Wednesday, July 17, 2013

Zangrandi Ice Cream, The Legend Ice Cream in Surabaya


Jumat sore ini, saya dan Tika sampai di Providence Homestay, Jl. Mayjend Sungkono Surabaya. Sesaat setelah saya mandi dan shalat maghrib, Tika langsung saya ajak keluar. Ya, saya tak kuasa menyembunyikan ajakan saya yang mendadak ini. Dia sudah tahu mau saya ajak ke Zangrandi Ice Cream.  Sebuah Toko Es Krim kuno yang dulu didirikan oleh Renato Zangrandii - seorang Italia yang tinggal di Surabaya. Rupanya Tika mengetes saya dengan membiarkan saya mengemudi SiRed di depan tanpa dibantu petunjuk arah. That’s not a matter for me. Karena walaupun saya baru dua kali datang ke Surabaya, saya sudah langsung hafal beberapa jalan disini. Benar saja. Tanpa basa basi, saya sempet Tanya juga sih sama Tika. Hehehe. Dan akhirnya kami pun sampai di Jl. Yos Sudarso nomer 5. Dekat dengan Balai Kota. 
Sumber : http://fahmianhar.wordpress.com/2012/02/13/ice-cream-zangrandi-kuliner-tempoe-doeloe/

Wah, rupanya suasana ramai sekali. Toko es krim  romantis di Kota Buaya ini beneran padat. Saya pun bahkan tidak berhasil memesan tempat duduk di bagian teras depan yang semuanya menggunakan kursi jaman dulu. Terpaksa deh kami makan di dalem dengan suasana yang lebih modern. Kursi, meja, interior di dalemnya sudah nggak berasa tua.  Yaa walaupun masih ada beberapa sudut yang berasa jadulnya sih. Semacem sudut sudut pintu dari kayu dan beberapa display eskrim.
Sumber : http://fahmianhar.wordpress.com/2012/02/13/ice-cream-zangrandi-kuliner-tempoe-doeloe/

Pilihan saya jatuh kepada Satay Ice Cream sedangkan Tika memilih mencoba Montecarlo. Sembari menunggu pesanan datang, saya meyapa mbak Hermin – kasir disitu yang saya titipi setangkai bunga mawar putih. Hehehe. Akhirnya bunga itu langsung saya persembahkan kepada Tika. Ini buat kamu sayaang :’). Bagi saya, kejutan bunga ini sukses! :D
Satay Ice Cream

Lima menit kemudian, pesanan datang. Kami juga mendapatkan dua gelas air putih sebagai penawar rasa nantinya. Saya yang datang jauh jauh dengan referensi dari internet ini sebenernya pengen memotret beberapa suasana. Tapi sepertinya kondisi tidak mendukung karena saking ramainya. Akhirnya kami terdiam menikmati es krim kami masing masing. Satay Ice Cream ini bentuknya seperti sate. Ada tiga buletan eskrim yang rasanya berbeda beda dengan pembatas buah buahan yang ditusuk pake tusuk sate dan disajikan di piring lonjong. Rasanya bener bener, nyeeessss :D bicara soal rasa, rasa es krim disini memang beda, lembut, manis, kekuatan rasa (kayak iklan TOP Coffee :D) benar benar tiada duanya. Bagaimana tidak, resep disini dipertahankan sejak tahun 1930.
Montecarlo

Montecarlo sendiri disajikan di gelas es lebar dengan tampilan warna cokelat. Setelah saya mencicipinya rupanya rasanya hampir sama kayak cappucinno dengan campuran susu. Kami menyantap es krim es krim cantik ini beberapa menit saja. Ya, taruhlah waktu 20 menit sambil mengobrol santai. Zangrandi sendiri kini bisa dinikmati dengan harga yang yaa. terbilang cukup mahal. Kisaran harga sekitar 20 sampai 40 ribu rupiah di gerai gerai di beberapa pusat perbelanjaan di seantero Surabaya. Namun, menikmati Zangrandi di rumah aslinya benar benar kepuasan batin tersendiri. Selain es krim, disini juga menyediakan beberapa camilan untuk teman ngobrol seperti resoles, pastel, french fries dan lain sebagainya.


Read More..

Sejenak Menjadi Bismania


#Jumat, 5 Juli 2013

Akhirnya hari yang saya tunggu tunggu datang juga. Ya, pagi ini jam tangan saya sudah menunjukkan hampir pukul lima pagi lepas beberapa menit yang lalu saya take off dari kost untuk menunggu bus Eka di mulut gang. 

Akhirnya Eka datang juga. Kondisinya sepi. Hanya sekitar lima orang saja yang sudah berada di dalamnya. Sayapun segera mendapatkan tempat duduk di depan sendiri alias hot seat sebelah kiri berdampingan dengan seorang ibuk – ibuk yang mengaku tinggal di Sukoharjo. Satu buah air minum mineral kemasan gelas juga saya dapatkan sesaat setelah saya membayar tiket seharga 94 Ribu rupiah untuk jurusan ke Surabaya. Include service makan di RM Duta Ngawi.

Matahari masih menyembul di timur sana dan perjalanan di Bawen pagi ini sangat nyaman. Karena ada teman ngobrol, saya jadi tidak terkantuk hingga sampai di sekitar Salatiga. Rupanya, trayek pendek semacam Semarang – Salatiga, Salatiga – Solo juga dilayani oleh bus dengan seat 2-2 ini. Disatu sisi, saya merasa perjalanan saya bakal tambah lama karena mesti menaik turunkan penumpang rute pendek seperti ini. 
Eka , Sumber : http://arieskoardhienlove.blogspot.com/2011/04/posisi-dalam-bus-eka-yg-nyaman.html



Dua jam kemudian, bus memasuki Terminal Tirtonadi, Solo. Penumpang yang tinggal segelintir saja akhirnya mendadak penuh dan lagi lagi saya duduk bersama seorang ibuk ibuk asal Sukoharjo yang juga sama sama turun di Surabaya nantinya. Jam 7,30 bus kembali melaju dengan kecepatan sedang. Sekali menaikkan penumpang di daerah Sragen dan saya alhamdulillah berhasil tidur barang beberapa menit hingga akhirnya jam 9,30 kami sudah merapat di RM Duta, Ngawi untuk memilih menu makan. Seporsi nasi rawon dan segelas es jeruk akhirnya menjadi pilihan saya dan menunggu sekitar setengah jam untuk melaju kembali.

Dari kemarin saya sudah bertekad untuk tidak tidur sepanjang perjalanan Ngawi – Surabaya. Ya, ini adalah kesempatan yang langka. Apalagi saya belum hafal kondisi kota kota yang akan di lalui nantinya. Selepas Kota Ngawi, melintasi kecamatan Karangjati yang cukup ramai dan menyambung di Kecamatan Caruban yang sebenarnya akan ditata untuk menjadi Ibukota Kabupaten Madiun. Ternyata Caruban lumayan ramai. Baru ini saya melihatnya secara sadar. :D 

Jalan jalan di jalur tengah Jawa Timur ini relatif datar. Tidak ada tanjakan dan turunan curam apalagi ekstrim. Sepanjang perjalanan yang kami temui semacam kota kota, hutan jati, beberapa perlintasan kereta, dan hingga bus Eka membelah kota Nganjuk. Kota yang tidak begitu besar.

Tidak terasa, saya sudah sampai di Kertosono. Kalau lihat di peta, salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk ini relatif strategis karena persimpangan menuju ke Kediri dan kota kota di Jawa Timur bagian selatan – barat. Apalagi rencana ke depan, kawasan ini bakal menjadi interchange tol Solo – Surabaya yang bisa dimasuki dari arah Jombang maupun Babat, Lamongan. Keren! 

Rupanya perjalanan masih tidak begitu lancar hingga sampai di Terminal Kepuhsari, Jombang. Pengerjaan flyover di kawasan Mojoagung, Mojokerto sungguh menyendatkan perjalanan karena Eka harus terjebak macet beberapa kilometer. Beruntung setelah itu jalan raya sudah lebar dilengkapi dengan median jalan. Perjalanan pun lancar jaya sampai di Terminal Mojokerto. 

Sudah pukul dua siang, dan kami baru memasuki jalan lingkar Krian, Sidoarjo. Sehabis Krian, akhirnya saya mulai mengenali jalan ini. Jalan ke arah Terminal Bungurasih. Tapi, sepertinya dugaan saya benar. Jalanan ini memang langganan macet. Truk besar di sana sini, bus bus antar kota dan pemotor memadati jalan yang sebenarnya sudah lebar ini. Tak pelak, waktu tempuh menjadi begitu molor dan jam 15,15 saya baru sampai di Terminal Purabaya a.k.a Bungurasih.
Saya hanya bisa bersyukur bertemu mbak pacar yang sudah dua bulan tidak bertemu. :”)

#Senin, 8 Juli 2013

Hari Senin siang pukul 13,30. Kami, saya dan Tika bersepakat untuk bareng pulang ke Ngawi. Dari terminal yang sama saat saya sampai di Kota Pahlawan ini, kami memasuki bus Mira jurusan Surabaya – Jogja. Sebuah bus AC Tarif Biasa , biasa disingkat ATB dengan konfigurasi seat 2-3. Pendingin bekerja maksimal, hal yang tidak ada di bus Ekonomi Jawa Tengahan selain ATB nya Nusantara jurusan Semarang – Lasem , setau saya. 

Alhamdulillah, kepadatan penumpang sebelum memasuki bulan puasa yang sempat kami duga, tidak terjadi hari ini. Barangkali kemarin kemarin sudah klimaks. Keluar dari Terminal Purabaya, kondisi tidak begitu penuh. Baru mulai penuh di daerah Krian dan Mojokerto. Bahkan tidak ada yang berdiri. Bus selalu berhenti di terminal – terminal yang dilalui. Perjalanan yang romantis. :) .
Mira, sumber : http://d3elina.blogspot.com/2012/04/on-outskirts-of-known-company-eka-mira.html

Hari semakin sore, hujan juga sempat terjadi sesaat di sekitar Kertosono dan kondisi lalu lintas yang lancar, pukul setengah 6 kami sudah sampai di terminal Madiun. Rupanya, disini bus berhenti untuk waktu yang lumayan lama “Pak sopirnya makan dulu” kata Tika sembari kami memakan beberapa potong tahu beli di tukang asongan. 30 menit kemudian bus kembali melaju. Suasana diluar sudah berganti petang. Saya semakin deg deg-an hendak sampai di rumahnya Tika untuk kedua kalinya. Hahaha..

Alhamdulillah. Lima jam perjalanan seharga masing masing 25 ribu rupiah ini sampai di Ngawi. Kami turun di perempatan Paron dan sebelum hujan mulai deras, jemputan datang. Yeaaa!

Selasa # 9 Juli 2013

Alarm hape saya yang berbunyi pukul setengah 3 pagi membangunkan saya yang sebenarnya masih kerasan tidur di kamar depan ini. Saya terpaksa harus bangun, cuci muka dan persiapan untuk pulang. Sepagi ini?? Iya. Sepagi ini.

Pukul tiga lebih lima, dengan setelah berpamitan dengan Tika dan orang tuanya, saya pun dianter mas Agus sampai di bekas terminal. Halte perempatan Tiara. Pas sekali, bus Sumber Selamat jurusan Jogja pagi ini langsung menghampiri saya. Saya pun dengan sedikit tergesa gesa berpamitan sama mas Agus dan segera mendapat tempat di bangku nomor dua. Kondisi bangkunya bener bener miring ke belakang. Cocok untuk tidur. Apa memang dibikin seperti ini karena bus ini terkenal cepat ya? Ah, nggak usah kebanyakan mikir. Setelah membayar tiket seharga 11 ribu rupiah, saya langsung melanjutkan tidur. Saya hanya bangun dua kali. Saat sampai Sragen dan saat sang kondektur membangunkan saya karena sudah sampai titik akhir perjalanan saya. Terminal Tirtonadi, Solo. Pukul 04,30 . Perjalanan yang cepat, kawan!
Sumber Selamat , sumber : http://nananghimawan.wordpress.com/2012/04/11/sejarah-sumber-kencono/

Badan terasa sedikit segar dan saya langsung menuju ke pintu barat. Disana sudah standby bus Safari AC Lux jurusan Semarang. “Semarang – Semarang…” teriak sang kondektur “masih lama berangkatnya mas?” Tanya saya. “Enggak kok, masnya masuk, langsung berangkat!” benar saja. Bus yang masih sepi ini hanya berpenumpang dua orang. Saya pun duduk di depan sebelah kiri. Tempat duduknya nyaman sekali. Sudah lama saya pengen naik bus ini dan baru kesampean sekarang. Sopirnya keren. Semacam tanpa perhitungan. Libas kanan kiri menaklukkan jalur mulus Solo – Boyolali. Bahkan sampai Salatiga dia berbicara dengan kondekturnya “kita kepagian!” Saya hanya pengen ketawa namun saya tahan karena bus sudah lumayan ramai. Tidak etis. 
Safari AC Lux, sumber : www.bismania.com

Alhamdulillah, jam setengah tujuh pagi ini saya kembali sampai di kost tercinta. Ohiya, tiket Safari barusan saya beli seharga 20ribu. Setelah mandi ini, saya mesti langsung berangkat ke kantor.

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...