Friday, December 19, 2014

Plan Liburan Panjang (Jember, Banyuwangi, Malang) April/Meil 2015

Nggak terasa, kerjaan dikantor mulai menumpuk. Ada saja yang mesti diselesaikan. Akhir tahun ini saya banyak kesibukan. Kesibukan seperti yang saya posting di liputan saya sebelumnya. Sudah barang tentu, liburan yang biasanya saya plan sembari mengepaskan Tahun Baru, akan saya pending untuk beberapa waktu. Mungkin bakalan jatuh di April/Mei tahun mendatang. Alasannya sih, supaya musim hujan lebih mereda, dan alasan yang paling kuat adalah, supaya uang terkumpul dahulu. Mungkin saya akan mengambil cuti sekira 5 hari (1 minggu). Dan doakan juga semoga Tika, partner saya nanti bisa mengurus cuti dengan lancar. Dan kami tetap sehat!

Tujuan saya selanjutnya bisa jadi merupakan tujuan traveling saya yang terjauh. Saya akan beberapa hari berkunjung ke bagian timur Pulau Jawa. Dengan Jember sebagai main spotnya, dilengkapi dengan trip singkat ala #bioskoptour ke Banyuwangi dan Malang.  Kenapa Jember? Nggak tahu. Sebagai manusia ekstrovert kadang keinginan seringkali tidak disertai alasan logis yang kuat. Satu saja mungkin karena kota itu sangat asing dan sama sekali belum pernah saya datangi, saya lewati pun belum pernah. Spot wisata juga banyak. Dan seperti biasa, bioskop masih menjadi alasan utama. Keuangan sudah pasti akan sangat membengkak. Oke, saya persiapkan semenjak sekarang. *sambil mengepalkan tangan ke depan kepala.

Rencana perjalanan selanjutnya sementara seperti ini :

#hari pertama, Minggu, 5 April 2015
21.00 - 22.00  : Bis Ungaran - Semarang
23.00 - 05.00  : Bis Semarang - Surabaya

#hari kedua, Senin, 6 April 2015
05.00 - 06.00  : Istirahat, Sarapan @ Purabaya Bungurasih
06.00 - 10.00  : Patas Surabaya - Jember
10.00 - 13.00  : Early Check in + Istirahat
13.00 - 14.00  : Otw Tanjung Papuma
14.00 - 15.00  : Wisata Tanjung Papuma
15.00 - 16.00  : Back Kota Jember
16.00 - 18.00  : Istirahat shalat
18.00 - 22.00  : Makan malam, Wedang Cor, Nonton di Jember Cineplex
22.00 - Istirahat

#hari ketiga, Selasa, 7 April 2015
05.30 - 07.00  : City Tour, Sarapan
07.00 - 08.00  : Plosodan @ Tiara Waterpark
09.00 - 10.00  : Kuliner : Mie Apong, Es Krim Domino, Roti Jeanette
10.00 - 11.00  : Istirahat
11.00 - 13.00  : Otw Banyuwangi, Makan siang
14.00 - 17.00  : Nonton film @ NSC Banyuwangi
17.00 - 18.00  : Balik Jember, Istirahat

#hari keempat, Rabu, 8 April 2015
07.30 - 13.00  : Naik Kereta Tawangalun Jember - Malang 
13.00 - 15.00  : Istirahat, check in
15.00 - 17.00  : Kuliner : kondisional, Es Krim Oen
19.00 - 22.00  : Nonton film @ Sarinah Malang

#hari kelima, Kamis, 9 April 2015
06.00 - 08.00  : City Tour, Sarapan
09.00 - 19.00  : Naik Bis Rosalia Indah/Handoyo ke Semarang

Oke, semoga lancar!
Read More..

Thursday, December 18, 2014

Dolan Singkat ke Museum Isdiman/ Monumen Palagan Ambarawa


Beberapa waktu terakhir saya jarang sekali menulis. Kira –kira ada beberapa faktor penyebabnya. Satu, karena akhir-akhir ini kesibukan saya bertambah banyak, dan kesempatan jalan-jalan yang kian menipis. Layaknya uang di dompet. Kemudian, ditambah dengan kesibukan saya mempersiapkan pernikahan saya Januari nanti. Tugas-tugas dari kantor yang berjubel sukses menyita waktu saya. Pekerjaan dikantor tiap akhir tahun memang selalu begini.

Awal tahun nanti, saya belum terpikir untuk kembali traveling. Boro-boro, uang untuk persiapan nikah aja saya mepet sekali. Nanti lah, habis acara selesai, saya akan kembali traveling bersama istri :D yey!

Beberapa waktu lalu, tepatnya di salah satu hari Sabtu di bulan September, saya mengiyakan ajakan kawan saya, Iwan untuk mengunjungi Museum Isdiman di kawasan Monumen Palagan Ambarawa. Sudah hampir empat tahun saya menetap di Kabupaten Surga Jawa Tengah ini dan baru saat itu saya bisa melihat sendiri betapa menariknya tempat itu.

Terletak di jalur utama Jogja-Semarang, tidak jauh dari Terminal, Museum Kereta, dan Pasar Ambarawa, lokasi wisata yang dikelola oleh Pemkab Semarang ini tertata cukup apik. Beberapa waktu sebelumnya sudah direnovasi. Setelah memarkir motor, kami lalu membayar tiket masuk empat ribu rupiah per orangnya. Disamping kiri begitu kami masuk, sebuah rumah terpampang dengan sebuah tulisan besar, MUSEUM ISDIMAN. Siapa yang tidak kenal Isdiman? Seorang pahlawan yang gugur di kawasan Ambarawa ini namanya diabadikan sebagai nama museum ini. Juga sebagai nama SD di kawasan Desa Klurahan, Kecamatan Jambu. Lengkap dengan tugu peringatan.
 
Rumah berarsitektur Jawa ini menyimpan koleksi yang cukup lengkap. Diantaranya senjata-senjata, topi baja, seragam dan masih banyak lagi. Senjata api tertata rapi mulai dari pistol hingga machine gun dengan bentuk yang lumayan besar. Iwan teman saya yang menyukai hal-hal kemiliteran, dengan semangat menjelaskan kepada saya fungsi-fungsi alat tersebut. Salah satu yang membuat saya terkagum adalah anti-tank. Alat besar itu sangat berat dan dahulu digerakkan dengan manual. Ck ck..
 
Pada satu sisi tembok dalam, berderet rapi foto beberapa tokoh yang gugur seperti Kolonel Isdiman sendiri, Mayor Soeyoto, dan lainnya lupa. Mayor Soeyoto sendiri merupakan seorang tentara yang gugur di kawasan Lemahabang, Kelurahan Bergaslor yang merupakan kantor saya. Waktu itu, merupakan usulan saya untuk mengabadikan namanya hingga kini disepakati nama Mayor Soeyoto untuk jalan raya Lemahbang hingga Bandungan.
 
Museum dengan satu ruang ini tidak begitu luas. Kami langsung keluar dan menemukan sebuah lokomotif uap lengkap dengan gerbong kayu. Lokomotif uap ini dengan mudah dijumpai di Museum Kereta Ambarawa, justru gerbongnya lah yang membuat saya penasaran. Masih cukup utuh. Saya langsung beranjak untuk memasukinya. Wow! Pikiran saya langsung tertuju sekitar satu abad yang lalu. Model kursinya memanjang depan belakang, denan konfigurasi yang aneh menurut saya. Jendela tetap terbuat dari kayu dan dibuka dengan sistem buka naik-turun. Saya jadi terbayang saat-saat gerbong seperti ini mendaki bukit Bedono dalam lajur rel gerigi untuk menuju  Magelang kala itu. Dengan kecepatan yang hanya 10km per jam. Wonderful!
Disampig kereta itu, teronggok dua buah truk. Pada beberapa bagiannya tampak lobang dengan diameter sekitar satu centimeter. Iwan menjelaskan kepada saya bahwa truk-truk besi tersebut pada waktu itu pasti terlibat pertempuran sengit hingga tertembak beberapa kali.
 

Selain koleksi itu, kami juga menjumpai bekas Tank, dan satu yang menjadi ikonik, adalah bekas pesawat tempur pem-bom. Di sayapnya tertera bendera Belanda. Menurut informasi yang saya dapatkan, pesawat ini jatuh tertembak oleh para pejuang kemerdekaan. Bangkai pesawat itu jatuh di daerah Tugumuda Semarang.
 
Akhirnya, kunjungan singkat ini terasa sangat bermanfaat bagi saya. Sejarah memang menarik. Berkahnya bisa kita jadikan acuan untuk menuju masa depan. :)


Foto-foto : Hp IWAN.

Credit :

Museum Isdiman/ Monumen Palagan Ambarawa
Jl. MGR Soegijapranata 
AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG

Read More..

Friday, November 21, 2014

Serunya Bersepeda Menjelajah Museum di Magelang



Angkot jalur 10 sukses mengantar saya ke Jl. Pahlawan Botton pagi kemarin Minggu (16.11.14). di pagi hari yang cerah ini, saya hendak mengikuti sebuah event spesial bersama Komunitas Kota Toea Magelang. Setelah mendaftar ulang dengan membayar 15,000 rupiah, saya mendapat sepotong roti, dan sebuah nomor yang nantinya harus saya gantungkan di sepeda saya. Ya, uang pendaftaran itu sudah termasuk makan siang, dan sewa sepeda. Murah meriah kan?
 
Jam tangan saya masih tergolong baru, baru beberapa minggu yang lalu beli. Dia menunjuk angka setengah delapan pagi. Ini saatnya kami memulai kegiatan. Setelah diadakan briefing singkat dan doa bersama yang dipimpin oleh Pak Gub Bagus Priyana, kami lalu menuju ke Museum Sudirman yang berjarak hanya sepelemparan batu (pinjam istilah dari Agus Mulyadi) dengan berjalan kaki.

Entah mengapa kami disambut dengan ornamen-ornamen klasik macam anyaman bambu, dan jebulnya dibelakang gedung museum, telah siap panggung dengan tratak. Woalah, usut punya usut, acara Bike to The Museum kali ini disupport oleh Disporabudpar Kota Magelang. Selepas acara nanti kami akan disuguh pertunjukan wayang dan sarasehan budaya.
 
Sepeda yang berjumlah 50an buah sudah terparkir rapi disebelah gedung. Kami bisa langsung memilih sepeda dan mencantelkan kertas bertanda nomor urut supaya sepeda nantinya tidak tertukar. Pagi ini kami langsung tancap gas untuk memulai acara. Pelepasan peserta dilakukan oleh pihak Disporabudpar dalam hal ini Pak Susilo dengan simbol memukul gong.




Rute pertama dari Jl Ade Irma Suryani, kami memotong plengkung baru yang bertanggal 1920 itu. Entah mengapa, kami dilewatkan melewati Lapangan Rindam IV Diponegoro yang sedang digelar acara car free day. Berhubung saya tidak begitu tahu agenda-agenda yang direncanakan, saya dibuat kaget ketika teman-teman dari komunitas Magelang Kembali dan dibantu oleh komunitas serupa dari Surabaya, Jogja dan Semarang menggelar fragmen teatrikal pertempuran.



Menarik sekali. Ini baru kali ini saya bisa lihat. Sebelum-sebelumnya gelaran serupa pernah diadakan di alun-alun dan SMP 1 Magelang. Sayang seratus sayang, waktu itu saya tidak menonton. Well, ini pertunjukan sangat hebat sekali. Pertempuran antara tentara rakyat melawan tentara Inggris yang akhirnya dimenangkan pihak pribumi dalam waktu 5 menit. Para pengunjung car free day pun sontak bertepuk tangan.
 
Pak Gub segera mengkomando kami untuk segera berkemas dan menuju ke tujuan pertama. Di daerah Poncol, sebuah gedung dipinggir jalan dengan hiasan tiga patung didepannya. Itulah Museum Bumiputera. “Kami ucapkan selamat datang kepada Komunitas Kota Toea Magelang.. Dalam kesempatan ini saya akan sedikit bercerita mengenai sejarah Asuransi Bumiputera” Pak Ahmad Sayuti, pengeloa museum pagi ini tampak begitu segar. Beliau menjelaskan secara runtut sejarah berdirinya per asuransian di Indonesia. Hebatnya, Museum Bumiputera ini disebut sebagai salah satu museum asuransi di Indonesia.
 
Setelah mendengarkan penjelasan cukup lama, 15 menitan, kami lalu dipersilakan masuk. Koleksi koleksi yang dipajang antara lain, dokumen kuno perasuransian, kwitansi kuno, uang kuno, mesin-mesin ketik, mesin hitung, dan beberapa foto pajangan. Lengkap sekali!
 
Berhubung hari ini kami berpacu dengan waktu, maka kami tidak bisa terlalu lama. Kunjungan ke Museum Bumiputera kami cukupkan dalam setengah jam saja untuk kemudian berpamitan. Siang ini alhamdulillah cuaca tidak begitu terik. Sedikit mendung malah. Kami menyusur jalur lambat disepanjang pecinan, dan saya tiba-tiba merasa sedang berada di Eropa. Kalau nggak di Frankfurt ya di London. Habisnya, bersepeda lewat pecinan ternyata asik sekali. Satu kilopun tidak terasa.
 
Perjalanan dilanjut dengan menyusur jalan Tidar dan menuju ke Museum Taruna Abdul Jalil yang ada di bilangan Mabes Akmil. Cukup repot memang, untuk masuk ke Museum ini tidak bisa sembarangan. Saya dan beberapa rekan yang bercelana pendek, kaos oblong, dan sandal tidak diperkenankan masuk. Beruntung, untuk khusus kali ini syarat-syarat itu dihilangkan. Dada pun rasanya lega karena tadi sempet nyesek. Iya dong, dari semua museum yang ada di Magelang, ini yang belum pernah saya kunjungi. Ada satu lagi ding. Museum OHD alias Oei Hong Djien. Kalau itu, tepatnya karena HTMnya bikin kantong teriak.
 
Sebelum masuk kawasan militer, kami diharuskan berbaris tiga berbanjar dan masuk dengan tertib. Wow! Saya langsung amazing saat tahu bahwa didepan pintu masuk ada awetan macan. Sebagai pecinta kucing, saya langsung pengen foto sama macan itu. Peserta diajak memasuki ruang auditorium. Semacam ruang audio visual mini. Disana kami disambut Kapten Sulis yang bertugas sebagai Kaur Museum pada instansi Akmil. Diceritakan juga tentang sosok Abdul Jalil yang merupakan pejuang yang gugur di daerah Klaten. Nama beliau kemudian diabadikan sebagai nama museum ini.
 
Pria asli Wonosobo ini bercerita sekilas tentang sejarah Akmil yang dahulu bernama AMN (Akademi Militer Nasional). Tidak lupa, kami disuguh sebuah video profil Akmil berdurasi 20 menit. Saya jadi tambah pengetahuan. Ternyata selama ini kegiatan dan tugas apa saja yang dilaksanakan oleh para taruna taruni di Akmil. Mantap!
 
Ruang-ruang pamer disini dibagi menjadi beberapa. Diantaranya ruang Pra AMN, ruang AMN, ruang AKABRI, dan ruang AKMIL. Di masing-masing ruang, kami disambut awetan macan. Entah apa maksudnya. Tapi sepengetahuan saya hanya bermakna filosofis saja. Koleksi yang ditampilkan antara lain seragam-seragam, lencana, senjata dan foto-foto taruna berprestasi. Adalah Pak SBY salah satu diantaranya. Beliau lulusan Akmil tahun 1973. Hormat! Di ruang terakhir, kami tidak diperkenankan memotret. Ruang terakhir ini merupakan ruang koleksi senjata. Dari pistol, senapan, hingga anti-tank tampak terawat dengan baik. Satu yang cukup menggelitik, teman-teman kami dari komunitas Magelang Kembali diminta menitipkan senjata-senjataan diruang depan. Karena pengelola khawatir bila ditukar dengan senjata yang asli. Hahaha..
 
Akhirnya kunjungan ke Museum Taruna dirasa sudah cukup. Dipimpin oleh Mas Rifkhi Sulaksmono, kami menuju ke Makam Pahlawan yang ada persis didepan museum. Acara kami adalah tabur bunga yang memakan waktu sekitar 20 menit. Terus terang saja, baru kali ini saya masuk ke kompleks Taman Makam Pahlawan Giri Dharmo Loyo yang ada di Jl Gatot Subroto itu.
 
Selesai acara, kami langsung berburu dengan waktu mengayuh sepeda dalam beberapa derajat menanjak. Kami kembali ke kota dan tepatnya di Warung Tahu Pojok, tampak mobil Innova hitam berplat H-1. Wah! Ada pak Gub ini. Betul saja, beberapa teman yang berada didepan saya berkesempatan bersalaman. Mas Ake Ru salah satunya. Saya, tidak sempat :/

Akhirnya kami sedikit lega saat jalanan turun sepanjang Jalan Mayjend Sutoyo a.k.a Kedjoeron. Disitu kayuhan kaki bisa diistirahatkan hingga kami sampai di Kawasan Bakorwil eks. Kantor Residen Kedu. Museum selanjutnya yang kami datangi adalah Museum Diponegoro. Masih seperti waktu lalu, kami disambut Pak Joko. Oya, untuk informasi detail mengenai Museum ini bisa baca tautan saya disini.
 
Lepas dari Museum Diponegoro, masih di kompleks Eks. Karesidenan Kedu, kami sambangi Museum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Siapa sangka, kantor BPK Republik Indonesia ini pertama dibangun di Magelang. Kursi dan meja pimpinan pertama kali masih terjaga dengan baik sebagai salah satu koleksi museum. Banyak foto dan dokumen yang bisa kita jumpai terkait dengan perkembangan institusi pengaman keuangan Negara ini. Selain itu, peralatan kantor kuno juga terawat baik seperti telepon, mesin hitung, dan mesin ketik kuno.
 
Tidak lupa, kami disuguh pertunjukan sekira 20 menit untuk menyaksikan video profil Museum BPK ini dengan bintang videonya Pak Gub Bagus Priyana. Kami menyaksikannya di ruang audio visual yang terletak di sebelah museum. Sembari menonton, air mineral gelas dibagikan secara cuma-cuma. Alhamdulillah..
 
Tampaknya sudah agak gerimis ketika kami mengemasi barang dan bersiap mengayuh ontel menuju titik finish. Selesai dari Museum BPK, kami bergerak menuju Museum Sudirman. Sesampainya, kami disambut mas Ardani. Pria muda penjaga museum ini bercerita tentang sepak terjang sang Jenderal. Jenderal Sudirman yang kelahiran Purbalingga, telah rela memperjuangkan nasib rakyat berperang dengan penjajah dengan digotong tandu. Rupanya, beliau waktu itu terserang penyakit paru-paru sehingga tidak memungkinkan untuk berjalan terlalu jauh. Trik yang dijalankan adalah perang gerilya dengan berjalan dari Jogjakarta hingga Tulungagung Jawa Timur melewati perbukitan dan hutan. Trik ini dikenal cukup ampuh untuk menghindari deteksi dari musuh. Pada masa setelah kemerdekaan, Jenderal Sudirman dipilihkan tempat peristirahatan di Magelang. Dengan suasana yang tenang dan sejuk, asrama BKR (cikal bakal TNI) itu juga menghadap pemandangan panorama yang indah. 
Sehari-hari beliau dirawat oleh dokter pribadinya hingga kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta. Barang-barang koleksinya hingga kini tersimpan baik. Ada satu set meja kursi tamu, meja kursi ruang kerja, ranjang tempat tidur, replica tandu, dan meja pemandian jenazah. Selain itu tidak ketinggalan foto-foto dan lukisan perjuangan juga terpajang rapi dipenjuru tembok. Puas menikmati sajian Museum Sudirman, kotak snack dan makan siang langsung dibagikan. Kami pun makan siang sembari menonton gelaran wayang clumpring yang merupakan pertunjukan wayang dengan bahan-bahan dari elemen bambu. Cerita yang dibawakan adalah kisah Arya Penangsang dan Sunan Kudus.
 
Setelah menyempatkan shalat dhuhur, hujan turun dengan deras dan acara kemudian dilanjutkan dengan sarasehan budaya yang menghadirkan mantan pejuang, Jenderal (Purn) Suhendro yang dahulu menjadi saksi atas pengibaran bendera merah putih di puncak Tidar. Selain itu, Mas Rifkhi Sulaksmono yang berpakaian tentara Gurkha siang ini juga didapuk sebagai pengisi acara dengan menjelaskan tentang Komunitas Magelang Kembali. Sebagai sebuah komunitas sejarah yang konsen di era perjuangan, Magelang Kembali berusaha mengingatkan sejarah perjuangan bangsa melalui drama fragmen teatrikal “perang-perangan”.
 
Salah satunya adalah siang ini. Begitu acara sarasehan selesai dan hujan sudah reda dimulailah tontonan menarik. Kisah heroik “Palagan Magelang” para pemain teatrikal dibagi menjadi tiga bagian, tentara Inggris, Tentara Rakyat dan rombongan PMI. Yang saya sebut terakhir diperankan oleh adik-adik dari SMPN 1 Magelang. Adegan perang berlangsung cukup lama. Hingga 15 menit. Adegan-adegan yang dipertontonkan pun terasa nyata dan menghibur. Lihat saja, aksi tertembak, tersungkur dengan dada berdarah, atau aksi berkelahi dengan golok yang diperankan mas Gusta.
 
Akhirnya, tentara Inggris dapat dipukul mundur dan beberapa diantara mereka menyerah. Magelang pun kembali ke tangan rakyat!
 
Acara bike to the museum yang dikolaborasikan dengan Disporabudpar, dan bersama dengan Komunitas Magelang Kembali ini terasa sangat special. Istimewa dan luar biasa. Kegiatan ditutup dengan santai dan dengan gontai saya melangkahkan kaki untuk memburu angkot Jalur 4 yang akan membawa saya ke batas kota dan pulang ke Muntilan.


Credit :
Museum Bumiputera Magelang
Jl. A. Yani 21 Poncol
Telp 0293 - 362610
Buka : Senin - Jumat

Museum Taruna Abdul Jalil
Jl. Gatot Subroto
Kompleks Akademi Militer
(Untuk masuk harus berpakaian sopan dan mengurus ijin)

Museum Diponegoro
Jl. Diponegoro No. 1
Kompleks Bakorwil II Kedu Surakarta
Magelang
Buka Senin - Jumat

Museum BPK RI
Jl. Diponegoro No. 1
Kompleks Bakorwil II Kedu Surakarta
Magelang
Buka Senin - Jumat

Museum Sudirman
Jl. Ade Irma Suryani
Badaan - Magelang
Buka Senin - Jumat (Sabtu)
Read More..

Wednesday, October 15, 2014

Berkunjung ke De Mata Trick Eye Museum Yogyakarta



Tika secara tidak sengaja browsing dan masuk ke sebuah halaman yang bercerita soal serunya berwisata ke sebuah museum unik di Jogja. Belum lama dibuka sih, sepengetahuan saya baru buka di kisaran 2013 lalu. Saya sendiri sebelumnya belum tahu soal keberadaan museum tiga dimensi itu.

De Mata namanya. Lokasinya ada di XT Square, Yogyakarta. Minggu lalu (12/10/2014) kami berhasil mendarat dengan mulus disana bersama smash kesayangan. Sebagai orang yang berulang kali putar-putar di Jogja, saya merasa gagal paham bahwa sebenarnya nama XT Square itu berasal dari Eks. Terminal Umbulharjo. Pun saya sendiri, hingga terminal itu tutup saya juga baru tahu kalau lokasinya berada di sana Jalan Veteran.

Seperti namanya, XT Square ini menempati lahan eks Terminal Umbulharjo. Lokasi ini sekarang dikonsep sebagai sebuah pasar seni dengan paduan taman hijau. Ada beberapa gedung dan stan-stan terbuka yang menjajakan produk-produk lokal. Museum De Mata sendiri berada di basement gedung paling timur. Mudah dijangkau kok!

Akhir pekan, tiket dibanderol sebesar 35 ribu per orang. Ukuran harga tiket yang menurut saya terbilang mahal. Tapi jika lihat review dari Mbak Azizah tentang acara/ekshibisi serupa, bisa dibilang ini sangat lebih murah. Para petugas loket menyapa kami dengan sopan dan begitu masuk, kami dipandu seorang pegawai untuk menjelaskan cara-cara memotret disitu. Ada beberapa foto maupun lukisan berukuran besar yang ditempel di dinding-dinding. Foto itu sedianya bisa kita gunakan sebagai background untuk menghasilkan efek 3D sehingga seakan-akan kita masuk ke dalam scene itu. Pada gambar pertama, kami diajari sekaligus difotokan oleh petugasnya.

Selanjutnya, kami bisa mengeksplorasi sendiri dan bernarsis ria dengan foto-foto yang berjumlah 120 buah. Lumayan banyak kan? Untuk angle dan gaya foto bisa menyesuaikan dengan sebuah foto kecil yang bisa digunakan sebagai acuan. Foto kecil ini ditempel disekitaran masing-masing gambar. Berdasarkan pantauan saya, setidaknya ada tiga model background, peratama adalah background 3D degan pengambilan foto menggunakan tangga yang disediakan, kemudian foto/lukisan dengan bingkai untuk menimbulkan efek 3D untuk bagian yang keluar dari bingkai, dan yang ketiga adalah background biasa. Yang saya sebut terakhir ini bila motretnya tidak pas, tidak akan berhasil untuk menghasilkan efeknya.

Dengan banyaknya koleksi yang ada, memang patut diacungi jempol bahwa De Mata ini disebut sebagai koleksi museum 3D terbesar se dunia. (saya sih belum percaya karena baru datang ke lokasi ginian sekali ini :D). Pengunjung yang datangpun begitu banyak dan ramai. Di beberapa background kami bahkan harus gantian mengambil foto. Tidak perlu malu-malu untuk berekspresi supaya tidak menyesal begitu sampai rumah. :D

Sekitar 1 jam kami muter-muter dan bernarsis ria. Hawa didalam cukup adem karena AC bekerja maksimal. Namun memang, namanya buatan tentu ada beberapa kekurangan. Diantaranya adalah beberapa gambar yang mulai kusam dan mengelupas warnanya, terutama di tekukan tegak lurus antara tembok dan lantai, juga pencahayaan dibeberapa titik yang berbenturan dengan gambar lain sehingga hasil foto yang dihasilkan kurang maksimal. Selain itu, bila memotret menggunakan HP pasti tidak sebagus menggunakan kamera digital karena tidak boleh menyalakan flash. Kabar baiknya, gambar-gambar background katanya selalu diupdate sehingga gambar yang sudah jelek akan diganti menggunakan gambar baru yang lebih tajam.

Berikut ini hasil foto-foto kami berdua :D
















Jadi, anda tertarik untuk mengunjungi?

Credit :
De Mata Trick Eye Museum
XT Square
Jl. Veteran Pandean Umbulharjo
Telp (0274) 380809 Reservasi (0274)7198777
Yogyakarta

link terkait :
Trick Art Exhibition Indonesia - Noerazhka
Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...