Saya,
Arvis dan Kim siang itu tanggal 2 Januari terhenti di bilangan Ngrajek,
Mungkid. Tak lama kemudian kawan saya Ryan datang untuk bergabung. Teringat
masa kecil saya yang acapkali bermain hingga Ngrajek hanya untuk mandi di Udal
Ngrajek, maka hari ini kami ingin mengetahui keberadaan mata air itu pada era
sekarang. Ya.. Saya sendiri bahkan sudah sekitar lima belas tahun tidak
mengunjunginya.
Rupanya,
Udal Ngrajek siang itu ramai sekali. Kolam yang hanya berukuran kecil, dipenuhi
anak-anak yang mandi. Kolam itu sebenarnya airnya sangat jernih. Dahulu hanya
dibatasi dengan sekat seng, dan sekelilingnya masih bisa melihat hamparan
sawah, pepohonan kelapa, dan tentu saja gunung kembar Merbabu Merapi. Tapi
sekarang untuk menjaga privasi penikmat mandi, maka Udal Ngrajek sudah
dilengkapi dengan dinding semen dan dipisah antara laki dan perempuan.
Berhubung
situasi kondisi yang tidak memungkinkan, akhirnya kami memutuskan untuk
mengunjungi mata air lain lagi bernama Ndas Gending di kawasan Mertoyudan.
Saya
mengendarai Vario didepan sementara Kim berada dibelakang saya sigap dengan GPS
di ponselnya. Diantara kami berempat memang tidak ada yang mengerti dimana
lokasi persis dari mata air Ndas Gending ini. Namun, kata kuncinya cukup Desa
Sukorejo saja. Dan akhirnya berdasarkan peta kami pun sampai di Desa Sukorejo.
Sesampainnya, kami langsung mencari penduduk yang bisa kami tanyakan kemana
kami harus melaju.
Setelah
mengutarakan maksud untuk mengunjungi Ndas Gending, kami pun diberi petunjuk
jalan dan langsung sampai pada tempat yang dituju.
Gending,
(juga biasa disebut Kali Gending, Ndas Gending, Gending Ganjuran) adalah nama
sebuah mata air di Dusun Ganjuran Desa Sukorejo Kecamatan Mertoyudan. Lokasinya
tidak jauh dari Kota Magelang. Begitu sampai, kami disambut sebuah warung,
beberapa penjual makanan kecil, arena parkir, sebuah gazebo, musholla dan tentu
saja kolam pemandian.
Pemandian
di Gending dibagi menjadi tiga yaitu untuk laki-laki, perempuan, dan kolam
campur atau untuk anak-anak. Karena Arvis ada kesibukan lain, akhirnya hanya
kami bertiga yang lantas langsung mengganti baju dan berniat menyemplung. Kolam
laki-laki ini tidak terlalu luas dan tidak terlalu dalam juga. Oleh masyarakat
dusun Ganjuran tempat wisata ini sudah dikelola cukup baik. Sudah ada tempat
ganti baju, pagar pengaman, dan juga beberapa fasilitas penunjang yang lain.
Kolam pemandian laki laki |
Akhirnya
kami pun mandi-mandi disana dengan suka cita. Karena permukaan air yang cukup
dalam dari bibir beton keliling, kami bisa mencebur-cebur dengan gembira.
Sejenak melupakan beban pekerjaan dan beban hutang. Jika tidak membawa kacamata
renang, boleh sesekali melek di kedalaman air untuk melihat-lihat permukaan
tanah karena airnya sangat jernih.
Motif kepala atau Ndas perwujudan dewa pemberi air (kehidupan) dalam kerangka kearifan lokal |
Gending
ini cukup ramai. Berbarengan dengan kami ada beberapa kelompok anak-anak,
pemuda dan keluarga yang juga mandi. Dan untuk membilas diri dengan sabun,
cukup berada ditepian kolam dimana air buangan akan disalurkan. Namun demikian
patut disayangkan karena masih ada beberapa pengguna kolam yang membuang
bungkus sabun atau shampoo sembarangan. Mungkin karena pengelolaan yang kurang,
sehingga kebersihan di Ndas Gending secara umum juga belum maksimal. Untuk
mengunjungi mata air Gending, hingga hari ini tidak dikenakan biaya masuk hal
ini berpengaruh pada tingkat kebersihan di tempat wisata ini. Tengoklah kondisi
ruang ganti yang pesing, atau semen-semen yang berlumut dan kotor. Mungkin
sudah saatnya Gending membuka tiket masuk untuk pemeliharaan. ;)
Foto lainnya :
Tulisan Ryan Mata Air Ndas Gending