Tuk Udal Grabag |
Di
siang hari pada tanggal 1 Januari lalu, setelah puas menikmati kecapan kopi diNgrancah, saya dan teman-teman berkesempatan untuk mengeksplor Grabag lebih
dalam. Bekal saya hanya beberapa referensi foto di internet yang terus terang
memang belum banyak di kenal. Selama perjalanan kami harus ekstra
bertanya-tanya kepada penduduk untuk mencari titik tujuan kami.
Perjalanan mencari Desa Lebak |
Pesona Grabag |
Namanya
Tuk Udal. Berada di Desa Lebak kawasan Grabag. Untuk menuju tempat ini, kami
harus memarkir motor di perkampungan dan menyusur pematang sawah yang hanya
sanggup dilalui jalan setapak satu orang saja. Semilir angin sepoi dan
keramahan penduduk sekitar membuat kami terus semangat untuk menemukan mata air
yang tersembunyi ini.
Trekking pematang sawah |
Sepanjang
trekking, kami disuguhi pemandangan Gunung Sumbing yang gagah. Hamparan sawah
padi yang menghijau, dan gemericik air parit yang menenangkan. Kami terus
melaju dan masih dengan bantuan GPS konvensional berupa bertanya-tanya kepada
petani ataupun warga yang kebetulan melintas di persawahan itu.
Pemandangan Gunung Sumbing |
Setelah
berjalan kurang lebih lima belas menit, kami pun menemui parit panjang yang
sudah ditalud dengan aliran air yang sangat jernih. Bebatuan di permukaan
tanahnya terlihat jelas. Ah.. Kami ternyata sudah hampir sampai! Perjalanan
meniti parit tersebut akhirnya terhenti dihulu. Sebuah kolam cukup luas yang
sepi. Tidak ada orang lain kecuali kami yang baru datang.
Parit saluran |
Akhirnya
kami sampai di Tuk Udal. Di Grabag, ternyata selain memiliki mata air jernih
yang terkenal bernama Tuk Mas, juga memiliki Tuk Udal. Tuk Udal dalam bahasa
jawa memiliki arti yang sama. Berarti mata air yang menyembul. Di Tuk Udal ini,
sudah dibuatkan konstruksi talud untuk membendung mata air sehingga
terbentuklah sebuah kolam. Pada pusat mata airnya sudah disemen dan disalurkan
melalui pipa besar untuk kebutuhan warga.
Mata
air ini berada disamping sebuah sungai, dan berada dibawah sebuah lereng
persawahan. Lokasinya asri, tersembunyi, dan teduh. Tak pelak, kami pun ingin
segera mencebur.
Tapi
rupanya, hanya saya, Ryan dan Agam saja yang berani menenggelamkan diri ke
kolam yang amat bening itu. Sementara Mas Yoga dan Adhi memilih beristirahat,
berfoto – foto dan menyiapkan amunisi yang tersisa. Fasilitas alami yang ada di
sekitaran kolam ini adalah batu besar untuk menaruh barang bawaan, dan juga
rimbunan pohon ilalang sebagai tempat ganti baju.
Jangan ikuti jejak kami |
“Byur!!”
kami pun merasakan dinginnya air lereng gunung ini. Rasanya segar dan membuat
pikiran dan semangat menjadi oke lagi. Kami juga bisa berenang kesana kemari
dengan aman karena dalamnya tidak lebih dari satu setengah meter.
Tuk
Udal yang sepi ini hingga hari ini digunakan oleh warga lokal untuk mandi dan
kebutuhan air lainnya. Meski begitu, jika kalian ingin berkunjung juga
diperbolehkan. Sengaja saya tidak akan memberikan ancer ancer atau peta ke Tuk
Udal karena untuk menjaga kelangsungan kelestariannya. Tapi jika kalian ingin
mengunjunginya, tolong perhatikan rambu-rambu berikut :
1)
Tanyalah
ke penduduk sekitar tentang mata air ini. Jika bisa berbahasa jawa halus, lebih
diutamakan.
2)
Selalu
berlaku sopan terutama terhadap penduduk lokal
3)
DIlarang
melaksanakan hal-hal asusila dan hal tercela lainnya. Sekedar informasi,
didekat mata air ini juga ada sebuah makam. Jadi kalian harus tetap
bertatakrama yang baik
4)
Bawa
baju ganti
5)
Sampah
dibawa kembali
6)
Melihat
tempat wisata kita yang biasanya menjadi rusak karena terlalu ramai, maka disarankan
untuk tidak terlalu mengumbar di media sosial. Cukup sebutkan Tuk Udal Grabag
saja. Supaya yang ingin mengunjungi bisa mencari sendiri
Kopi Panggil yang bisa dipanggil disini |
Tulisan Ryan Rahasia Alam yang Tersembunyi
Tulisan Mas Yoga #Nglayapcah Tuk Udal Mata Air yang Tersembunyi
Tulisan Mas Yoga #Nglayapcah Tuk Udal Mata Air yang Tersembunyi
No comments:
Post a Comment