Thursday, March 17, 2011

Tour de Yogyakarta, March, 5 - 6th 2011 (Part I)

(Part I)
Liburan kali ini sudah saya rencanakan untuk mengunjungi Kota Yogyakarta bersama pacar saya yang juga best partner saya buat jalan jalan (haha). Akhirnya hari yang ditunggu tunggu datang juga..

Sabtu, 5 Maret 2011

Hari sabtu ini diawali dengan bangun pagi lalu mencuci motor smash. Jadwal aslinya harusnya jam 8 pagi Rina sudah sampai di Magelang. Tapi karena satu dua hal, dan juga karena kemacetan disaat liburan, akhirnya Rina sampai Magelang jam 9.10. Saya menunggunya di Pasar Kebonpolo sejak pukul 8.20. Tapi nggak papa lah..

Starting point perjalanan kali ini yaitu di Pasar Kebonpolo. Karena Rina belum sarapan, akhirnya saya mengajaknya makan soto di daerah Bogeman, tapi ternyata tutup. Akhirnya kami makan soto sapi di daerah Singosari. Soto ayam dua porsi, kerupuk dan segelas teh manis habis 7K IDR. Setelah perut terisi, kami melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Perjalanan pagi menjelang siang ini cukup lancar mengingat pelebaran jalan raya Magelang – Palbapang sudah 80 % selesai. Namun ternyata di Blabak, kemacetan panjang tak terelakkan karena sedang dalam proses pengerjaan pelebaran. Jadi untuk menghindari kemacetan, melewati dusun Mungkid dan belakang PT Kertas Blabak.

Sesampainya di kawasan Kali Putih, ternyata masih banyak lumpur kering yang cukup mengganggu pandangan dan pernafasan. Ini bekas banjir lahar dingin tadi malam. Di SPBU Gulon, saya mengisi penuh bensin motor smash 16K IDR. Akhirnya setelah melewati kawasan rawan penutupan sampai juga di gapura Selamat Jalan Jawa Tengah yang berada beberapa meter sebelum melintasi Kali Krasak perbatasan Jateng – DIY.

Memasuki Propinsi DIY, melewati Kabupaten Sleman, lalu masuk ke kota Jogja melewati Ring road Utara. Ringroad ini adalah jalan lingkar yang (menurut saya) hanya ada di Jogja. Semua kota besar di Pulau Jawa memiliki jalan tol, kecuali Jogja dengan Ringroadnya.

Anyway, tujuan wisata kami kali ini adalah Monumen Jogja Kembali. Yup,monumen berbentuk kerucut ini ada di Ringroad utara Jogjakarta. Setelah masuk dan mencari parkiran motor, Rina bergegas ke toilet sebentar untuk melakukan aksi. Hehe. Sebelum masuk, ada sebuah bekas pesawat tempur yang dipajang disitu. Untuk memasuki kawasan ini, harga tiket masuknya berdua 15K IDR. Setelah masuk, kami langsung melihat sebuah meriam yang sedang di cat ulang, dan koleksi lainnya juga ada di taman sekitar bangunan utama. Tepat di depan gedung utama, menghadap gedung ada Tembok lebar bertuliskan nama nama pejuang yang gugur saat terjadi agresi militer Belanda di Yogyakarta. Berhubung musim liburan, jadi banyak wisatawan anak anak sekolah yang berkunjung. Kami mulai melangkahkan kaki menapaki tangga memasuki bangunan kerucut ini. Ini bukan pertama kalinya saya masuk sini. Dulu waktu masih SD juga pernah. Tapi sudah agak lupa. Hahaha

Ada petugas yang memberitahu arah supaya kami mengambil kiri untuk melihat koleksi diorama yang menyajikan sejarah perebutan kembali Yogyakarta dari tangan Belanda. Diorama di monument ini bagus sekali. Ukuran patungnya bahkan bisa dibilang sama dengan orang asli.


Dan suasananya juga terasa seperti beneran. Penggambaran wajah wajah tokoh pejuang seperti Bung Karno, Soeharto, Jenderal Sudirman juga sangat mirip dengan foto foto yang selama ini kami lihat di buku buku sejarah. Secara umum, diorama di museum ini menceritakan bagaimana proses perjuangan rakyat melawan Belanda untuk merebut kembali Yogyakarta. Tips kalau hendak berfoto di depan diorama, jangan shot lurus dari depan diorama, karena flashnya mantul ke kaca. Hehe, jadi harus agak miring. Wah, ternyata koleksi dioramanya sudah habis. Dan sampai di pintu gerbang lagi. Setelah itu, kami naik mengunjungi lantai 3 yang disebut ruang Garbha Graha. Disini adalah tempat untuk merenung mengingat perjuangan para pahlawan. Adalah sebuah ruangan dengan bendera merah putih dan relief tangan tangan yang besar di tembok. Dasar di sekitar bendera terbuat dari batu marmer yang masih mentah dan cara ngelemnya pakai apa ya? Rina penasaran. Hahaha

Akhirnya selesai juga, kami turun dan dipelataran lantai 2 ternyata ada koleksi relief yang tidak terbuat dari batu, tetapi dari logam, masih bercerita tentang perjuangan merebut Yogyakarta. Namun sayang, pengantar di atas relief rata rata sudah kabur tulisannya. Kami tidak begitu antusias mengikuitinya, lalu turun ke taman belakang dan menemukan kolam. Jalan ke taman yang sepertinya jarang dikunjungi,
lalu foto foto di sebuah bekas meriam, dan say goodbye to Monjali.

Tujuan kedua kami adalah ke daerah Jl. Gejayan (Afandi)
kami hendak mencari sebuah baterai hape merk BAIWEI, namun menelusur sampai Jl. Moses Gatotkaca di daerah Mrican juga nggak ketemu. Waktu menunjukkan pukul 12.15, akhirnya kami melajukan motor ke arah Malioboro. Melewati pasar Gejayan, belok kanan, Galeria Mall yang menurut Rina suasananya persis kayak di Purwokerto (ah, yang bener aja Rin!) lalu lurus sampai menjumpai Tugu Jogja yang sangat legendaries itu. Kami tidak menyempatkan berfoto di Tugu, lalu belok kiri menyusuri Jl. Mangkubumi, dan Stasiun Tugu dengan sebrangnya ada Hotel Toegoe –sebuah cagar budaya. Dari sini kami harus muter melewati bangjo yang (menurut saya) paling ramai di Yogyakarta. Bangjo dan bundaran, setelah itu sudah kawasan Malioboro.

Kami mencari daerah Sosrowijayan. Oalah, ternyata sedikit melintasi Malioboro langsung belok kanan di gang pertama. Akhirnya ketemu juga tempat tujuan kami, rumah salah satu teman saya, Reni. Dia menyambut kedatangan kami dengan ramah sekali (hehe), akhirnya saya dipersilahkan memasuki rumahnya yang simple dan minimalis itu. Oiya, Reni ini adalah teman saya dulu waktu magang di Semarang. Dia tinggal disini dengan kakaknya sementara orang tuanya tinggal di Klaten, namun sabtu ini kakaknya sedang pulang Klaten. Huh.. akhirnya kami bisa istirahat juga setelah menempuh perjalanan dan kepanasen di jalan. Hehe.






Go to PART II

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...