Tour de The Ambarawa Railway Museum of Java Indonesia, Saturday July 11th 2010
Hari sabtu yang ternyata lumayan mendung. Sehingga waktu itu hampir menunjukkan pukul 10.30 pagi namun seperti rasanya pukul 8 pagi. Aku sama Rina berencana mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa. Kita berangkat pukul 10.30 lalu cari makan dulu karena kita belom makan. Didaerah Karangjati kita makan soto lamongan. Rasanya lumayan. Dua porsi tanpa minum karena kita bawa air putih. Cring Rp. 12.000,-
Perut sudah terisi, saatnya go on to Ambarawa. Ternyata perjalanan hari minggu ini lumayan ramai. Sehingga sempet terjebak kemacetan di area rawan macet Pasar Projo Ambarawa. Namun kita terus maju dan sampai akhrinya kita sampai di tempat tujuan.
Sebelumnya aku mengira tempat wisata ini agak sepi. Karena memang seperti biasanya dimana museum itu selalu sepi. Bahkan aku sempet mengira kalau bisa jadi museum tutup karena tanggal merah. Hahaha. Namun ternyata dugaanku salah besar. Disana banyak bis bis wisata dan mobil pribadi dan banyak juga motor motor yang parkir. Ternyata ramai sekali. Yah kan emang lagi liburan.
Kita masuk lalu cari tempat buat parkir motor. Masuk ke museum bayar 3000 satu orang. 6000 perak for entering this area. Ditempat loket aku tanya soal kereta wisata Ambarawa-Tuntang yang katanya 1 jam sekali berangkat.
Sebenernya aku pengen banget naik kereta uap yang pakai lokomotif kuno B2503 yang sanggup menanjak bukit bedono dan muter di stasiun Bedono. Namun sekarang tarifnya mahal sekali. Satu kali trip bolak balik Rp. 5.250.000,- untuk maksimal 100 penumpang. Bila tertarik, bisa naik dengan Rp. 75.000 per orang. Hah, kayaknya masih nggak rela uang sebanyak itu hanya untuk naik kereta uap. Haha, alternatifnya ya naik kereta bensin Ambarawa – Tuntang dengan Rp. 10.000 per orang.
Sekedar informasi, Museum Kereta Api Ambarawa dulunya adalah stasiun dengan nama Stasiun Willem I yang dibangun pada tahun 1873. Stasiun ini dibangun untuk keperluan mengangkut bahan bahan logistik dari dan ke kawasan Bedono dan Tuntang. Dan pada masanya juga digunakan sebagai stasiun yang menghubungkan Semarang dan Magelang serta Semarang – Purwokerto.
(from Wikipedia)
Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di halaman museum.
Ambarawa awalnya merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah 127.500 m². Pada awalnya dikenal sebagai Stasiun Willem I.[2]
Willem Aku Stasiun Kereta Api awalnya titik pengangkutan antara 8 ½ 4ft di (1435 mm) cabang rel dari Kedungjati di timur laut dan 3ft 6in (1067 mm) baris rel selanjutnya menuju Yogyakarta melalui Magelang dari arah selatan. Hal ini masih bisa terlihat bahwa kedua sisinya dibangun stasiun kereta api untuk mengakomodasi ukuran yang berbeda.[3]
Museum kereta api Ambarawa kemudian didirikan pada tanggal 6 Oktober 1976 di Stasiun Ambarawa untuk melestarikan lokomotif uap yang kemudian datang ke akhir masa pemanfaatan kembali ketika 3ft 6in (1067 mm) jalur rel kereta api dari Perusahaan Negara Kereta Api ditutup. Ini merupakan museum terbuka yang terdapat di samping stasiun asli.
Hal yang paling menarik dari museum ini adalah kereta uap yang sekarang digunakan sebagai kereta wisata Ambarawa – Bedono PP. Kereta ini menggunakan rail bergerigi. Dan ini adalah salah satu dari tiga kereta rail bergerigi yang tersisa di dunia!
Elevasi antara Ambarawa dan Bedono total bisa mencapai 65’ sehingga kereta harus dilengkapi gerigi sebagai penahan dan pengunci saat kereta berjalan menanjak. Menggunakan lokomotif uap B2503 yang menggunakan kayu jati sebagai bahan bakarnya sehingga inilah yang membuatnya mahal. Sebelum kereta berangkat, terlebih dahulu bahan bakar dimasukkan untuk mengaktifkan ketel uap uang digunakan sebagai penggerak roda lokomotif yang akan menarik dua rangkaian gerbong.
Di museum ini terbagi menjadi beberapa bagian, bagian pertama adalah museumnya sendiri. Yang saat ini digunakan untuk ruang tunggu dan kantor. Selain itu juga untuk menyimpan koleksi koleksi alat alat perkereta apian kuno. Dari penunjuk arah, mesin kereta, alat komunikasi, sampai alat hitung waktu itu alias kalkulator yang sangat kuno.
Bagian kedua adalah taman. Ditaman ini kita bisa menjumpai banyak sekali koleksi lokomotif dari jaman jaman dahulu yang semuanya menggunakan teknologi uap. Dimana salah satu loko yang ukurannya relatif kecil dari yang lain ternyata kecepatan maksimalnya hanya 35 Km/jam. Kita sempatkan untuk mengamati semua koleksi lokomotif.
Bagian ketiga adalah tempat jualan souvenir. Disana dijual macam macam barang mulai dari kaos dan beberapa souvenir kerajinan. Namun, kita tidak sempat mengunjungi lokasi ini karena lokasinya terpisah.
Bagian ke empat adalah kereta wisata uap ke Bedono dan lori wisata ke Tuntang. Aku sama Rina berencana naik lori wisata, namun bingung karena dari tadi loket nya tutup terus. Setelah beberapa kali bertanya kepada petugas disana, ternyata tiket yang untuk pemberangkatan jam 13 dan 14 sudah habis. Tinggal untuk jam 15. wah, jadi mikir mikir deh. Setelah berfikir sejenak, akhirnya kita putuskan untuk menunda naik lori wisata lain kali. Hehe.
Akhirnya, setelah puas berjalan jalan, sekitar pukul 13 kita putuskan untuk pulang. Aku nganter Rina pulang, namun ternyata dijalan sempet hujan deres. Lalu jam 14 kita sudah sampai dan saatnya shalat dhuhur dan istirahat sejenak. Jam 14.30 aku pamit dan pulang kembali ke Magelang. Dan jam 16.30 aku mampir buat makan di Magelang, pukul 17 akhirnya sampai rumah juga.
Ada beberapa hal yang bisa ku bagikan. Yaitu tentang kondisi museum yang memang sedikit tidak terawat. Hal ini dapat dilihat pada taman yang digunakan untuk tempat pemajangan koleksi lokomotif. Lokomotif lokomotif tua ini seharusnya dilestarikan keberadaanya. Selain memiliki nilai historis yang sangat banyak, juga memiliki nilai edukasi. Namun sayang, kondisinya sebagian besar tidak terawat karena berada diluar ruangan dan tidak ada pelindung sama sekali sehingga besi besi itu terlihat karatan dibeberapa titik karena perubahan musim panas dan hujan. Alangkah lebih baik apabila lokomotif lokomotif ini disimpan dalam ruangan dengan pencahayaan yang cukup akan lebih menarik.
Selanjutnya adalah banyaknya coretan coretan di lokomotif ini memperlihatkan bahwa perawatan dan pengawasan dari pihak museum terasa kurang. Aku sangat benci melihat coret coret nggak mutu itu disana.
Oke sementara itu dulu.
Tunggu edisi selanjutnya yaitu .
menikmati lori wisata Ambarawa Tuntang
Monday, July 12, 2010
Tour de The Ambarawa Railway Museum of Java Indonesia, July 10th 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment