Friday, February 12, 2016

Pengalaman Kursus Stir Mobil di Mr. Jay Ungaran


Ilustrasi. Sumber : kursusmengemudisurabaya.com


Setelah menimbang banyak hal, dan sepertinya saya akan segera memiliki kendaraan roda empat, saya pun memilih untuk belajar setir mobil. Ya, di usia saya yang sampai punya anak ini, saya belum bisa nyetir mobil. Lha wong memang belum pernah punya e. Telisik-telisik, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil kelas kursus setir mobil di Mr. Jay, Ungaran.

Rupanya harganya dibuat per paket. Mulai dari 350 ribu per 5 pertemuan, hingga 900 ribu per 15 pertemuan. Sekali pertemuan dibuat satu jam dan jadwal hari bisa menyesuaikan. Saya pilih paket lancar yaitu 10 kali pertemuan dengan biaya enam ratus lima puluh ribu rupiah. Dibayar dimuka.

Pada hari pertama, saya yang masih awam langsung masuk ke Honda Jazz warna hitam. Saya masuk di kursi penumpang depan sambil bilang ke instruktur bernama Mas Herry bahwa saya sama sekali belum pernah pakai mobil.

Tujuan hari pertama adalah menuju ke Alun-alun Bung Karno Kalirejo. Setelah mengganti posisi duduk di ruang kemudi, saya diperkenalkan singkat tentang putar setir, rem kopling gas, saya diminta mengulang ulang hingga hafal sambil injak injak. Tidak lama, lalu saya diajari menjalankan mobil maju, berputar ke kiri dan kanan mengikuti pinggiran lapangan. Maju, mundur, ngerem, dan mengendalikan setir. Itu pelajaran hari pertama.

Pada hari kedua, Mas Herry mengajak saya ke tanjakan di dekat SMP 2 Ungaran. Saya diajari cara mengendalikan mobil saat berada di tanjakan dan harus berhenti. Macet, atau bangjo misalnya. Intinya, saat mobil bergerak menanjak dan akan berhenti, injak kopling full dan injak rem. Masukkan gigi ke posisi 1, kemudian saat akan melaju lagi, kopling diangkat hingga mobil bergetar. Ngangkatnya pelan saja sambil dirasakan. Saat mobil bergetar, tahan kopling dan lepaskan rem. Jalan deh. Saya begini terus jadi maju berhenti, maju, berhenti, dan seterusnya.

Hari ketiga, saya dan Jazz hitam ditantang untuk mulai masuk ke jalan-jalan kecil perkampungan di Kalirejo. Untuk porsi latihan hari ketiga, saya masih belum dapat merasakan tentang menstabilkan belokan belokan dengan setir.

Hari keempat, saya dianggap sudah paham teori dasar berhenti di tanjakan. Saya diajak Mas Herry ke daerah Kalongan ke Kantor Kecamatan Ungaran Timur. Tujuannya untuk membiasakan setir saya. Saya di hari ketiga ini masih belum dapat feel kapan harus membelok dan seberapa nekuk si setir harus diputar, dan sebagainya. Melalui jalan yang sepi namun sempit, saya masih sering dibantu Mas Herry terutama saat saya grogi berpapasan dengan kendaraan besar seperti truk. Dan rute ini melewati setidaknya beberapa model medan. Medan berkelok, medan naik, medan turun, dan medan perkampungan yang sempit. Rute ini diulang hingga tiga kali sampai saya benar benar bisa menguasai setir di pertemuan ke enam. Dan pada pertemuan ke enam, saya ditest untuk menurunkan persnelleng saat mobil menanjak dan terasa tidak kuat. Bisa, sih meski terasa kasar. Hehehe :D selain itu, saya juga diajak melewati sempilan pintu tol Ungaran yang panjang dan lurus. Mungkin karena memang belum biasa, Mas Herry bilang saya masih kaku seperti nyetir mobil L 300. Wakakak..

Pada pertemuan yang ke enam itu juga, saya kembali berhenti di SMP 2 Ungaran untuk diajari trik setengah kopling. Kata Mas Herry, ini adalah cara pengemudi professional untuk menghentikan mobil ditanjakan tanpa menggunakan rem. Aplikasinya adalah saat macet merayap tanjakan, sehingga mobil sebentar berhenti sebentar jalan, dan saat bangjo tanjakan dan merahnya tinggal beberapa detik. Agak susah, sih. Tapi teorinya dapat. Teorinya yang saya ingat adalah ‘mundur angkat, maju pidak’. Caranya saat mobil ingin berhenti, injak kopling full, dan di titik pemberhentian, tahan gas kecil (sekitar 1000 rpm) dan kopling langsung diangkat setengah. Jika mobil mundur, angkat kopling sedikit, jika maju, injak kopling sedikit.

Dan pada hari ketujuh, saya akhirnya diajak Mas Herry untuk mencoba jalan raya yang sesungguhnya. Karena dari pertemuan pertama hingga ke enam, hanya melewati beberapa bagian dari jalan raya yang ramai. Hari ketujuh, saya mengemudikan si Jazz ke bangjo pegadaian, dan gagal mengaplikasikan setengah kopling tanpa rem. Kemudian melaju melewati jalur bis ke taman unyil. Darisana, saya ke Jl. Pramuka dan melahap tanjakan turunan belokan ekstrim kemudian kembali lagi ke Ungaran. Alhamdulillahnya, lancar.

Mendekati masa masa terakhir saya kursus, di pertemuan ke delapan saya diajari trik parkir. Dekat saja, berlatih di alun-alun mini. Dengan bantuan dua buah kerucut orange. Mas Herry menggambarkan itu adalah model parkir di supermarket atau mall. Mulanya, saya diajarkan bagaimana memarkir mundur untuk kemudian belok kanan dan menyesuaikan mobil berada diantara mobil lain. Yang susah adalah meluruskan mobil setelah ekor mobil masuk. Dan setelah mencoba sekitar empat lima kali barulah saya dibilang lancar.
Selanjutnya, gentian dari sebelah kiri. Kebalikannya. Ini lebih susah karena harus mengepaskan posisi kerucut terlihat dari spion (pertama kali saya salah asumsi, kerucut kiri dianggap kerucut kanan) wkwkwk. Dan belajar parkir ini akhirnya membutuhkan dua kali pertemuan sampai saya benar benar dianggap bisa. Ya, bisa atau bejo ya.. hahahaha

Pertemuan terakhir, saya diasah kembali menggunakan setengah kopling tanpa rem. Meski menurut google, trik ini tidak direkomendasikan karena akan cepat merusak kampas kopling, tapi ini tetap penting. Pada pertama kedua saya mencoba masih liyut liyut. Mobil maju, mundur cantik. Saya bahkan harus melafalkan “mundur angkat maju pidak” untuk menentukan saya harus angkat atau injak kopling jika si mobil maju mundur. Dan akhirnya saya pun berhasil dengan waktu selama tiga puluh lima detik menahan kopling dan gas sehingga mobil berhenti di tanjakan. Kemeng kakinya….

Selain itu, pada pertemuan ini saya juga diajari cara dasar berhenti tanjakan menggunakan handrem. Setelah saya pelajari ternyata ini lebih mudah dan lebih pasti. Hanya satu kekurangannya ; kurang praktis dan kurang professional. Hehehe.. trik ini cocok digunakan saat macet lama, atau bangjo lama. Dan sebelum pulang, saya disuruh sharing tentang pertanyaan – pertanyaan seputar mengendarai mobil. Saya menanyakan tentang cara mengepaskan berhenti di tiketan parkir mall yang mobil posisi menjanjak, kemudian menanjak bertemu U-Turn. Itu saja sih.

Sepuluh pertemuan sudah usai, dan saya pun akhirnya menjadi bisa mengendarai mobil sendiri. Beberapa trik yang digunakan, ternyata tidak bisa diaplikasikan untuk mobil sico tua saya. Contohnya, jika di jalan pelan pakai jazz, gas tidak usah diinjak, tetapi dengan sico, gas tetap dipertahankan di 1500 rpm dan gunakan permainan kopling. Gitu saja sih. ;)

Kursus Setir Mr. Jay
Jl. Mayjend Sutoyo
Alun-alun Mini (Asmara)
UNGARAN
Telp 0857-1236-6770

Read More..

Thursday, February 11, 2016

Akhirnya Beli Motuba Juga

Sebenarnya, saya sudah lama ingin memiliki kendaraan roda empat. Bukan untuk gaya-gayaan, tetapi untuk menunjang transportasi jika saya sudah memiliki anak. Dan karena Dayu sudah lahir dan kini sudah tumbuh kembang, akhirnya saya mantapkan hati untuk mencari mobil bekas. Pilihan saya jatuh kepada mobil bekas dengan harga yang masih dapat dijangkau, dan tanpa memikirkan lagi angsurannya. Boro-boro mengangsur, lha wong uang untuk beli mobil itu aja hasil memanfaatkan kemudahan mengkredit ala PNS, je.

Singkat cerita, saya memutuskan membeli mobil bekas dengan kisaran harga 25=27 juta. Berdasarkan observasi kecil-kecilan saya di OLX, akhirnya ditemukan beberapa pilihan antara lain ; Daihatsu Charade CX, Charade Classy, Toyota Corolla GL-SE, Starlet kotak, atau Honda Civic Wonder. Semua mobil diatas berada di kisaran tahun 1984 – 1990-an. Ya.. Namanya juga mobil bekas yang murah, makanya tua-tua.

Dan sebagai orang yang sangat awam dengan dunia permobil-an (bahkan nyetir belum bisa), saya akhirnya meminta tolong kepada salah seorang teman bernama Mas Pongky. Istri saya, Tika ternyata ingin memiliki mobil model sedan dengan ekor, bukan hatchback. Dan setelah berdiskusi tentang mesin dengan Mas Pongky, akhirnya dikerucutkan pilihan menjadi dua saja. Antara Toyota Corolla SE, atau Honda Civic Wonder.     

Pencarian
Setelah menginventarisir beberapa mobil yang cocok lewat situs OLX, pertengahan Januari 2016 lalu saya bersama Mas Pongky mulai bergerak ke arah Semarang bawah. Kami janjian dengan seorang yang menjual Corolla SE warna krem keabu-abuan. Malam itu cuaca hujan sehingga kami janjian di parkiran Superindo Undip, Tembalang. Setelah dicoba sekilas, bodi mobil termasuk baik, hanya mobil sedikit ‘pincang’ mesinnya. Malam itu kami juga belum bisa melihat lebih detail mesinnya karena gelap dan basah air hujan.

Malam itu juga kami janjian dengan penjual Corolla SE warna merah di Pudakpayung dan penjual Civic Wonder di belakang ADA Srondol. Tetapi karena hujan yang nggak reda-reda dan kondisi tidak memungkinkan akhirnya kami pun tidak jadi kembali mensurvey mobil.

Minggu, 31 Januari 2016, saya bersama Mas Pongky mumpung sama-sama senggang, memutuskan untuk mensurvey beberapa mobil incaran. Yang pertama, kami ke Mijen, Semarang. Disana ada penjual Corolla SE warna silver. Setelah disurvey, mobil tersebut kondisi bodynya sudah banyak lecet, lantai banyak keropos, dan ada oli rembes di mesin. Waktu dicoba, kondisi mesin sangat enak kata Mas Pongky. Maklum, pemiliknya adalah anggota komunitas Corolla GL-SE. Orangnya sangat santai. Dia bahkan mempersilakan kami mencoba mobil tanpa ia dampingi. Dan di akhir, ia blak-blakan bilang ; masnya mending cari yang lain dulu saja. Nanti kalau dapat, langsung hubungi saya. Nanti tak ajak touring komunitas GL – SE ke Purworejo tanggal 7. Wkwkwk.. (agak nggak niat njual).

Lokasi kedua, kami mensurvey Civic Wonder tahun 86 di daerah Gunung Pati. Saking baiknya pemiliknya, kami bahkan disuruh duduk-duduk dan dibuatkan teh manis. Hehehe. Si Wonder ini kondisinya bagus. Body kinclong, pajak jalan, hanya saja setelah di test drive, terasa glok-glok di bagian roda kanan depan. Selain itu setelah dicek, ternyata roda depan bagian dalam sudah jelek (makan separo) pertanda harus di spooring balancing. Mobil ini pun akhirnya kita tinggal dulu.
Civic 86 silver ilustrasi sumber OLX

Tujuan ketiga, kami kembali melihat Corolla SE yang pernah kami lihat malam-malam di Undip. Sepertinya penjualnya sudah sangat butuh uang sehingga bolak balik menghubungi saya. Dan sadisnya, harga penawarannya juga turun sangat drastis dari 28 Juta ke 22,5 Juta. Nah, kami pun penasaran, ada apa kok harganya turun segitu banyaknya. Setelah kami pantau, ternyata selain masalah pajak telat dan hampir ganti plat, kondisi lantainya keropos sebagian. Tidak banyak sih. Dan kondisi mesin juga tetap harus di tune up. Karena siang itu kami belum bisa memberi keputusan, akhirnya kami tinggal dulu dan berjanji mengabari sore harinya.

Tujuan selanjutnya adalah Civic Wonder 1987 milik Agung Sedayu yang berada di belakang ADA Srondol. Di foto facebook, (ohya, saya akhirnya juga gabung dengan beberapa grup facebook jual beli mobil bekas area Semarang dan sekitarnya), mobil civic ini kinclong. Tapi penasaran saja karena penawarannya terhitung murah. 23,5 juta. Dan akhirnya setelah dipantau, mobil tersebut catnya sudah kurang layak, kerapian interiornya pun apa adanya. Jadi kami terpaksa tidak ngenyang mobil ini.

Tujuan terakhir sebelum pulang, adalah survey Corolla SE merah di Pudakpayung. Untuk informasi, kami sudah beberapa kali janjian dan selalu gagal ketemu. Yang terakhir kami langsung pantau rumahnya dan mobilnya sedang pergi. Tapi disana ada beberapa sticker kegiatan komunitas Corolla GL-SE dan di garasinya banyak peralatan bengkel. Menandakan si Corolla merah ini pasti sering dirawat pemiliknya. Tapi sayang, hingga terakhir kami janjian, kami tetap tidak bisa bertemu orangnya untuk lihat barangnya. Mungkin si empunya masih galau antara mau dijual atau tidak.

Daan setelah sampai markas Mas Pongky, pilihan saya mengerucut pada Corolla SE dan Honda Civic Wonder. Dan setelah diskusi perhitungan harga beli + perbaikan (biasa diistilahkan dengan PR), akhirnya saya mantep untuk mengambil Corolla SE krem keabu-abuan itu dengan menerima segala kekurangannya. Nego pun dilakukan dan gilanya, harga jatuh di angka 20 juta lebih lima ratus ribu. Saat itu juga nego sukses dan deal. Si penjual ternyata sangat sibuk sehingga hari itu juga ia mengantar Corolla SE dari Semarang ke Ungaran, dan setelah cek cek kelengkapan, saya segera membayarnya via transfer bank.

Benar-benar sesingkat itu. Saya pun masih shock tidak menyangka kalau akan dapat mobil sore gerimis itu. Setelah menyeruput kopi barang sesaat, mas penjual pamit pulang dan saya langsung bingung “gimana mbawa mobil ini ke rumah..” dan akhirnya berkat kebaikan hati Mas Pongky, si Corolla akan menginap satu dua malam dulu disana.

Awal-awal Pemakaian
Dua hari kemudian, saya dengan didampingi Mas Pongky melajukan mobil menuju rumah saya. Satu yang saya takutkan adalah saat masuk perumahan dengan gang-gang sempit dan banyak mobil parkir memakan bahu jalan. Dengan kaku-kaku, saya akhirnya sampai depan rumah dan masih belum bisa memarkir dengan baik. Akhirnya untuk parkir pertama ini masih diparkirkan sama Mas Pongky.

Selama seminggu, si Corolla saya tutupi cover mobil (rumah saya belum ada garasi) dan lupa tidak dipanaskan. Kebetulan juga ada tetangga yang meninggal jadi otomatis mobil tidak bisa lewat karena ada tratak dan kursi. Dan kebetulan lagi, saya ada libur panjang Sabtu – Senin saat Imlek lalu. Hasilnya aki mobil tekor. Hadehhh..

Saya yang buta tentang permobilan, dengan dukungan sms dan BBM dari Mas Pongky akhirnya berhasil melepas aki dan membawanya ke tukang strom aki. Dan sorenya saat saya coba memasangnya kembali, saya lupa konfigurasi kabelnya. Di aki mobil saya pada kutub positif ada lima kabel dan di kutub negative ada tiga kabel. Saya lupa. Dan karena ada yang salah, timbullah percikan api. Ahhh..mental saya langsung down.

Akhirnya malamnya Mas Pongky datang dan memberi saya pengetahuan sehingga aki dapat dipasang kembali. Dan starter “jreeeengggg”. Alhamdulillah.. Selanjutnya saya diajak Mas Pongky untuk membiasakan membelok-belokkan mobil di gang-gang perumahan. Sekitar tiga puluh menit. Dan selanjutnya saya diajak Mas Pongky untuk PCB melihat rumah di daerah Genuk. Dari rumah hingga Genuk saya kendarai sendiri, dan sesampainya di TKP, medan ekstrim. Sempit dan turun naik belak belok. Akhirnya saya pasrah dan dihandle oleh Mas Pongky.

Setelah berfikir, saya lalu memutuskan untuk mengantar Mas Pongky pulang dan saya akan membawa mobil sendiri pulang ke rumah. Mas Pongky awalnya sedikit ragu, apa iya saya bisa sampai rumah dengan lancar.. Tapi setelah saya yakinkan, akhirnya saya pun untuk pertama kali, membawa si Corolla SE pulang dari Ungaran ke rumah. Melewati jalan lingkar belakang yang cukup sepi, Alhamdulillah saya bisa lancar. Dan begitu masuk perumahan, saya ekstra hati-hati sekali. Takut menyenggol apa-apa di kanan kiri jalan. Ada pot, tempat sampah, mobil tetangga, dan lain lain. Alhamdulillah saya berhasil membawa si Corolla SE sampai depan rumah.

Masalah timbul. Saya belum bisa memarkir dengan baik. Hasilnya, selama lima belas menit saya maju mundur belak belok meluruskan parkir hingga keringetan. Dan setelah saya cek, mobil saya terlalu maju sehingga pintu rumah saya tertutup. Untungnya ada tetangga lewat, saya mintai tolong mengabani saya agar saya bisa memundurkan dengan tetap meluruskan mobil. Dan fyuuuhhhh… Selesai juga. Bereees.. Alhamdulillah..

Besok-besok, sico (si Corolla SE) akan melalui tahap-tahap menjadi prima antara lain ; ganti aki, tune up mesin, dan ngelas lantai secara bertahap. Dan si empunya ini akan membuat SIM A juga mengurus mutasi surat-surat sico. Disamping membiasakan diri mengendarai mobil sendiri :D.

Oke semoga kamu sehat selalu ya sico.. ;)

Sico, hasil parkir penuh keringat semalam

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...