Air Jogja 2011, dan Imagine Ristek 2011 di Jakarta. Saya dan Pak Paul
berkesempatan menjadi orang tua sementara bagi sekitar sepuluhan murid SD-SMP
yang kami ikutkan sebagai tim robotik. Setiap pagi di Anjungan Lampung TMII,
kami berkewajiban menyiapkan sarapan roti, dan mengingatkan anak-anak untuk
minum multivitamin. Lima hari berada di Jakarta, sementara anak-anak pulang,
saya dan Pak Paul pulang terakhir dengan naik bis Ramayana Eksekutif. Tidak sia-sia
perjuangan kami, akhirnya kami dinyatakan sebagai juara umum. Pak Paul sebagai
instruktur bersama timnya dari SMPN 1 Magelang beberapa bulan kemudian berangkat
ke Turki untuk mengikuti kompetisi robot internasional mewakili tim dari
Indonesia. Saat itu, saya sudah resign
dari Robotik dan hanya bisa ikut bangga melihat Pak Paul dan anak-anak
berfoto-foto di Turki.
Awang, Diaz, Pak Paul, Saya, Liwiryon, dan Andrew (2011) |
Selain mengikuti lomba-lomba
robotik, saya, Herlin dan Pak Paul atas nama Robotik Magelang juga sempat
menggelar beberapa perlombaan. Seperti Kompetisi Robot Pejuang (KRP) 2011 di
SMPN 1 Magelang, dan Kontes Robot 2012 di Artos, Magelang. Atas nama pribadi,
saya bersama Pak Paul juga kerap diundang menjadi juri di event tahunan SMP
Tarakanita Magelang bernama Tar-q Science and Art. Pak Paul, Pak Dwi dan Saya
sempat dua kali menjadi juri dalam lomba toys
from trash innovation pada 2013 dan 2014.
Pak Paul dalam Kontes Robot (2012) |
Pak Dwipraja dan Pak Paul (2013) |
Kenangan tentang Pak Paul begitu
banyak membekas di benak saya. Selain bergelut dalam dunia robotik, sebagai
ketua Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesisa (PC IAI) Kota Magelang (dulu
ISFI), kesibukannya juga tidak kalah banyak. Saya semakin hari semakin
memposisikan diri sebagai asisten Pak Paul. Dengan bangga, saya membantunya
dalam beberapa kegiatan seperti penilaian lomba apotek se Kota Magelang (kami
keliling dengan motor), kemudian juga membantu dalam beberapa acara IAI ;
Konferensi Cabang di Kebon Tebu Resto, Pendidikan Farmasi Berkelanjutan (PFB)
di Borobudur Golf Internatinal Country n Club, dan yang terakhir adalah Seminar
PFB di hotel Puri Asri Magelang. Yang terakhir ini, saya sudah lepas dari job
di Magelang dan tinggal di Ungaran. Tapi saya masih dengan senang hati menerima
ajakan Pak Paul untuk membantu mensukseskan acara tersebut.
Saya menganggap keluarga Pak
Paul, isterinya bu Loren, anak-anaknya Mella dan Efra, seperti saudara saya
sendiri. Jika saya kesana, saya pasti disambut dengan senang hati. Bahkan saya
juga seringkali nunut menginap dirumahnya saat harus mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan lemburan. Semangat bekerjanya tidak bisa saya ragukan lagi.
Ia terbiasa mengerjakan pekerjaan deadline hingga pukul 2-3 dini hari. Terakhir
kali saya berkunjung ke rumah Pak Paul saat mengembalikan obeng Jackly dan saya
tidak sempat bertemu karena ia tidak berada dirumah.
Pak Paul suatu saat juga
menyempatkan diri berkunjung ke rumah saya untuk sekedar menengok bapak saya
yang saat itu beberapa hari tidak bisa berjalan karena retakan kaki-nya
terganggu. Saat ulang tahunnya yang ke 36 pada 2012 lalu, ia juga mengundang
saya untuk ikut makan-makan di sebuah kafe di Cawang, Magelang.
**
Diaz, murid kami di Robotik
dulu semalam mengabari saya bahwa Pak Paul meninggal dunia. Deg!
Innalillahiwainnailaihi rajiun.. Saya kaget bukan kepalang. Pak Paul yang saat
ini menginjak usia 39 tahun ternyata harus tutup usia. Seingat saya ia
sehat-sehat saja. Saya tengok statusnya di kontak BBM dan terlihat baik-baik
saja. Ada dua kontak yang satunya ber-DP foto bersama rekan-rekan apoteknya, dan
yang satu ber-DP foto Efra. Seakan tidak percaya, saya mencoba mengkonfirmasi
dengan beberapa teman di Magelang. Ternyata kabar itu benar. Ia meninggal
karena keracunan makan seafood di Pantai Kawasan Gunungkidul dan tidak
tertolong tim medis.. Terbayang kembali Pak Paul yang terakhir kali sekitar dua
bulan yang lalu menelepon dan mengirim email kepada saya tentang rencana mengkonsep
sebuah acara lomba robotik dasar di Magelang yang akhirnya ditunda.
Awal tahun lalu, ia dan Bu
Loren juga hadir ke nikahan saya. Ternyata itu terkahir kali saya bertemu
dengan Pak Paul. Salah satu hal yang belum sempat saya lakukan adalah ingin
mengajak istri saya ke rumah Pak Paul membawakan Tahu Bakso. Hal itu saya
tunda-tunda karena kondisi istri yang tengah hamil sehingga menghindari
bepergian terlalu jauh dengan motor. Tapi kini Pak Paul telah tiada..
Pak Paul, kau adalah teman,
sahabat, dan keluarga.. Kau telah mengajarkan kami tentang kasih yang tulus,
bekerja sepenuh hati, tentang arti persaudaraan, arti persahabatan. Kaulah salah
satu inspirasi hidup kami dalam berkarya. Pantang menyerah dalam segala hal...
Terimakasih atas semua kebaikanmu yang teramat banyak..
Selamat Jalan Pak Paul..
Bu Loren dan Pak Paul (facebook) |
Tulisan
ini saya dedikasikan untuk Almarhum Paulus Ari Yuono, S.Si, Apt. (1 Desember 1976 - 6 September 2015); Ketua Robotik
Sains Club Magelang dan Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Kota Magelang.
Trims Untuk Catatannya mas.... Semoga Belia Damai di sisi-Nya.
ReplyDelete