Monday, April 18, 2016

Eling Bening, Wisata Baru di Ambarawa


Sumber dari sini

Wisata di sekitaran Ambarawa dimana, ya? Kampung Rawa, wah mahaal.. beli duren di Jambu, ah masih mahaal.. Atau beli serabi Ngampin, em udah pernah. Beli pecel keong ke Banyubiru juga pernah. Atau ke Museum KA, wah sudah sering kesana. OK google, pernah dengar orang bilang banyu bening Ambarawa, eh si google malah mengarahkan kami ke Eling Bening.

Setelah browsing barang sebentar, didapat informasi jika wisata tersebut baru dibuka Maret 2016 lalu. Di google juga belum banyak orang posting tulisan. Dan lewat foto yang saya lihat, saya jadi ngeh kalau tempat ini merupakan bangunan megah di puncak bukit yang terlihat dari ruas Jalan Lingkar Ambarawa.

Akhirnya kami memutuskan untuk kesana deh. Sebenarnya Sico sedang agak pincang mesinnya. Mungkin ada busi mati atau gimana. Saya belum mudeng. Tapi ndak papa deh kita pakai jalan jalan dulu sebentar. Berangkat pukul setengah sepuluh pagi, sampai TKP ternyata ada spanduk bertuliskan “MAAF BELUM DIBUKA UNTUK UMUM” saya pun bablas. Eh tapi kok banyak motor mobil parkir dan antri masuk, ya?

Akhirnya Sico pun muter dulu dan balik lagi.

“Per orang lima belas ribu, parkir dua ribu jadi tiga tujuh. Kupon bisa ditukar minum didalam, parkir lurus saja ada petugas disana” akhirnya saya pun menutup jendela dan melintasi jalanan yang masih berupa krokos. Kasian sico mobil tua harus offroad. Dan karena sepagi itu sudah sangat ramai, terpaksa saya parkir paralel di sebuah turunan. Parkirnya gampang karena didepan sendiri. Mundurnya yang agak susah, mesin sedang kurang fit, pula.
 
Untung sico membawa payung. Dayu yang sedang terlelap akhirnya bisa terhindar dari sinar UV yang membuatnya tambah hitam. Kami pun memutuskan untuk melihat lihat dulu. Beeeuuuhh.. apakah ini efek media sosial dan internet? Disana semua orang pegang tongsis, semua orang berfoto selfie, dan semuanya nguprek nguprek smartphone. Betapa ngerinya dunia ini. :-

Kami naik keatas dan dari sana tampak gunung Telomoyo dan perbukitan Bedono yang anggun. Lansekap menjadi semakin indah dengan hamparan Rawa Pening yang legendaris itu. Jalan lingkar tampak berkelok di bawah sana dengan kombinasi rel sepur wisata Ambarawa Tuntang. Dan hijaunya persawahan menambah damai, meski cuaca panas menyengat.
 
Tempat ini dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya, playground yang dilengkapi dengan permainan anak, tanah lapang, kemudian beberapa gasebo gardu pandang, resto yang makanannya bisa dinikmati indoor maupun outdoor, dan sebuah kolam renang kecil. Dayu rupanya sangat senang melihat riak riak air kebiruan itu. Dia juga nggak rewel saat kami berjalan mondar mandir mencari tempat duduk yang kosong.
 
Ramai sekali, hingga saya merasa sedikit stres melihat suasana seperti ini. Terutama di bagian restonya, terlihat tidak teratur. Mungkin imbas dari pengunjung yang terlalu banyak di hari libur dan karena tempatnya yang sedang ngehits-ngehitsnya. Akhirnya, kami tukarkan kupon masuk yang rupanya bisa dibarter dengan coca cola, fanta, jus jambu, atau es burjo. Dan sejurus kemudian kami mendapatkan tempat duduk disamping kolam ikan, dekat dengan music perform duet kibord dan saxofon.




Dayu duduk di meja, dia terlihat ceria. Tidak cemberut. Bahkan ketawa ketawa sambil bermain botol coca cola. Ketika mbak pelayan lewat, kami sempatkan lihat buku menu yang menunya lumayan mahal-mahal. Kami pun memesan seporsi mendoan yang berisi lima biji berharga dua puluh ribu rupiah.

Sembari menikmati mendoan, kita bisa melihat hamparan pemandangan di sekitar. Suasana juga sejuk sejuk gimanaa gitu. Setelah dirasa cukup, kami pun kemudian mengakhiri wisata. Berjalan kaki ke bawah parkiran sembari membawa payung dan kemudian kesulitan mengeluarkan sico dari parkir paralel. Apalagi medannya menurun cukup tajam. Apalagi mesinnya pincang. Untunglah bisa keluar dengan selamat. :D




Read More..

Piknik Pertama Dayu ke Salatiga



Beberapa hari yang lalu tepatnya Sabtu 9 April 2016, untuk pertama kalinya saya, Tika dan Dayu mengadakan piknik keluarga bersama Sico. Sebenarnya ini bukan piknik pertama Dayu sih. Karena Dayu meski sekarang ini baru berusia enam bulan, tapi ia sudah melanglang buana kemana mana. Sudah pernah ke Jombang, Madiun, Ponorogo, dan terakhir dia OTW dari Ngawi ke Ungaran. Belum cukup itu saja, dia juga ikut waktu saya antar emak pulang ke Magelang. Dan Dayu ikutan beli Mangut Beong di Borobudur.

Dan sekarang-sekarang ini, justru Tika yang sering heboh mengajak jalan-jalan tiap hari libur tiba. “gimana, berani enggak medannya, parkirnya?” tanya Tika jika menawarkan saya mengunjungi tempat tempat wisata. Hmmm dia masih meragukan kemampuan nyopir saya yang sebenarnya masih mengkhawatirkan ini.

Siang itu kami memutuskan untuk ke Salatiga saja. Daripada ke Semarang, ke Salatiga banyak lebihnya. Lebih adem, lebih bebas macet, dan lebih aman untuk sopir pemula seperti saya. Untuk memperpanjang waktu tempuh, saya memutar melewati Tuntang, Tlogo, Karanglo, Pabelan dan Salatiga. Tujuan pertama kami sederhana saja. Menikmati susu di kafe M(i)lk Susu.
 
Beberapa bulan lalu saya pernah diajak Cristine ke sana jadi ini untuk kedua kalinya. Disana, kami memesan masing-masing secangkir susu moka, tiramissu, dan seporsi jamur krispi. Dayu alhamdulillah tidak rewel saat berada disana. Karena disamping tempat duduk kami terhampar kolam ikan dengan koleksi iwakbang alias ikan merah. Dayu tampak senang sekali melihat ikan berlalu lalang berenang kesana kemari. Dan dia juga suka melihat cangkir bergambar sapi.





Selepas minum susu dan saya nunut shalat di musholanya (yang tidak dilengkapi dengan mukena), Tika kemudian berhasrat untuk melaksanakan shalat dhuhur pula. Pilihan kami jatuh pada sebuah mushola di kompleks Taman Kota Salatiga, meski saya harus muterin sico sebentar mencari U turn terdekat. Sesampainya disana, ternyata air mati. Ah yasudah lah. Sudah sampai sana, sudah niat, akhirnya kami memutuskan untuk melihat lihat saja.
Sumber : http://www.kompasiana.com/haryono.hs
Taman Kota Salatiga sejatinya dibangun sejak tahun 2012 lalu. Awalnya kawasan yang berada dekat bangjo Kumpulrejo / Salib Putih di Jalan Lingkar Salatiga itu merupakan hutan Bendosari. Namun kemudian dikonsep sebagai rest area dan hingga akhirnya dikembangkan menjadi sebuah tempat wisata berkonsep living plaza (nek rasalah ngarani). Jadi sebuah tempat jalan jalan terbuka yang dilengkapi dengan bermacam fasilitas. Ketika masuk, pohon pohon rindang menghijau langsung menyambut. Kita kemudian berjumpa dengan mushola yang airnya belum nyala, parkir gratis, dan kemudian pengunjung harus turun menuruni anak tangga yang lumayan. Dibawah ada taman lalu lintas, dan beberapa kandang hewan. Hewan hewan yang dipelihara sejauh ini berupa burung-burung. Selain itu juga ada semacam tempat opera terbuka atau mungkin kolam yang belum terisi air?







Untuk penggemar olahraga BMX ataupun skateboard, disana juga disediakan treknya. Lumayan kan, olahraga ditengah hutan yang teduh. Dan satu yang unik adalah disana ada beberapa kursi yang dibuat dari bekas kaleng aspal.

Untuk informasi, saat kami berkunjung kesana, ada beberapa pasang remaja muda mudi yang berpacaran. Ah memang tempat ini cocok untuk pacaran sih ya. Teduh, sepi, dan damai.. Tapi jangan meniru adegan mereka ya.. Tiru saja kami, menikah, punya anak, baru jalan jalan. Hehehe..

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...