Friday, December 27, 2013

New Star Cineplex, Bioskop barunya Orang Kudus

New Star Cineplex Kudus

Siang ini hari libur Natal 2013. Jam 11 kami, saya dan Tika telah sampai di Plaza Kudus, Jl. Lukmonohadi, Kota Kudus. Ya, siang ini setelah tadi kami mengunjungi Museum Kretek dan sarapan Lenthog Tanjung, kami berniat menjajal nonton di  bioskop baru di Kudus.

Tahun 2010 silam, saat saya bertandang ke kota kretek ini saya masih melihat iklan poster besar berisi informasi pemutaran film di bioskop Empire. Bioskop ini memang menjadi satu di salah satu pusat perbelanjaan Matahari tersebut. Rupanya beberapa saat kemudian bioskop ini tutup sebelum saya sempat nonton disana.

Akhir tahun ini berdasarkan informasi dari salah seorang teman, bahwa Desember ini New Star Cineplex,  yang merupakan grup baru pemain lokal yang selama ini beroperasi di beberapa kota di Jawa Timur, melakukan ekspansinya untuk pertama kali di Jawa Tengah. Entah pertimbangan apa sehingga diputuskan untuk membuka cabangnya di Kota Kudus. Sepertinya memang, daerah eks. Karesidenan Jepara-Rembang/Karesidenan Pati ini yang paling ramai memang di Kudus.

Ternyata NSC ini menempati bekas Empire Bioskop. Begitu kami masuk dan memarkir motor, langsung naik ke Lantai 3 dan menemukan tulisan besar NEW STAR CINEPLEX. Konsepnya lumayan bagus, ya jika saya bandingkan dengan NSC nya Madiun yang pernah saya kupas disini.
Bisa dibilang bioskop ini masih kinyis kinyis. Masih sangat baru dan fresh. Begitu masuk, di sebelah kiri kami ada café/consessions dengan menu menu makanan kecil dan minuman. Disebelahnya adalah Box Office alias loket. Para pegawainya mengenakan seragam hitam layaknya pegawai di grup 21. Cara menyapanya pun mengikuti perkembangan jaman dengan memanggil kakak. Hahaha.
 
Rupanya animo masyarakat disini sangat bagus. Hal ini dibuktikan dengan ramainya suasana lobi. Di ruang tunggu yang dilengkapi dengan pendingin ruangan dan deretan kursi besi tampak beberapa penonton yang menunggu jam tayang. Sementara itu setelah antri tiket, kami pun memutuskan untuk menonton film 99 Cahaya di Langit Eropa, dengan pertimbangan jam tayang yang tidak terlalu lama lagi. Untuk hari libur ini harga tiketnya Rp. 27,500. Untuk modelnya, sama dengan NSC Madiun. Menurut saya, tiket seperti ini kurang eksklusif. Sebaiknya dibikin yang agak tebal.
Saya juga sekalian mencoba beli minuman fruit tea di consessionnya. Harganya, 10 ribu. Mahal dikit yaa pantes lah. 15 menit kami menunggu, akhirnya pintu teater satu telah dibuka. Kami pun segera masuk ke ruangan teater. Begitu masuk, pintu masuknya mirip di Paragon XXI Semarang, yaitu pintu masuk samping dari arah belakang. Ukuran layarnya kira kira sama dengan layar di 21 grup. Jumlah kursinya 126 untuk studio 1 ini. Kursinya masih dengan warna mainstream. Merah dengan posisi sandaran yang sedikit lebih rendah dibanding kursi studio standar 21. Tapi sayangnya, tulisan huruf kursi belum ada. Yang ada hanya tulisan nomor kursi.
Lantai tempat duduk ini sepertinya bukan lantai permanen, karena ketika diinjak, dibawah karpet serasa bunyi “duk duk” sepertinya konstruksi kayu. Untuk soundnya, bagi saya memuaskan dengan Dolby 7.1. Proyektornya juga jernih. Tidak kalah lah dengan 21 grup. Namun, dibeberapa bagian film, subtilte muncul tidak sesuai. Cukup mengganggu sih menurut saya.

Akhirnya sekitar 100 menit film selesai. Film yang datar menurut saya, tanpa konflik dan tanpa rasa emosi selain rasa reliji. Hehehe :D kami pun keluar melalui pintu keluar di sebelah kiri layar. Akhirnya tambah lagi bioskop non 21 yang beroperasi di Jawa Tengah. Sukses selalu untuk grup NSC!

11 comments:

  1. Weleh sing meh nikah kok iseh jalan2 terus.....hehehehe...
    @dimung pamungkas

    ReplyDelete
  2. Tiket seperti ini justru murah di biaya dan gampang dicetak. Toh Blitz Megaplex juga tiketnya begini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh begitu ya mas Farchan? saya blm pernah ke Blitz je. Okay makasih tambahannya :)

      Delete
  3. Mas, kapan rencana ke Purwokerto?

    ReplyDelete
  4. Insya Allah Februari mas. Nunggu sepur purwokerto semarang beroprasi

    ReplyDelete
  5. desainnya udah mirip XXI ya minus karpet merah marun khas XXI.. :D

    memang lebih irit kalo pake kertas tipis gitu,, kayak di Blitz,, tapi memang resiko nya gampang ancur dan ilang soalnya mirip karcis parkir,, :p

    saya juga heran kenapa Blitz malah ga buka cabang di Semarang, Surabaya ato Jogja tapi malah ekspansi ke Batam n Balikpapan..

    kalo sempet ke Blitz nonton 4DX nya mas.. kayak wahana Dufan tapi film komersil.. kemaren saya nonton Hobbit yg 4DX, agak mahal si 150 rebu tiketnya,, :p

    ReplyDelete
  6. @Sri Sapto Bimo Haryana
    Memang mas, mirip XXI, cuman, berasa lebih kecil dan sempit ruang ruangnya. Tempat duduk ruang tunggu juga pake kursi besi ;)

    Betul mas, tiketnya kalo disimpen gampang rusak. (soalnya saya gemar mengoleksi tiket2 juga :D)

    Sebentar lagi Blitz buka di Surabaya mas. Tapi saya lupa di mananya. heheh

    Ok, kapan2 kalo ada kesempatan tak nyoba mas. Mahal tiketnya :(

    anyway, thanks kunjungannya ya ;)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...