Museum Ranggawarsita
(Ronggowarsito) yang ada di kawasan bundaran Kalibanteng sudah sejak lama
membuat saya penasaran. Hingga akhirnya rasa penasaran saya terjawab sudah oleh
kunjungan saya yang saya laksanakan bersama Rina pada Sabtu, 10 Maret 2012 lalu.
Berbekal satu botol air mineral
dan batere alkaline untuk kamera saya, kami pun mantap berangkat dari Unnes
sekitar pukul 10.30 siang. Tidak butuh waktu lama dan sekitar setengah jam
kemudian kami sudah berhasil mencapai Museum Ranggawarsita dengan selamat
sentosa.
Setelah memarkir smash, saya rasa
museum ini ramai sekali dengan terlihatnya berpuluh puluh mobil pribadi yang
terparkir di halaman luas. Saya pun bergegas ke loket dan membayar 9K idr untuk
dua tiket masuk dan satu tiket parkir motor. Saya pun bertanya kepada petugas
loket untuk rute kunjungan. Dan petugas loket tersebut sepertinya heran melihat
kami berdua anak anak muda yang ‘dolan’ ke museum. Hahaha..
Ternyata keramaian yang ada
disebabkan karena sedang diadakannya pesta pernikahan yang menempati salah satu
hall di museum ini. Pertama kali, kami harus menuju ke sebuah ruangan di sisi
sayap kiri museum. Di situ terpampang sebuah prasasti tentang peresmian museum.
Di situ juga saya jumpai dua orang petugas yang akhirnya saya tanyai tentang
rute kunjungan museum ini.
Dari penuturan petugas tadi,
akhirnya kami berdua memasuki museum dari ruangan yang di pasang gerbang ukiran
kayu jati.
Ukiran ini sangatlah megah dan rumit sekali. Tidak Cuma itu saja,
setelah masuk kami disuguhi ukiran gunungan raksasa. Ruangan ini berisi
informasi tentang tata letak museum. Baru ruang pertama, kami sudah merasa
bahwa museum ini gelap dan sepi. Ok, lanjut ke ruangan selanjutnya yang
menyimpan koleksi tentang geologi dan geografi. Kami dapat menjumpai macam
macam tanah, bebatuan, batu mulia, dan miniatur goa.
Sampai akhirnya kami menemui
sebuah lorong yang arsitekturnya indische banget. Begitu masuk, kami di hadang
oleh seekor gajah purba yang bernama Stegodon.
Gajah purba ini ukurannya sangat
besar. Ternyata eh ternyata, fosil gading stegodon ini ditemukan di situs Patiayam daerah
Kudus. Dan ukurannya.. wow, fantastis. Selain daripada itu, disini juga di
pajang sebuah konstruksi kerangka gajah asia.
Lanjut ke ruang selanjutnya kami
berjumpa dengan fosil fosil manusia purba dan perlengkapan berburunya yang ‘kala
itu’ sudah canggih berupa kapak kapak batu dan peralatan lain. Namun beberapa
fosil tengkorak rupanya sedang dalam perawatan.
Sampai disini, kami berdua masih
harus memaklumi bahwa museum ini sangat sepi pengunjung sehingga kami berdua
bebas berfoto foto tanpa rasa malu. Hahaha..
Ruangan selanjutnya adalah
ruangan tentang koleksi tentang peradaban Hindu Budha di Indonesia. Disini dapat
kami jumpai miniatur candi Borobudur dan Prambanan lengkap dengan patung patung
budha. Tak jauh dari situ, dipajang pula sebuah miniatur kapal Samudra Reksa yang merupakan
perwujudan dari kapal yang ada di relief candi Borobudur.
Perjalanan pun dilanjutkan menuju
ruang selanjutnya. Ruangan ini menurut saya temanya berantakan. Bayangkan saja,
waktu masuk, saya dihadapkan kepada sebuah miniatur masjid kudus lengkap dengan
menaranya, juga miniatur masjid demak. Namun di sebelahnya malah tandu Jenderal
Sudirman dan cerita tentang perang dimasa kemerdekaan. Nggak nyambung ya..
hahaha.. Tapi tak mengapa lah. Saya juga di ingatkan tentang pelajaran sejarah
SMP lalu oleh beberapa koleksi foto tentang perjanjian perjanjian antara
Indonesia dan Belanda dan beberapa tokoh pahlawan lengkap dengan koleksi
senjata senjata di masa lampau.
Lantai 1 habis, selanjutnya kami
menuju lantai II yang berisi tentang kehidupan ‘orang bawah’ seperti dapur
tradisional, pembajak sawah, dan nelayan.
Saya rasa ruangan ini tidak begitu
seru sehingga kami melanjutkan ke ruang selanjutnya yang bercerita tentang
budaya budaya jawa diantaranya macam macam wayang, dan kesenian kesenian
tradisional. Bahkan salahs atu patung patung kesenian ini sangat mengerikan dan
menakutkan! :D
Karena capek, kami pun istirahat
sebentar….. tenaga pun pulih kembali dan kami langsung merapat ke ruang
terakhir di lantai II ini. Isinya tentang sejarah hewan hewan purba dan ada
juga hewan masa kini yang di awetkan dan mengeluarkan bau kurang sedap. Dan selama
kami mengunjungi ruang ruang ini, banyak sekali kami jumpai peralatan
interaktif multimedia yang tidak bisa digunakan (dan memang tidak pernah ada
yang menggunakan karena dikunjungi pun jarang banget)
Kelelahan yang mendera akhirnya
mengajak kami untuk segera menuruni anak tangga menuju ke ruangan terakhir. Ya,
ruang terakhir ini mengoleksi tentang angklung, dan profil profil potensi
daerah Jawa Tengah.
Tidak banyak yang menarik di
ruang terakhir ini sehingga kami memutuskan untuk keluar dari Museum dan beristirahat
di lobbi. Dan setelah sekitar 15 menit beristirahat kamipun segera mengambil
motor untuk pulang….
Museum Ranggawarsita ini
sebetulnya memiliki koleksi yang sangat lengkap. Entah karena apa, atau mungkin
karena memang sudah takdirnya, museum hebat dan (menurut saya) paling hebat di
Jawa Tengah ini selalu sepi pengunjung.
Ayolah anak muda kita ke
Museum!!!
Read More..