Sunday, January 24, 2010

Meet Rina @ Chicken Noodle beside PLN Magelang


Bedroom, January 23rd 2010

Today, was rather special. I went to work and I had to service my motor because that’s the schedule.

Huh, my work so hard, I had to finish so many works today. And at 1 pm, I took a break and went to the mosque. After I prayed, I’d like to eat chicken noodle beside PLN Magelang. I never eat there before. I see four smooth legs there and I was thinking that they’re Matahari’s employees. And I said that I ordered one. So I sat in front of them. And I was wondered!

It was Rina Idaman ParaMertua in front of me. The girl that I like to see when we’re face to face on the way, but, I never meet her before.

I feel peculiar in my deepest heart. But, I sure that it was her!

So, I greet her

“Rina?”

And its real that its her! Hh, first, she didn’t know bout me, but she remember that I’m her friend on facebook.

She is so beautiful. And I love her legs very much!!

I Love today!

Read More..

Sunday, January 10, 2010

Lawang Sewu, 9 Januari 2010

Bedroom, January 10th , 2010

Tour de Lawang Sewu, Semarang 9 Januari 2010

Sudah beberapa lama ini aku kepengen banget buat berkunjung ke Lawang Sewu, gedung ‘mistis’ yang ada di kawasan Tugu Muda, Semarang. Sejak kira kira setengah tahun yang lalu namun pasti ada saja halangan dan rintangan sehingga jadwalku itu tidak cepat terealisasi. Dan akhirnya aku males ngajak ngajakin temenku yang pada nggak pakem. Akhirnya awal tahun ini aku sengaja mencari teman yang memang aku persiapkan khusus untuk menemani perjalananku ke sana. Setelah hunting kandidat lewat mIRC, akhirnya aku mendapatkan seorang teman. Namanya Rina. Dia mahasiswi din UNNES, jurusan BK, angkatan tahun 2006, lebih tepatnya ternyata dia setara dengan kakak kelasku gitu. Setelah tawar menawar, akhirnya kita deal buat jalan jalan ke Lawang Sewu tanggal 9 Januari 2010. Sebelumnya aku menawarkan aku pengen kesana tanggal 3 (minggu lalu) tapi dia nggak bisa.

Seminggu lebih sedikit aku kenalan sama dia, lalu datanglah hari Sabtu. Aku minta ijin sama kantor buat pulang lebih awal. Dari kantor aku berangkat sekitar jam 13.00 lebih sedikit, cuaca waktu itu gerimis. Habis hujan deras. Tapi tak menyurutkan niatku yang lama terpendam ini. Hehe.

Perjalanan melewati jalan biasanya, namun begitu sampai di Ungaran aku mengambil Ring Road nya, dari situ, tinggal ikuti jalur dan ketemu sebuah perempatan yang lurus itu arah ke Gunung Pati. Aku ikutin aja jalur itu, sebenernya aku lewat sana baru satu kali itupun sore sore hampir malam gitu. Jadi nggak begitu hafal. Setelah kira kira 5 km, ada pertigaan, aku malah kebablasan sedikit, lalu aku inget kalo seharusnya aku harus belok kanan. Dari situ masih sekitar 7 km perjalanan. Akhirnya sampai juga di kawasan UNNES, udah ramai gitu. Terus aku cari sebuah swalayan in**maret. Disitu aku message Rina, katanya sih kosan dia deket situ. Aku masuk sambil beli beberapa camilan dan minuman buat nanti. Eh, ternyata aku salah.. ternyata disana ada 2 in**maret. Akhirnya aku lanjutkan perjalanan meski agak gerimis deras akhirnya aku menemukan tempat yang dimaksud. Aku berteduh disamping sebuah salon berwarna orange. Dan tidak lama kemudian Rina dateng. Dia pakai jins hitam, sandal hitam, baju merah, jaket merah, dan helm merah. Kayaknya she loves red gitu. Hahaha.. face nya nggak beda jauh sama yang di facebook..

Setelah basa basi sesaat, akhirnya kita memutuskan buat langsung go ke bawah. Oiya, mayoritas orang situ menyebut pergi ke kota itu ke bawah, karena kecamatan GunungPati ini berada di dataran yang tinggi. Hehehe..

Perjalanan ternyata hujan. Tapi kita nanggung mau berhenti, mau nyari orang jualan bakso nggak ada.. yaudah kita langsung terus aja. Jam 3 sore kita udah ada di bawah. Lalu muter muter sedikit. Setelah diskusi, kita memutuskan untuk shalat dulu di Masjid Baiturrahman Simpang 5. karena waktu sudah ashar. Jam 3.30 kita shalat disitu dan setelah shalat selesai ternyata hujan turun dengan derasnya. Kita terpaksa duduk duduk sambil nunggu hujan reda. Kita ngobrol ngobrol ngalor ngidul. Namanya baru kenal jadi banyak hal yang bisa kita obrolin. Sekitar jam 5 sore, hujan mulai surut tinggal rintik rintik saja. Kita tancap ke Lawang Sewu. Sebenernya Rina ngajakin buat malem. Tapi aku kan tujuannya memfoto memfoto. Kalo malem nggak seru donk..

Setelah 5 menit perjalanan kita sampai di Lawang Sewu.

Ini adalah view menara kembar Lawang Sewu

Disana ternyata ramai. Banyak yang berkunjung. Setelah parkir motor di depan, aku masuk sama dia. Untuk masuk, kita cukup bayar 5Rb per orang. Lalu kita ditemenin seorang guide. Kalo guidenya kita terserah mau ngasih berapa, seikhlasnya gitu. Memasuki lobi utama, disuguhi tangga masuk dan dari situ kita bisa melihat patrian kaca aseli dari jaman belanda. Disitu juga ada beberapa keterangan tentang sejarah gedung ini. Gedung ini dibangun pada masa Pemerintah Kolonial Belanda. Pada tahun 1907 gedung ini dibangun untuk kantor Perusahaan Kereta Api Belanda yang waktu itu bernama NIS. Netherland Indische Spoorweg Matscapiij. Dari waktu ke waktu, pada saat penjajahan Jepang gedung ini dialih fungsikan sebagai penjara. Banyak orang orang yang mati dalam gedung ini sehingga aura mistis di gedung ini masih terasa sekali.

Pemandangan dari Lobbi utama

Setelah masuk lobi utama, kita naik tangga, disitu kita bisa melihat ornament kaca pateri yang cantik. Dari situ kita bisa keluar ke balkon utama yang berukuran sekitar 3x5 meter. Dari situ bisa kita lihat pemandangan bundaran Tugu Muda.

View dari balkon

Setelah mengambil beberapa foto, kita melanjutkan perjalanan kesebelah gedung. Dari situ, ada ruangan ruangan yang dahulunya digunakan untuk kantor NIS. Selain ruangan ruangan, disana juga ada aula yang dari situ konstruksi atapnya bisa kita lihat menggunakan besi baja yang kuat. Salah satu plang besi ada yang terkoyak dan berdasar penjelasan guide, itu dahulu terkena senjata semacam rudal pada saat pertempuran lima hari di Semarang.

Lorong

bekas tempat main film merah putih

suasana aulatangga kuno


Dari situ, kita bisa keluar dan melihat view dua menara kembar gothic yang menghiasi view utama gedung Lawang Sewu. Setelah beberapa kali jeprat jepret, kita melanjutkan perjalanan menuju tower air. Ternyata dua menara kembar itu berfungsi sebagai tower air dengan kapasitas 5000 liter air, di dalamnya ada sebuah tangki air terbuat dari besi, pipa penyaluran yang juga dari besi dan sebuah tangga yang semuanya masih aseli.

Tower air

Dari tempat tersebut, kita melanjutkan ke aula utama yang ada di lantai 3. Di tempat ini dahulunya dipakai sebagai tempat rapat, dan pada saat masa masa perang, tempat ini digunakan untuk istirahat para prajurit.


aula utama lantai 3

Dari lantai 3 tadi, kita berjalan turun melalui tangga yang unik. Tangga melingkar yang aseli dari jaman Belanda.


Tangga putar

Puas dari lantai 3, kita turun dan melanjutkan perjalanan melewati lorong

sebelah belakang gedung. Dari situ bisa dilihat sebuah gedung di belakang yang didepannya ada sebuah pohon mangga yang berumur mungkin ratusan tahun. Pohon mangganya gede sekali.


gedung pertama bangun 1904

Ternyata gedung ini adalah gedung yang pertama kali dibangun sebelum gedung utama dibangun. Dari situ kita melewati sebuah jembatan penghubung yang menyatukan antara gedung utama dengan sebuah gedung di belakang.


Jembatan penghubung

Yang gaya bangunannya masih sama.


gedung utama II

Disitu kita bisa melihat ruangan ruangan yang dahulunya digunakan untuk bangsal bangsal untuk merawat para prajurit. Dari situ bisa dilihat juga sebelah kanan gedung sebuah sungai yang ternyata sungai ini pada saat jaman Jepang digunakan untuk membuang mayat mayat orang yang mati dipenjara. Huhhh….


kondisi sungai

Dari situ kita melanjutkan mengitari lorong lorong, dan ada sebuah tempat untuk menempatkan alat pemadam kebakaran yang mana tempatnya terbuat dari besi yang masih aseli sejak jaman Belanda.


tempat alat pemadam

Disitu juga ada sebuah toilet kuno yang mana ada beberapa urinoir.

urinoir kuno

Kata guidenya itu juga aseli. Dari situ, kita turun melewati sebuah tangga ke lantai 1. Di sebelah tangga ada sebuah pintu masuk ruang bawah tanah. Namun sayang tangganya sudah ambrol. Pintu tersebut diberi plang kayu supaya tidak ada orang yang masuk.

Dari situ, kita turun ke latar belakang gedung Lawang Sewu. Disana kita bisa menikmati pemandangan gedung tua ini dan kita menyempatkan berfoto bersama guide.

Hehe. Selesai dari situ kita melewati lorong lagi kearah keluar dan kita kembali ke lobi utama lagi. Disitu kita rembugan untuk mengasih uang jasa guide.


Setelah diskusi sebentar, akhirnya kita beri 15rb. Hm, dari situ kita ke arah keluar. Disana ada sebuah lokomotif yang dibuat tahun 1903/1908 aku lupa tepatnya.

Setelah memfoto foto sebentar waktu sudah hamper gelap. Kita melihat sebuah ruangan di belakang gedung, ternyata itu sebuah toilet yang kuno. Kita foto foto sebentar lalu karena waktu sudah maghrib kita cabut untuk shalat maghrib dan cari makan.

Bayar parkir Rp 2 Rb. Lalu tancap gas ke daerah Puspanjolo. Disitu kita shalat maghrib lalu cari makan nasi goreng. Kira kira jam 7 malam kita lanjutkan perjalanan ke kawasan Tugu Muda.

Di Tugu Muda kita cuma nongkrong nongkrong aja. Ternyata malam minggu seperti ini di Tugu Muda rame banget. Banyak juga anak anak pacaran. Hehe.. lalu disana kita foto foto tapi berhubung kameraku low batt jadinya kita nggak bisa foto foto banyak banyak. Terus kita makan aja bekal kita yang aku beli di Indomaret. Kita disana ngobrol ngobrol banyak sampe sekitar jam 9 malem. Setelah jam 9 malem kita setuju buat masuk ke Lawang Sewu lagi ronde kedua. Hehe

Kita masuk tapi ternyata jalan langsung ke arah tiketan bawah tanah tu udah ditutup. Lewat selatan udah ditutup, lewat utara juga. Kita mau nggak mau harus lewat pintu utama tapi harus bayar 10 ribu lagi berdua. Setelah tawar menawar harga akhirnya kita di diskon 50 %. jadi berdua cuma 5 ribu. Kita masuk tanpa guide lalu begitu masuk lobi utama kita langsung ambil kiri. Suasana sangat gelap sekali secara nggak sengaja aku jadi menggandeng tangan Rina. Maklum, kita berdua agak takut. Hehe.. seelah mendebarkan sekitar 2 menit akhirnya sampe di gedung belakang yang mana dijadikan tempat wisata malam bawah tanah Lawang Sewu. Kita masuk lalu dilihatin sebentar sama mbak nya yang jaga. Kita dilihatin tangga masuk kebawah gitu pake senter lalu kita setuju dan bayar 12 ribu berdua dan kita mendapatkan pinjaman sepatu boot sama senter. Maklum di bawah tanah itu selalu tergenang air.

Tapi kita harus nunggu sampe rombongan ada jadi nggak cuma berdua. Setelah kira kira 5 menit, kita dipanggil lalu kita milih sepatu boot setelah itu kita dipijemin senter lalu turun ke bawah tanah melewati sebuah tangga.


Disana kita langsung disambut genangan air kira kira setinggi atas mata kaki. Lalu perjalanan memasuki sebuah lorong yang dahulu dupakai untuk uji nyali dan kelihatan sebuah lorong yang dulu ditivi kita lihat hantu kuntilanak.


Disitu kita diminta sama guide untuk matiin senter dan terasa sekali suasana sangat gelap. Tanpa penerangan sama sekali. Benar benar mengerikan!!

setelah itu guide menjelaskan sebelah kanan kita ada sebuah ruangan. Dahulu pada saat dipakai belanda ruang ini untuk pendingin saja. Yaitu sebuah ruang dengan kotak kotak yang berisi air. Hampir menyerupai kolam. Namun pada saat pemerintahan Jepang, tempat ini digunakan untuk penjara jongkok. Jadi tahanan disuruh jongkok pada sebuah kotak kira kira ukuran 2x2 meter dan harus diisi oleh 6 orang sampai mereka meninggal!!! gila..


lalu perjalanan dilanjutkan ke lorong selanjutnya, disana ada sebuah pintu berukuran kira kira 75x75 cm.


Disana kita harus pelan pelan dan menunduk untuk memasukinya. Disitu adalah ruang yang pada jaman Jepang digunakan untuk memenggal kepala tahanan. Ada kira kira 5 ruang yang sama. Haduhhhh.... pada satu ruangan ada sekitar 20an tahanan yang dipenggal kepalanya setiap beberapa waktu. Alat penggalnya mirip seperti pemotong kertas pada tempat2 fotokopi, namun sudah diambil dan ada juga yang menggunakan samurai. Disitu ada bekas kaki kaki meja yang dahulunya digunakan untuk penjagal menjalankan aksinya.


Darisitu kita lanjutkan perjalanan menuju ruang penjara berdiri. Adalah sebuah tempat berukuran 1x1 meter yang disitu jeruji besinya sudah tidak ada lagi. Ditiap ruang tadi ada 6 tahanan yang dikurung sampai meninggal. Ngeri. Sayang kameraku rusak jadi tidak bisa memfoto penjara berdiri ini.

Setelah tempat tersebut, kita muter dan sampai pada tempat pembuangan mayat. Ada sebuah pintu yang terhubung ke sungai sebelah utara bangunan. Disitulah pintu untuk membuang mayat mayat.

Hhh... setelah kira kira setengah jam. Kita selesai dan kembali melewati lorong yang tadi karena pintu masuk dan pintu keluarnya hanya satu.

Setelah itu aku naik lalu pakai sepatu dan karena dibawah panas, kita dingin dingin dulu

setelah kira kira jam 10an kita jalan keluar lalu ketemu temenku. Dari sana kita langsung tancap gas ke arah UNNES lalu mengantarkan Rina ke kosannya. Perjalanan nanjak dan cukup melelahkan. Akhirnya jam 22.30 aku udah siap untuk tidur di tempat Ali. Keesokan harinya aku pulang pukul 9.30 dari Semarang dan sampai di rumah pukul 11.30 lalu tidur...

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...