#Jumat, 5 Juli 2013
Akhirnya hari yang saya tunggu tunggu
datang juga. Ya, pagi ini jam tangan saya sudah menunjukkan hampir pukul lima
pagi lepas beberapa menit yang lalu saya take off dari kost untuk menunggu bus
Eka di mulut gang.
Akhirnya Eka datang juga. Kondisinya
sepi. Hanya sekitar lima orang saja yang sudah berada di dalamnya. Sayapun
segera mendapatkan tempat duduk di depan sendiri alias hot seat sebelah kiri
berdampingan dengan seorang ibuk – ibuk yang mengaku tinggal di Sukoharjo. Satu
buah air minum mineral kemasan gelas juga saya dapatkan sesaat setelah saya
membayar tiket seharga 94 Ribu rupiah untuk jurusan ke Surabaya. Include
service makan di RM Duta Ngawi.
Matahari masih menyembul di timur sana
dan perjalanan di Bawen pagi ini sangat nyaman. Karena ada teman ngobrol, saya
jadi tidak terkantuk hingga sampai di sekitar Salatiga. Rupanya, trayek pendek
semacam Semarang – Salatiga, Salatiga – Solo juga dilayani oleh bus dengan seat
2-2 ini. Disatu sisi, saya merasa perjalanan saya bakal tambah lama karena
mesti menaik turunkan penumpang rute pendek seperti ini.
Eka , Sumber : http://arieskoardhienlove.blogspot.com/2011/04/posisi-dalam-bus-eka-yg-nyaman.html |
Dua jam kemudian, bus memasuki Terminal
Tirtonadi, Solo. Penumpang yang tinggal segelintir saja akhirnya mendadak penuh
dan lagi lagi saya duduk bersama seorang ibuk ibuk asal Sukoharjo yang juga
sama sama turun di Surabaya nantinya. Jam 7,30 bus kembali melaju dengan
kecepatan sedang. Sekali menaikkan penumpang di daerah Sragen dan saya
alhamdulillah berhasil tidur barang beberapa menit hingga akhirnya jam 9,30
kami sudah merapat di RM Duta, Ngawi untuk memilih menu makan. Seporsi nasi
rawon dan segelas es jeruk akhirnya menjadi pilihan saya dan menunggu sekitar
setengah jam untuk melaju kembali.
Dari kemarin saya sudah bertekad untuk tidak
tidur sepanjang perjalanan Ngawi – Surabaya. Ya, ini adalah kesempatan yang
langka. Apalagi saya belum hafal kondisi kota kota yang akan di lalui nantinya.
Selepas Kota Ngawi, melintasi kecamatan Karangjati yang cukup ramai dan
menyambung di Kecamatan Caruban yang sebenarnya akan ditata untuk menjadi
Ibukota Kabupaten Madiun. Ternyata Caruban lumayan ramai. Baru ini saya
melihatnya secara sadar. :D
Jalan jalan di jalur tengah Jawa Timur
ini relatif datar. Tidak ada tanjakan dan turunan curam apalagi ekstrim.
Sepanjang perjalanan yang kami temui semacam kota kota, hutan jati, beberapa
perlintasan kereta, dan hingga bus Eka membelah kota Nganjuk. Kota yang tidak
begitu besar.
Tidak terasa, saya sudah sampai di
Kertosono. Kalau lihat di peta, salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk ini
relatif strategis karena persimpangan menuju ke Kediri dan kota kota di Jawa
Timur bagian selatan – barat. Apalagi rencana ke depan, kawasan ini bakal
menjadi interchange tol Solo – Surabaya yang bisa dimasuki dari arah Jombang
maupun Babat, Lamongan. Keren!
Rupanya perjalanan masih tidak begitu
lancar hingga sampai di Terminal Kepuhsari, Jombang. Pengerjaan flyover di
kawasan Mojoagung, Mojokerto sungguh menyendatkan perjalanan karena Eka harus
terjebak macet beberapa kilometer. Beruntung setelah itu jalan raya sudah lebar
dilengkapi dengan median jalan. Perjalanan pun lancar jaya sampai di Terminal
Mojokerto.
Sudah pukul dua siang, dan kami baru
memasuki jalan lingkar Krian, Sidoarjo. Sehabis Krian, akhirnya saya mulai mengenali
jalan ini. Jalan ke arah Terminal Bungurasih. Tapi, sepertinya dugaan saya
benar. Jalanan ini memang langganan macet. Truk besar di sana sini, bus bus
antar kota dan pemotor memadati jalan yang sebenarnya sudah lebar ini. Tak
pelak, waktu tempuh menjadi begitu molor dan jam 15,15 saya baru sampai di
Terminal Purabaya a.k.a Bungurasih.
Saya hanya bisa bersyukur bertemu mbak
pacar yang sudah dua bulan tidak bertemu. :”)
#Senin, 8 Juli 2013
Hari Senin siang pukul 13,30. Kami, saya
dan Tika bersepakat untuk bareng pulang ke Ngawi. Dari terminal yang sama saat
saya sampai di Kota Pahlawan ini, kami memasuki bus Mira jurusan Surabaya –
Jogja. Sebuah bus AC Tarif Biasa , biasa disingkat ATB dengan konfigurasi seat
2-3. Pendingin bekerja maksimal, hal yang tidak ada di bus Ekonomi Jawa
Tengahan selain ATB nya Nusantara jurusan Semarang – Lasem , setau saya.
Alhamdulillah, kepadatan penumpang
sebelum memasuki bulan puasa yang sempat kami duga, tidak terjadi hari ini.
Barangkali kemarin kemarin sudah klimaks. Keluar dari Terminal Purabaya,
kondisi tidak begitu penuh. Baru mulai penuh di daerah Krian dan Mojokerto.
Bahkan tidak ada yang berdiri. Bus selalu berhenti di terminal – terminal yang
dilalui. Perjalanan yang romantis. :) .
Mira, sumber : http://d3elina.blogspot.com/2012/04/on-outskirts-of-known-company-eka-mira.html |
Hari semakin sore, hujan juga sempat
terjadi sesaat di sekitar Kertosono dan kondisi lalu lintas yang lancar, pukul
setengah 6 kami sudah sampai di terminal Madiun. Rupanya, disini bus berhenti
untuk waktu yang lumayan lama “Pak sopirnya makan dulu” kata Tika sembari kami
memakan beberapa potong tahu beli di tukang asongan. 30 menit kemudian bus
kembali melaju. Suasana diluar sudah berganti petang. Saya semakin deg deg-an
hendak sampai di rumahnya Tika untuk kedua kalinya. Hahaha..
Alhamdulillah. Lima jam perjalanan
seharga masing masing 25 ribu rupiah ini sampai di Ngawi. Kami turun di
perempatan Paron dan sebelum hujan mulai deras, jemputan datang. Yeaaa!
Selasa # 9 Juli 2013
Alarm hape saya yang berbunyi pukul
setengah 3 pagi membangunkan saya yang sebenarnya masih kerasan tidur di kamar
depan ini. Saya terpaksa harus bangun, cuci muka dan persiapan untuk pulang.
Sepagi ini?? Iya. Sepagi ini.
Pukul tiga lebih lima, dengan setelah
berpamitan dengan Tika dan orang tuanya, saya pun dianter mas Agus sampai di
bekas terminal. Halte perempatan Tiara. Pas sekali, bus Sumber Selamat jurusan
Jogja pagi ini langsung menghampiri saya. Saya pun dengan sedikit tergesa gesa
berpamitan sama mas Agus dan segera mendapat tempat di bangku nomor dua.
Kondisi bangkunya bener bener miring ke belakang. Cocok untuk tidur. Apa memang
dibikin seperti ini karena bus ini terkenal cepat ya? Ah, nggak usah kebanyakan
mikir. Setelah membayar tiket seharga 11 ribu rupiah, saya langsung melanjutkan
tidur. Saya hanya bangun dua kali. Saat sampai Sragen dan saat sang kondektur
membangunkan saya karena sudah sampai titik akhir perjalanan saya. Terminal
Tirtonadi, Solo. Pukul 04,30 . Perjalanan yang cepat, kawan!
Sumber Selamat , sumber : http://nananghimawan.wordpress.com/2012/04/11/sejarah-sumber-kencono/ |
Badan terasa sedikit segar dan saya
langsung menuju ke pintu barat. Disana sudah standby bus Safari AC Lux jurusan
Semarang. “Semarang – Semarang…” teriak sang kondektur “masih lama berangkatnya
mas?” Tanya saya. “Enggak kok, masnya masuk, langsung berangkat!” benar saja.
Bus yang masih sepi ini hanya berpenumpang dua orang. Saya pun duduk di depan
sebelah kiri. Tempat duduknya nyaman sekali. Sudah lama saya pengen naik bus
ini dan baru kesampean sekarang. Sopirnya keren. Semacam tanpa perhitungan.
Libas kanan kiri menaklukkan jalur mulus Solo – Boyolali. Bahkan sampai
Salatiga dia berbicara dengan kondekturnya “kita kepagian!” Saya hanya pengen
ketawa namun saya tahan karena bus sudah lumayan ramai. Tidak etis.
Safari AC Lux, sumber : www.bismania.com |
Alhamdulillah, jam setengah tujuh pagi
ini saya kembali sampai di kost tercinta. Ohiya, tiket Safari barusan saya beli
seharga 20ribu. Setelah mandi ini, saya mesti langsung berangkat ke kantor.
No comments:
Post a Comment