Beberapa
hari yang lalu tepatnya Sabtu 9 April 2016, untuk pertama kalinya saya, Tika
dan Dayu mengadakan piknik keluarga bersama Sico. Sebenarnya ini bukan piknik
pertama Dayu sih. Karena Dayu meski sekarang ini baru berusia enam bulan, tapi
ia sudah melanglang buana kemana mana. Sudah pernah ke Jombang, Madiun,
Ponorogo, dan terakhir dia OTW dari Ngawi ke Ungaran. Belum cukup itu saja, dia
juga ikut waktu saya antar emak pulang ke Magelang. Dan Dayu ikutan beli Mangut
Beong di Borobudur.
Dan
sekarang-sekarang ini, justru Tika yang sering heboh mengajak jalan-jalan tiap
hari libur tiba. “gimana, berani enggak medannya, parkirnya?” tanya Tika jika
menawarkan saya mengunjungi tempat tempat wisata. Hmmm dia masih meragukan
kemampuan nyopir saya yang sebenarnya masih mengkhawatirkan ini.
Siang
itu kami memutuskan untuk ke Salatiga saja. Daripada ke Semarang, ke Salatiga
banyak lebihnya. Lebih adem, lebih bebas macet, dan lebih aman untuk sopir
pemula seperti saya. Untuk memperpanjang waktu tempuh, saya memutar melewati
Tuntang, Tlogo, Karanglo, Pabelan dan Salatiga. Tujuan pertama kami sederhana
saja. Menikmati susu di kafe M(i)lk Susu.
Beberapa
bulan lalu saya pernah diajak Cristine ke sana jadi ini untuk kedua kalinya.
Disana, kami memesan masing-masing secangkir susu moka, tiramissu, dan seporsi
jamur krispi. Dayu alhamdulillah tidak rewel saat berada disana. Karena
disamping tempat duduk kami terhampar kolam ikan dengan koleksi iwakbang alias
ikan merah. Dayu tampak senang sekali melihat ikan berlalu lalang berenang
kesana kemari. Dan dia juga suka melihat cangkir bergambar sapi.
Selepas
minum susu dan saya nunut shalat di musholanya (yang tidak dilengkapi dengan
mukena), Tika kemudian berhasrat untuk melaksanakan shalat dhuhur pula. Pilihan
kami jatuh pada sebuah mushola di kompleks Taman Kota Salatiga, meski saya
harus muterin sico sebentar mencari U turn terdekat. Sesampainya disana, ternyata
air mati. Ah yasudah lah. Sudah sampai sana, sudah niat, akhirnya kami
memutuskan untuk melihat lihat saja.
Sumber : http://www.kompasiana.com/haryono.hs |
Taman
Kota Salatiga sejatinya dibangun sejak tahun 2012 lalu. Awalnya kawasan yang
berada dekat bangjo Kumpulrejo / Salib Putih di Jalan Lingkar Salatiga itu
merupakan hutan Bendosari. Namun kemudian dikonsep sebagai rest area dan hingga
akhirnya dikembangkan menjadi sebuah tempat wisata berkonsep living plaza (nek rasalah ngarani). Jadi
sebuah tempat jalan jalan terbuka yang dilengkapi dengan bermacam fasilitas.
Ketika masuk, pohon pohon rindang menghijau langsung menyambut. Kita kemudian
berjumpa dengan mushola yang airnya belum nyala, parkir gratis, dan kemudian
pengunjung harus turun menuruni anak tangga yang lumayan. Dibawah ada taman lalu
lintas, dan beberapa kandang hewan. Hewan hewan yang dipelihara sejauh ini
berupa burung-burung. Selain itu juga ada semacam tempat opera terbuka atau
mungkin kolam yang belum terisi air?
Untuk
penggemar olahraga BMX ataupun skateboard, disana juga disediakan treknya.
Lumayan kan, olahraga ditengah hutan yang teduh. Dan satu yang unik adalah
disana ada beberapa kursi yang dibuat dari bekas kaleng aspal.
Untuk
informasi, saat kami berkunjung kesana, ada beberapa pasang remaja muda mudi
yang berpacaran. Ah memang tempat ini cocok untuk pacaran sih ya. Teduh, sepi,
dan damai.. Tapi jangan meniru adegan mereka ya.. Tiru saja kami, menikah,
punya anak, baru jalan jalan. Hehehe..
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete