Wednesday, April 19, 2017

Alun - Alun Ngawi, Dulu dan Kini

Citra satelit Alun-alun Ngawi. Sumber : google map


Sebagaimana kota-kota lain di Pulau Jawa, Ngawi juga memiliki alun-alun yang disebut-sebut sebagai yang terluas se Jawa Timur. Pusat kota yang memiliki luasan lebih dari 68,000 meter persegi tersebut terhampar di pusat kota. Mengikuti pola tata ruang jawa, alun-alun Ngawi juga memiliki beberapa pos penting disekelilingnya. Di sebelah utara berdiri Kantor Bupati, di sebelah timur berupa sekolah dan kantor pos, sebelah selatan ada Lapas, dan di sebelah barat terlihat Masjid Agung Baiturrahman yang gagah.

Ruang terbuka yang juga disebut sebagai Alun-alun Merdeka ini diperkirakan telah ada sejak jaman Majapahit. Selanjutnya pada tahun 1828 sebagai tindak lanjut kebijakan dari Mataram diangkatlah penguasa Wedana Mancanagara yang berkedudukan di Ngawi dan bertanggujawab kepada Sultan Mataram. Dua tahun setelahnya, Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan Ngawi sebagai Onder Regentschaap yang secara administratif merupakan Kabupaten tipe bawah karena Ngawi dianggap potensial.

Potensi tersebut adalah dengan adanya sungai Bengawan Solo dan juga Bengawan Madiun yang membelah wilayah Ngawi. Sebagaimana moda transportasi pada jaman tersebut, sungai merupakan salah satu metode transportasi yang menguntungkan. Hasil pertanian, perkebunan dan lain sebagainya bisa diangkut dari wilayah vorstenlanden (Solo), maupun Madiun menuju Tuban, Gresik atau Surabaya melewati sungai tersebut. Seiring berjalannya waktu, Onder Regentschaap dinaikkan statusnya sebagai sebuah Regentschaap / Kabupaten dan wilayah secara administrasi dipimpin oleh seorang Regent/ Bupati yang tinggal dan berkantor di sebelah utara Alun-alun. Setali tiga uang, diangkat pula seorang Asisten Resident yang berkantor di sebelah timur Alun-alun sebagai pimpinan wilayah dari unsur kolonial yang bertanggungjawab kepada Resident di Madiun.

Menurut peta pada tahun 1873, Kota Ngawi telah memiliki struktur kota yang ideal. Alun-alun sebagai pusat pemerintahan, disekitarnya telah berdiri masjid, kantor bupati, dan kantor asisten residen. Sementara disebelah barat daya tercatat sebagai kantor Patih/Kepatihan. Pusat ekonomi berada di Chinesekampement yang saat ini merupakan jalan Sultan Agung daerah Pasar Ngawi. Di belakang kompleks kantor regent, tercatat sebagai kantor Javasche bank. Pemukiman orang eropa terpusat di daerah Kelurahan Pelem dengan Benteng van den Bosch sebagai pusat pertahanan politik dan militernya. Sementara administrasi pemerintahan tampaknya dikerjakan di daerah dekat dengan perempatan Kartonyono yang dahulu masih berupa pertigaan.

Perkembangan Alun-alun Merdeka Ngawi

Peta Ngawi 1873, tampak alun-alun saat itu hanya memiliki satu jalan pemisah (kini jalan merdeka) sumber : kitlv
Dari peta tertanggal 1873, bentang alun-alun tergambar hanya memiliki satu jalur pemisah lurus dari selata ke utara, tanpa adanya jalur serong. Kemudian dari peta tahun 1917-1924, gambaran dari konsep alun alun sudah terlihat sama dengan kondisi saat ini . Jalan tengah di alun-alun yang bernama Jalan Merdeka tersebut telah ada sejak jaman dahulu. Bisa diyakini, sesuai konsep alun-alun jawa, dimungkinkan ditengah lapangan juga diberi pohon beringin kembar. Dari arah selatan, rakyat dapat lurus menuju kantor bupati, serong ke kiri menuju masjid, atau ke kanan menuju kantor asisten resident dan kantor pos.
Peta Ngawi 1917-1924, tampak bahwa bentang alun-alun sudah terpisah oleh beberapa jalan. Tampak juga peruntukan kawasan sekitar seperti RT (Regent), AR (Asisten Residen), dan PH (Kepatihan), sumber : kitlv
Fasad baru setinggi 9 meter yang megah sebagai gerbang Alun-alun Merdeka merupakan hasil proyek sekitar tahun 2014 yang mengadopsi beberapa ciri khas wilayah, seperti konstruksi benteng pendem (van den Bosch), lengkap dengan patung manusia purba, dan branding Ngawi Ramah. Pusat kuliner yang dahulunya berada dipinggiran alun-alun ditata sedemikian rupa menempati kedua jalan serong.
Gerbang alun alun Ngawi, sumber : spicapradhityo
Di sekeliling alun-alun juga tak pelak mengalami perkembangan yang signifikan. Bangunan masjid agung salah satunya. Menurut penelusuran, diketahui bahwa masjid tersebut dibangun pada masa Bupati Ngawi ke 6 pada tahun 1879. Awalnya hanya berdinding sesek/gedeg dengan atap sirap dan berlantai tanah. Hingga sebelum dirubuhkan, masjid yang dahulu disebut dengan Masjid Gedhe ini tercatat beberapa kali direnovasi baik oleh dana swadaya masyarakat, pemerintah daerah, hingga bantuan presiden.
Masjid Gedhe Ngawi sebelum tahun 2008. Tampak gaya bangunan dengan model Jawa, sumber : yakhwajagaribnawaz.com
Masjid gedhe juga pernah menyulut kontroversi di masyarakat saat tahun 2008 diratakan dengan tanah tanpa sebab yang jelas. Banyak pihak mempertanyakan bahwa masjid yang berusia ratusan tahun itu bukannya dilestarikan sebagai cagar budaya bersejarah tetapi justru dihancurkan. Hingga akhirnya beberapa saat kemudian akhirnya pemerintah menggelontorkan uang hingga miliaran rupiah untuk membangun kembali masjid hingga berbentuk seperti sekarang ini. Secara fisik bangunan sekarang jauh lebih megah, besar dan indah tetapi dari unsur pelestarian sejarah dan budaya, agak disayangkan.
Masjid Agung Baiturrahman Ngawi setelah renovasi, sumber : panoramio
Di sebelah utara alun-alun sebagaimana terungkap pada peta tahun 1917 hingga saat ini tercatat tidak pernah mengalami pergantian fungsi. Fungsinya masih sama sebagai kantor bupati. Pada bagian belakang kantor regent ini saat ini dimanfaatkan pula sebagai kantor Polres Ngawi. Selain itu, bekas kantor Javasche bank saat ini digunakan oleh Bank BRI dengan fisik yang masih terjaga keasliannya. Namun demikian, belum ditemukan foto lawas tentang bangunan bupati ini. Hanya ada satu pembanding yang diperkirakan berasal dari sebelum tahun 2000an. 
Potret Kantor Bupati Ngawi tahun tidak diketahui. Kemungkinan sekitar 1990-2000an. Sumber : ragandhi.wordpress.com
Sasana Atmaja dr. Radjiman, foto pribadi

Adapun kantor saat ini adalah gedung baru dengan gaya modern. Di depan kantor bupati dibangun sebuah air mancur dengan beberapa patung manusia purba phitecanthropus. Selain itu juga berdiri bangunan pendopo dr. Radjiman Wedyodiningrat yang merupakan salah satu pahlawan nasional yang melewati hari-hari tua hingga ajalnya sebagai dokter di wilayah Kabupaten Ngawi. 

Dua foto udara wilayah alun-alun Ngawi yang diambil pada tahun 1948. Terlihat bahwa saat itu Kantor Bupati dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. Dan kantornya masih terlihat kecil. Sementara kemungkinan halamannya masih berupa tanah dan rerumputan. Begitu juga tampak kondisi alun alun yang melompong tanpa pemanfaatan lain, hanya digunakan sebagai tanah lapang dengan beringin sebagai pusatnya. Sumber : kitlv
Selain berfungsi sebagai kantor bupati, kompleks ini juga terisi beberapa instansi pemerintah setingkat kabupaten. Dan lebih dari itu, di pojok kompleks tersedia sebuah tempat bernama taman pintar yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat bermain edukatif bagi anak-anak.

Kantor Asisten Residen berdasarkan peta lawas berada di sebelah timur alun-alun tetapi nampaknya saat ini bangunan telah hilang terganti oleh bangunan SMP N 2 Ngawi. Agak ke selatan sedikit, tercatat pernah digunakan sebagai postkantoor dan hingga hari ini tetap digunakan sebagai kantor pos. Sedikit ke utara yang saat ini berdiri kantor PLN, pada peta lawas tertulis bahwa disana adalah controleurwoning atau rumah pengawas. Kemungkinan rumah tersebut adalah rumah dinas kepala pengawas perhutanan di sekitar Ngawi.
Kondisi kantor pos saat ini. Sumber : google streetview


Sementara itu, disebelah selatan alun-alun yang kini dipergunakan sebagai lapas,  dahulu merupakan kediaman dan kantor dari Patih. Hal ini terungkap dari gambaran peta lawas tersebut dengan kode PH. Salah satu pahlawan nasional HOS Cokroaminoto, pernah bekerja sebagai  juru tulis di Kepatihan Ngawi dari tahun 1902-1905 sesaat setelah menyelesaikan studinya di OSVIA Magelang. Entah mengapa, saat ini yang tercatat sebagai bekas gedung kepatihan justru berlokasi di jalan Pati Unus yang dalam peta tersebut malah tidak tampak. Butuh kajian lebih lanjut..


**
Sebagai ruang berinteraksi masyarakat, dibawah pemerintahan Bupati Budi Sulistyono (Kanang) alun-alun telah mengalami rehab total (face off). Diharapkan alun-alun dapat kembali berfungsi sebagai taman hiburan rakyat yang bisa dimanfaatkan masyarakat secara cuma cuma. Pembangunan gapura, penataan shelter PKL, dan penataan fungsi-fungsi bagian alun-alun dilakukan dengan baik.

Salah satu bagian taman di alun-alun. Sumber : rajanggombal
Karena fasilitas publik yang besar ini butuh pemeliharaan dan kontrol yang tepat, maka disebelah barat daya dibangun sebuah kantor UPT. Di sekitarnya juga berdiri beberapa gazebo yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. Pada bagian barat, pendopo berseberangan dengan masjid agung dengan fasilitas parkir mobil yang memadai. Di sebelah barat laut merupakan lapangan utama yang dapat dimanfaatkan sebagai lapangan bola. Sementara dibagian utara banyak pohon peneduh dan kursi-kursi permanen serta beberapa kran air.

Sedikit ke timur menyeberang jalan Merdeka, terhampar lapangan yang lebih kecil dengan dikelilingi massage track dan beberapa kursi taman. Disebelahnya, pemerintah setempat berusaha mewadahi perkembangan produk lokal yaitu dengan adanya kafe teh Radja yang menyediakan aneka racikan teh dengan menu utama teh radja yang merupakan komoditi lokal dari perkebunan Jamus. Bergeser ke selatan, menjadi sebuah pusat olahraga dengan lapangan tennis dan lapangan basket. Bahkan lapangan tennis tersebut dilengkapi atap dengan konstruksi membran yang harganya mahal.
Foto udara salah satu bagian alun-alun Ngawi. Tampak atas adalah kantor Bupati, kemudian atap putih adalah lapangan tennis, dan dibawahnya adalah lapangan voli dan basket. Sumber : radarmadiun

Kafe teh Radja. Foto pribadi
Pada bagian tenggara ada beberapa spot menarik lagi diantaranya tempat bermain anak yang menyediakan persewaan mobil-mobilan, dan permainan menarik lainnya. Di sebelahnya juga dibangun sebuah atraksi air muncrat yang bisa diprogram timing kemuncratannya, dengan dilengkapi atap. Masih belum cukup, dipojok tenggara ada taman merpati dan taman lalu lintas dan salah satu spotnya adalah adanya patung Christiano Ronaldo tengah duduk di kursi taman.
Wahana permainan anak, dengan latar belakang atraksi air muncrat. Sumber FB Jakiyem Nur Azizah
Taman Lalu Lintas, (?) sumber FB teddy g bastian


Sumber : FB ambar dwi
Pengunjung yang ingin berkuliner, dapat memanjakan lidahnya disepanjang kedua jalan serong. Beragam kuliner dapat dijumpai disana. Mulai dari makanan ringan, cemilan hingga makanan berat. Beberapa makanan khas disana salah satunya adalah intip ketan.
shelter PKL/Kuliner di alun-alun Ngawi, sumber : google streetview

Dari uraian diatas, tergambar bagaimana perkembangan penataan kawasan kota Ngawai terutama di daerah Alun-alun dari jaman dulu hingga kini. Bangga dong sebagai orang Ngawi?

8 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...