Friday, September 11, 2015

Menguak Masa Lalu Ungaran

Peta Ungaran 1922 (kitlv.nl)

Berbicara tentang masa lalu Ungaran, memang sulit sekali untuk mencari referensi. Bahkan hingga di era seperti ini, saya yang berusaha mengulik informasi dari internet-pun merasa sangat kesulitan. Tulisan ini adalah tulisan kedua saya tentang Ungaran tempo dulu. Pada postingan yang saya buat 2011 lalu, belum banyak informasi valid yang bisa saya tuliskan, sehingga pada tulisan kali ini saya akan mengupas beberapa kisah menarik tentang masa lalu Ungaran.

Fort de Ontmoeting
Denah Fort de Ontmoeting (kitlv.nl)
Benteng ini sempat terbengkalai selama beberapa tahun. Tahun 2011 lalu saya berhasil memotretnya dan tidak lama kemudian benteng ini direnovasi dan sekarang menjadi sangat cantik. Sebagai salah satu ikon Kota Ungaran, benteng ini saat ini dimiliki oleh Kepolisian dan dijadikan sebagai Balai Pertemuan Polisi dan Masyarakat. Sempat terdengar ada kabar bahwa benteng akan dikembangkan menjadi museum dan hingga hari ini belum terdengar perkembangannya.

Alkisah pada 1746, Keraton Solo dipindah dari Kartasura ke Surakarta. Pada saat itu untuk memperlancar jalur militer antara Semarang – Surakarta maka dibangunlah beberapa pos militer Belanda. Selain di Boyolali dan Salatiga, maka di Ungaran pada 1786 dibangun sebuah benteng dengan nama Fort de Ontmoeting. Benteng ini dibangun untuk memperingati pertemuan antara Gubernur Jenderal van Imhoff dengan Pakubuwono II yang diadakan di Ungaran.
Benteng Oengaran 1933 - Tropenmuseum
Benteng Ungaran 2015

Benteng yang selanjutnya populer dengan nama Benteng Oengaran/Willem II ini turut mewarnai perkembangan sejarah sosial politik di Jawa. Pada 1811, benteng ini merupakan pertahanan terakhir tentara Belanda sebelum akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Inggris di Tuntang. Peristiwa itu disebut dengan Kapitulasi Tuntang dimana salah satunya berisi bahwa Belanda menyerahkan kekuasaan atas Nusantara ke tangan Inggris. Pada era Perang Jawa (Java Oorlog 1825-1830) benteng ini merupakan tempat penahanan Diponegoro setelah ditangkap dengan licik oleh Belanda di Magelang. Sang Pangeran diinapkan selama tiga hari baru kemudian diasingkan ke Makassar.

Pada era setelah kemerdekaan, Benteng ini digunakan juga sebagai asrama polisi hingga kemudian ditinggal dan tidak terawat. Beruntung pada sekitar Tahun 2012 lalu, pemerintah menggelontorkan uang untuk revitalisasi benteng. Benteng ini sekarang bisa menjadi jujugan wisata sejarah yang edukatif.

Kweekschool

Cerita berawal dari Tahun 2011 dimana sebuah bangunan yang sangat saya sukai terlihat terbengkelai. Bangunan itu biasa disebut orang dengan PHB. Lokasinya ada di Jl. Diponegoro depan SMA 1 Ungaran. Waktu itu, salah satu gedung dalam kompleks PHB ini digunakan oleh Pabrik Sidomuncul sebagai salah satu kantor. Tetapi, sekitar 1-2 tahun kemudian, PHB dan kompleksnya ini justru ditutup dengan pagar seng. Beberapa teman saya dikantor menjelaskan bahwa PHB tersebut dulunya merupakan asrama TNI. Dan sebelumnya lagi, digunakan oleh satuan Perhubungan (PHB) dan juga Satuan Musik Militer Kodam IV Diponegoro. Saya sendiri malah baru mudeng jika PHB berasal dari singkatan Perhubungan. Semenjak tahun 2007, para penghuni asrama tersebut dipindahkan ke asrama TNI di Watugong, Semarang. Sehingga bangunan tersebut terpaksa mangkrak.

                               

Bagian bangunan mulai rapuh, rusak ditelan waktu. Rumput-rumput mulai menjulur membuat bangunan pelan-pelan mulai hancur. Beruntung, tahun 2011 lalu saya sudah berhasil mengabadikan fotonya. Terhitung sejak tahun 2012-2013, gedung kantor Sidomuncul tersebut berhenti beroperasi dan keseluruhan kompleks ditutup dengan pagar seng! Sementara bangunan inti PHB mulai ditanami dengan pohon sengon. Nah, menurut informasi yang berkembang, lokasi tersebut telah diincar oleh investor yang akan membangun pusat ekonomi, ruko atau mall. Tetapi rencana investor tersebut terganjal oleh status Benda Cagar Budaya (BCB). Pemerintah Kabupaten Semarang sendiri tampaknya juga kesulitan mengurus  BCB tersebut karena status kepemilikan yang masih mengambang antara TNI atau Pemerintah.


Disatu sisi, terlihat upaya pembiaran baik oleh unsur TNI atau Pemerintah sebagai penguasa wilayah untuk membiarkan bangunan tersebut pelan-pelan rusak. Sehingga jika sudah rusak, maka penghapusan status BCB tersebut akan mudah lolos sehingga rencana investor membangun kawasan tersebut menjadi mudah.

Dua minggu yang lalu saya mampir ke PHB karena kebetulan bangunan tersebut terlihat bersih, dan pagar sengnya dibuka. Ternyata gedung tersebut kini digunakan sebagai pool Bus Rapid Trans (BRT). Saya kemudian disambut oleh dua orang penanggunjawab disana. Begitu memarkir motor dan masuk, ruangan utama nya sudah sangat rusak. Kerusakan yang ada dibagian plafon mencapai 90 persen. Sementara bangunan sayap pendukung di kiri-kanan, sudah dihancurkan. Di ruangan utama tersebut, salah seorang bapak tadi bercerita bahwa sudah sekitar satu bulan ini bangunan ditempati. Mengenai status kepemilikan tanah, justru jatuh ke perorangan dengan bukti Sertifikat Hak Milik (SHM). Pool BRT sendiri hanya mengantongi ijin pemakaian bangunan dari Bupati dan diketahui oleh pihak TNI.
                               


Dari berbagai sumber yang pernah saya gali, selalu saja menghasilkan jawaban bahwa bangunan PHB dahulu digunakan untuk asrama TNI, Kantor Satuan Perhubungan, dan Kantor Satuan Musik Militer. Selebihnya, belum ada yang tahu.
 
Bangunan yang selama ini dikenal dengan PHB tersebut menurut peta Tahun 1922, merupakan bangunan sekolah bernama Kweekschool. Melihat dari sisi penanggalan, sesuai dengan tulisan pada salah satu sisi bangunan, sekolah ini mulai beroperasi tahun 1910. Kweekschool berarti sekolah calon guru. Masih menurut peta tersebut, bangunan ini sebenarnya memiliki sayap kanan-kiri yang digunakan sebagai ruang kelas. Sebagaimana sekolah-sekolah di Indonesia pada masa kolonial, arsitekturnya mengadopsi arsitektur indisch dengan model simetris dan langgam eropa yang kuat. Pintu berada ditengah, dan ruang utama adalah sebagai kantor kepala sekolah.


Jika melihat keberadaan dua bangunan pendukung yang ada disekitaran kompleks, dapat diduga bahwa bangunan tersebut merupakan rumah tinggal bagi sang kepala sekolah. Sayangnya, saya belum berhasil menemukan foto lama dari bangunan tersebut. Tetapi, saya berhasil mengkomparasi foto lama dengan keterangan “de 1 klas van de Kweekschool te Oengaran” dengan bangunan yang kini berada tepat di depan SMA 1 Ungaran. Tidak jauh dari bangunan inti. 
de 1e Klas van de kweekschool en een echtpaar te Oengaran 1900an (Kitlv.nl)
Bekas kweekschool depan SMA 1 Ungaran
Dugaan sementara saya, bahwa kompleks Kweekschool ini memanjang mulai dari sebelah SPBU Diponegoro hingga sebelah Gereja Kristus Raja Ungaran. Sayangnya bangunan ini sekarang mangkrak dan tidak terawat sama sekali.

Bosopzichtersschool (B.O.S)
Bangunan ini sangat ikonik dan mewakili salah satu Bangunan Cagar Budaya yang terpelihara. Bangunan yang kini ditempati oleh SMP Negeri 1 Ungaran tersebut ternyata memiliki masa lalu yang sama-sama sebagai sekolah. Bosopzichterschool jika diartikan secara harfiah  berarti Bos : hutan, Opzichter : Pengawas. Sehingga sekolah ini adalah sekolah Calon Pengawas Kehutanan.  Sayangnya saya belum mendapat bukti yang valid tentang kapan dibangunnnya B.O.S ini. Tetapi jika menilai bentuknya, perkiraan saya tidak jauh dari akhir 1800 hingga awal 1900an. Menurut gambar pada peta tahun 1922,  B.O.S ini merupakan kompleks dari empat bangunan. Uraiannya adalah bangunan utama menghadap jalan raya, bangunan samping sayap kiri-kanan dan bangunan belakang. Bangunan ini menjadi salah satu BCB di Ungaran yang hingga kini fasadnya masih terlihat asli. Tidak banyak informasi yang bisa saya jadikan referensi tentang bangunan ini. Bahkan, saya kira banyak orang Ungaran yang tidak mengetahuinya. Namun, saya memiliki pandangan jika Ungaran saat itu (sekitar awal 1900) merupakan kota bagi daerah perkebunan disekitarnya. Tengoklah perkebunan karet di Ngobo atau Jatirunggo, belum lagi perkebunan Pala di Bandarredja (Bandarjo), juga perkebunan lain di daerah Kalisidi. Sekolah ini pada masanya, saya duga adalah untuk membentuk  calon-calon pengawas kehutanan (mungkin sekarang semacam polisi hutan) yang akan ditugaskan untuk mengawasi perkebunan-perkebunan di sekitar Ungaran. Masuk akal, kan? 
B.O.S Oengaran (Kitlv.nl)

  

Rumah-rumah sekitar B.O.S

Jika berjalan di sepanjang Jl. Diponegoro sekitar SMP dan SMA 1 Ungaran, maka akan tercecer banyak sekali rumah berarsitektur indisch. Bangunan rumah tinggal bercat putih dan biru disebelah utara SMP 1 Ungaran tersebut ternyata masih berkaitan dengan B.O.S. Melihat foto dari koleksi KITLV dibawah ini tercatat jelas bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan rumah tinggal bagi Direktur Sekolah Calon Pengawas Hutan. Kedua rumah tersebut kondisi saat ini masih baik, namun pada rumah bercat putih sudah dipugar sebagian dengan menambah bangunan pendukung yang terlihat kurang selaras.
Woning van de directeur van de B.O.S (kitlv.nl)
 
Adapun bangunan bercat biru masih mempertahankan keasliannya. Hanya saja, pada bagian bangunan pendukung (pavilion) sudah dirubah atau ditambah (?) dengan bangunan baru dengan nuansa modern. Tidak cukup sampai situ, masih ada beberapa bangunan lain yang masih terlihat bagus disepanjang jalan hingga SMA 1 Ungaran. 

Sedangkan bangunan yang ada di lokasi SMA 1 Ungaran, menurut peta merupakan bangunan besar memanjang menghadap ke jalan. Sayang sekali, saya tidak tahu persis ada bangunan apa sebelum didirikan SMA 1 Ungaran tersebut. Tetapi, ada salah satu foto yang mungkin bisa diduga sebagai jawaban. Foto dibawah ini memiliki keterangan Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaar – OSVIA (Sekolah Pamongpraja Untuk Pribumi). Sekali lagi, pada sepanjang Jl. Diponegoro ini menurut peta merupakan pusat dari keramaian kota Ungaran dan disebut dengan wilayah Poetatan. Sehingga bukan tidak mungkin, sekolah OSVIA tersebut memang berada di sekitar SMA 1 Ungaran. 
Opleidingschool van indlansche ambtenaar Oengaran (kitlv.nl)

Gedong Kuning

Satu lagi bangunan artistik dan besejarah di Ungaran yang membuat banyak orang penasaran adalah Gedong Kuning. Bangunan ini terletak di ruas Jl. Gatot Subroto tepatnya didepan asrama TNI Kebonpolo. Jika melihat papan informasi, maka bangunan tersebut adalah aset PT KAI. Tetapi apa hubungan KAI dengan Ungaran? Bukannya Ungaran tidak dilalui kereta api?



Hal aneh lain adalah penghuni rumah bercat kuning tersebut adalah para pensiunan tentara. Mungkin ini berkaitan dengan pembangunan asrama militer di Kebonpolo. Pada catatan saya terdahulu, rumah ini diperkirakan merupakan rumah pejabat elit kolonial. Adanya relief kepala singa dibeberapa sisinya memperlihatkan bahwa rumah ini sangat bergengsi pada masanya. Selain itu, juga dilengkapi beberapa balkon yang menghadap langsung ke panorama sekitarnya.

Saat ini kondisi rumah ini sangat memprihatinkan. Pada bagian mahkota bahkan hampir rubuh. Pada bagian lantai II, sudah lama sekali tidak ditinggali karena lapuk. Tetapi untuk lantai I, masih ada beberapa keluarga yang meninggali. Bau kotoran kelelawar menyeruak diseluruh ruangan. Menurut informasi yang saya gali, bangunan ini terjadi sengketa kepemilikan antara pihak KAI dan TNI sehingga upaya pelestariannya selalu terganjal. Padahal bangunan ini selain memiliki nilai artistik yang tinggi juga sempat digunakan sebagai markas pejuang kemerdekaan.

Saya sendiri hingga hari ini belum mendapat bukti sejarah yang jelas tentang rumah ini. Bahkan foto lawas pun saya belum berhasil menemukan. Tetapi, sedikit yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan kemungkinan adalah ; pertama rumah ini adalah rumah tinggal untuk pejabat yang berdinas di Kota Semarang. Ungaran sebagai kota yang sejuk membuat penghuninya merasa nyaman dan damai. Sehingga dibangunlah sebuah villa disitu. Yang kedua, adalah kemungkinan rumah ini berhubungan dengan Kebonpolo (Kebun Pala). Bisa jadi, rumah itu sengaja dibangun untuk kepala kantor untuk mengawasi para pekerja perkebunan. Nah, balkon sengaja dibuat salah satunya menghadap ke arah Kebon Polo sehingga sang kepala dapat langsung mengontrol kegiatan di perkebunannya. Bagaimana?



Ayo, save heritage and history van Oengaran!  

Gambar lainnya

Sebelah SMA 1 Ungaran (sering dipakai untuk tempat parkir motor)


Dekat dengan SMA 1 Ungaran


Gedung belakang Polsekta Ungaran. Menurut peta tahun 1922, bangunan ini berfungsi sebagai hotel



Bagian dalam gedung kweekschool (depan SMA 1 Ungaran). Saat ini digunakan oleh pengusaha sebagai gudang Palawija.

Jl. Diponegoro tahun 1900an. Terlihat rumah direktur B.O.S dan sekolah B.O.S di kejauhan (kitlv.nl)

Bagian dari kweekschool (sebelah SPBU)

Read More..

Monday, September 7, 2015

Selamat Jalan Pak Paul..

Sekitar akhir tahun 2007 saya mengenal Pak Paulus  Ari Yuono (Paul) saat ia bekerja di Apotek PMI. Saat itu saya diminta Pak Hosanna – bos saya, untuk mengantar LCD Proyektor ke Pak Paul. Saat itu saya menjumpai seorang apoteker berkacamata, berperawakan ramah, dengan kruk untuk menyangga tubuhnya. Ia begitu baik. Hari-hari setelahnya, saya sempat beberapakali bertemu sekedar untuk urusan pinjam meminjam proyektor dan saya kerap dimintai tolong untuk mengoperasikannya di beberapa acaranya.

Pada awal tahun 2009, saya resmi bergabung dengan Robotik Sains Club Magelang. Pak Paul sendiri, yang berprofesi sebagai apoteker, rupanya menjadi senior instruktur disana. Ya, selain sebagai apoteker – ia juga menguasai ilmu elektronika. Bergabung kembali dengan Pak Paul rasanya seperti berjumpa kawan lama. Sontak, kami langsung segera akrab.

Kantor kami berada di lantai 2 Apotek Menowo, Magelang. Tiap hari Pak Paul harus naik turun tangga dengan kerepotan. Setiap turun tangga, dengan senang hati, saya selalu membantunya menjaga dari bawah, menjaga supaya ia tidak terpeleset. Pak Paul, saya dan Mbak Herlin bekerja di Robotik selama lebih kurang dua tahun. Selama itu pula, saya mengenal sosok Pak Paul lebih dekat.

Selepas SMA, Pak Paul mengaku melanjutkan pendidikannya di Teknik Elektro Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Ia diantar jemput oleh bapaknya di Terminal Tidar. Tapi rupanya ia tidak krasan hingga tiga semester saja. Selanjutnya ia berganti haluan dengan masuk di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Jogja. Bekal ilmu elektronika yang ia miliki ternyata menjadikan ia menggeluti bidang robotika. Sedangkan sebagai seorang sarjana farmasi, profesi apoteker menjadi sandaran hidupnya yang saat itu bertanggungjawab untuk Apotek Pemuda.

Pak Paul dimata saya merupakan orang yang sangat baik. Selama saya bekerja sama dengannya, ia adalah sosok yang selalu optimis, semangat, dan boleh dibilang seorang workaholic. Kerap kali saya yang terbiasa kerja santai, bahkan terpaksa mengikuti irama kerjanya. Harusnya saya malu saat itu. Ia mengajari saya pemograman model robotik dari Fischertechnik. Ia juga yang memberi saya ilmu tentang mekatronika dengan rangkaian-rangkaian robotnya.

Disaat-saat senggang, Pak Paul tergolong orang yang murah hati. Seringkali ia memberi kami makanan dari rumahnya. Saat itu sedang diadakan panen lele di depan rumahnya dan kami dibawai nugget lele. Kebersamaan saya, Pak Paul dan Herlin tidak semata hubungan rekan kerja, tetapi lebih tentang persaudaraannya. Acapkali, setelah kantor selesai lembur, kami makan bersama di Warung Mie Goreng AA, atau sate kambing Samban. Tidak hanya itu, setiap lebaran dan natal, Pak Paul yang Nasrani juga selalu memberi kami beberapa toples kue.
Pak Paul, Herlin, dan Saya (2009)

Barangkali, saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang pernah dekat dengan Pak Paul. Saya juga yang menemaninya merancang motor roda tiga ‘skydrive’ di sebuah bengkel di bilangan Karet. Sebelumnya saya juga pernah membantunya menaiki motor roda tiga ‘kawasaki’ untuk melaju dari tempat parkir ke pintu gerbang Aula Universitas Tidar. Tentu bukan pekerjaan yang mudah untuk mengoperasikan motor kawasaki dengan tuas perseneleng tersebut.

Dalam hal berbisnis bersama, juga pernah saya lakui bersama Pak Paul diantaranya menerima servis printer dan pesanan notebook. Tidak tanggung-tanggung, meski dengan keterbatasannya, semangat Pak Paul saya acungi jempol. Kami saat itu bolak-balik Magelang – Jogja untuk mengambil pesanan notebook, dan lalu menginstallnya dirumah untuk kemudian diberikan kepada konsumen. Suatu saat sepulang dari Jogja, ia mengajak saya makan di Jejamuran, Sleman. Kami juga pernah kepanasan bermotor dari Magelang untuk muter-muter ke Jogja mencari perlengkapan robot. Selain itu, sekitar satu tahun yang lalu, saya juga sempat membetulkan mesin absen milik PDAM Kota Magelang, yang setelah saya lepas bekerja di Fingertec, Pak Paul – lagi-lagi , berani menghandel pekerjaan tinggalan saya tersebut. Luar biasa..

Selama bekerja di Robotik, begitu banyak tantangan yang kami lewati. Diantaranya kami berbagi tugas untuk mengajar di Perum Bumi Prayudan. Setiap Rabu sore, bergantian saya, atau Pak Paul atau Herlin untuk datang ke Prayudan. Terkadang, saya membonceng Pak Paul dengan motor roda tiganya dengan membawa peralatan seperti notebook dan kit robotik. Lain lagi cerita saat kami harus mengajar ekstra kurikuler di SMPN 1 dan SD Muhammadiyah. Suatu hari, saya bahkan harus mengajar sendiri saat Pak Paul berada diluar kota. Saat mengajar di SD Muhammadiyah, kami begitu kewalahan dengan jumlah murid yang over.

Karir Pak Paul sebagai kepala Robotik Sains Club Magelang, bagi saya tidak bisa diremehkan. Beberapa lomba kompetisi berhasil kami ikuti seperti Lomba Jateng Fair 2010, Kompetisi Robot Pintar dan Roket Air Jogja 2011, dan Imagine Ristek 2011 di Jakarta. Saya dan Pak Paul berkesempatan menjadi orang tua sementara bagi sekitar sepuluhan murid SD-SMP yang kami ikutkan sebagai tim robotik. Setiap pagi di Anjungan Lampung TMII, kami berkewajiban menyiapkan sarapan roti, dan mengingatkan anak-anak untuk minum multivitamin. Lima hari berada di Jakarta, sementara anak-anak pulang, saya dan Pak Paul pulang terakhir dengan naik bis Ramayana Eksekutif. Tidak sia-sia perjuangan kami, akhirnya kami dinyatakan  sebagai juara umum. Pak Paul sebagai instruktur bersama timnya dari SMPN 1 Magelang beberapa bulan kemudian berangkat ke Turki untuk mengikuti kompetisi robot internasional mewakili tim dari Indonesia. Saat itu, saya sudah resign dari Robotik dan hanya bisa ikut bangga melihat Pak Paul dan anak-anak berfoto-foto di Turki.
Awang, Diaz, Pak Paul, Saya, Liwiryon, dan Andrew (2011)

Selain mengikuti lomba-lomba robotik, saya, Herlin dan Pak Paul atas nama Robotik Magelang juga sempat menggelar beberapa perlombaan. Seperti Kompetisi Robot Pejuang (KRP) 2011 di SMPN 1 Magelang, dan Kontes Robot 2012 di Artos, Magelang. Atas nama pribadi, saya bersama Pak Paul juga kerap diundang menjadi juri di event tahunan SMP Tarakanita Magelang bernama Tar-q Science and Art. Pak Paul, Pak Dwi dan Saya sempat dua kali menjadi juri dalam lomba toys from trash innovation pada 2013 dan 2014.
Pak Paul dalam Kontes Robot (2012)
Pak Dwipraja dan Pak Paul (2013)

Kenangan tentang Pak Paul begitu banyak membekas di benak saya. Selain bergelut dalam dunia robotik, sebagai ketua Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesisa (PC IAI) Kota Magelang (dulu ISFI), kesibukannya juga tidak kalah banyak. Saya semakin hari semakin memposisikan diri sebagai asisten Pak Paul. Dengan bangga, saya membantunya dalam beberapa kegiatan seperti penilaian lomba apotek se Kota Magelang (kami keliling dengan motor), kemudian juga membantu dalam beberapa acara IAI ; Konferensi Cabang di Kebon Tebu Resto, Pendidikan Farmasi Berkelanjutan (PFB) di Borobudur Golf Internatinal Country n Club, dan yang terakhir adalah Seminar PFB di hotel Puri Asri Magelang. Yang terakhir ini, saya sudah lepas dari job di Magelang dan tinggal di Ungaran. Tapi saya masih dengan senang hati menerima ajakan Pak Paul untuk membantu mensukseskan acara tersebut.

Saya menganggap keluarga Pak Paul, isterinya bu Loren, anak-anaknya Mella dan Efra, seperti saudara saya sendiri. Jika saya kesana, saya pasti disambut dengan senang hati. Bahkan saya juga seringkali nunut menginap dirumahnya saat harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lemburan. Semangat bekerjanya tidak bisa saya ragukan lagi. Ia terbiasa mengerjakan pekerjaan deadline hingga pukul 2-3 dini hari. Terakhir kali saya berkunjung ke rumah Pak Paul saat mengembalikan obeng Jackly dan saya tidak sempat bertemu karena ia tidak berada dirumah.

Pak Paul suatu saat juga menyempatkan diri berkunjung ke rumah saya untuk sekedar menengok bapak saya yang saat itu beberapa hari tidak bisa berjalan karena retakan kaki-nya terganggu. Saat ulang tahunnya yang ke 36 pada 2012 lalu, ia juga mengundang saya untuk ikut makan-makan di sebuah kafe di Cawang, Magelang.

**
Diaz, murid kami di Robotik dulu semalam mengabari saya bahwa Pak Paul meninggal dunia. Deg! Innalillahiwainnailaihi rajiun.. Saya kaget bukan kepalang. Pak Paul yang saat ini menginjak usia 39 tahun ternyata harus tutup usia. Seingat saya ia sehat-sehat saja. Saya tengok statusnya di kontak BBM dan terlihat baik-baik saja. Ada dua kontak yang satunya ber-DP foto bersama rekan-rekan apoteknya, dan yang satu ber-DP foto Efra. Seakan tidak percaya, saya mencoba mengkonfirmasi dengan beberapa teman di Magelang. Ternyata kabar itu benar. Ia meninggal karena keracunan makan seafood di Pantai Kawasan Gunungkidul dan tidak tertolong tim medis.. Terbayang kembali Pak Paul yang terakhir kali sekitar dua bulan yang lalu menelepon dan mengirim email kepada saya tentang rencana mengkonsep sebuah acara lomba robotik dasar di Magelang yang akhirnya ditunda.

Awal tahun lalu, ia dan Bu Loren juga hadir ke nikahan saya. Ternyata itu terkahir kali saya bertemu dengan Pak Paul. Salah satu hal yang belum sempat saya lakukan adalah ingin mengajak istri saya ke rumah Pak Paul membawakan Tahu Bakso. Hal itu saya tunda-tunda karena kondisi istri yang tengah hamil sehingga menghindari bepergian terlalu jauh dengan motor. Tapi kini Pak Paul telah tiada..

Pak Paul, kau adalah teman, sahabat, dan keluarga.. Kau telah mengajarkan kami tentang kasih yang tulus, bekerja sepenuh hati, tentang arti persaudaraan, arti persahabatan. Kaulah salah satu inspirasi hidup kami dalam berkarya. Pantang menyerah dalam segala hal... Terimakasih atas semua kebaikanmu yang teramat banyak..

Selamat Jalan Pak Paul..
Bu Loren dan Pak Paul (facebook)

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Almarhum Paulus Ari Yuono, S.Si, Apt. (1 Desember 1976 - 6 September 2015); Ketua Robotik Sains Club Magelang dan Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Kota Magelang.
Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...