#JUMAT, 30 JUNI 2023
Jumat jelang siang, kami berangkat dari rumah mengendarai motuba (mobil tua bangka) ke arah Stasiun Tawang. Beberapa persiapan kami kemas dalam sebuah koper besar. Berhubung kami membawa dua anak dan salah satunya bocil bayi maka tidak lupa kami mengemas stroller. Perjalanan ke Stasiun Tawang terasa lancar saja dengan melalui tol Ungaran – Semarang ABC. Sesaat sebelum keluar exit tol di Muktiharjo, saya menjumpai sebuah proyek yang nampaknya adalah awalan proyek jalan tol sambungan ke arah Demak.
Sampai di stasiun waktu masih menunjukkan sekira pukul
setengah sebelas. Selepas mencari parkiran dan menutup motuba (karena akan
parkir menginap 2 malam) maka saya segera menuju loket self check in. Boarding
pass berhasil dicetak, tidak lupa saya juga meregister boarding pass infant
anak saya yang terlewat di konter loket. Agak jauh sih loketnya berada di ujung
paling selatan.
Dayu di Ruang Tunggu Stasiun Tawang Bank Jateng |
Dania bermain di Stasiun Tawang |
Sembari menunggu jadwal kereta datang, anak anak kami lepas
bermain di area playground yang ada di ruang tunggu. Ruang tunggu ini merupakan
bagian utama stasiun tawang. Terlihat megah, mewah dan sangat heritage. Wajar
saja, karena stasiun ini termasuk salah satu stasiun tertua di Indonesia
warisan pemerintahan kolonial.
Kereta datang tepat waktu sesuai jadwal yang tertera yaitu
11.57. Ambarawa Ekspres jurusan Semarang Poncol – Surabaya Pasar Turi PP ini
akan mengantar kami siang ini.
“Pak, Pre-1 ini mana Pak?” tanya saya ke petugas ketika
akan naik kereta.
“Gerbong 1 itu pak jauh di depan. Naik sini saja, mas nanti
takutnya keburu berangkat keretanya. Nggak lama berhentinya soalnya” jawabnya.
Berhubung kami mendapat tiket gerbong 1 yang parkir jauh
dari emplasement utama, maka kami terpaksa naik kereta melalui gerbong 7 dan
berjalan di dalam gerbong menuju gerbong satu. Koper di tangan kanan, stroller
ditangan kiri membuat saya agak kesulitan membawa barang-barang ini. Untung
ketemu Mas Yoga, salah seorang kru kereta yang dengan cekatan membantu saya
membawakan salah satu barang saya hingga ke tempat duduk. Terimakasih, Mas!
Suasana Gerb |
Kereta ekonomi sekarang tampil bagus. Informasinya sekarang
sudah tidak ada lagi kelas bisnis. Selain ekonomi hanya ada eksekutif dan
luxury. Kursi kereta ekonomi sekarang juga mirip bis eksekutif dua-dua dan bisa
reclining lagi. Di dalam satu gerbong separuh kursi menghadap searah kereta
berjalan dan separuh lagi sebaliknya. Sementara itu, selain fasilitas tivi dan
toilet yang memadai juga ada penyejuk udara yang sangat dingin. Dayu anak saya
bahkan sampai kedinginan.
Kereta berjalan ke arah timur meninggalkan Kota Atlas.
Bergerak terus menuju timur dengan beberapa pemberhentian yaitu Stasiun
Kradenan, Ngrombo, Cepu, Bojonegoro, Babat, Lamongan dan berakhir di Surabaya
Pasar Turi setelah menempuh perjalanan empat jam lebih sedikit. Selama di
kereta, jika terasa kedinginan kami pergi ke bordess untuk menghangatkan badan.
Hehehe..
Suasana Stasiun Surabaya Pasar Turi amatlah ramai sore ini.
Mirip seperti stasiun-stasiun di kota besar. Ya memang Surabaya adalah kota
terbesar kedua ding, di Indonesia. Waktu menunjukkan pukul empat sore lebih dan
selepas keluar area stasiun kami melihat papan petunjuk gojek dan grab point.
Saya lalu menghampiri petugas gojek point bermaksud mengorder go-car.
Akhirnya setelah dibantu, saya dipersilakan menunggu
jemputan di tenda gojek yang tersedia di halaman stasiun. Alhamdulillah
sekarang ini opsi opsi layanan transportasi publik makin dewasa dalam bersaing
tidak seperti dulu dimonopoli oleh taksi stasiun.
Sore ini suasana Kota Surabaya cukup cerah. Taksi kami
membelah suasana kota Surabaya dan melewati CBD nya Kota Surabaya yaitu kawasan
Tunjungan. Di sana tampak gedung-gedung megah tinggi. Tujuan kami hari ini
adalah untuk beristirahat di hotel Garden Palace. Saya menemukan informasi
mengenai hotel ini dari kolega kantor. Hotel tua bintang empat yang sekarang
harganya bisa dibilang cukup murah, dengan ketinggian bangunan mencapai 24
lantai. Sontak saja, dari kejauhan hotel yang terletak di seberang Alun-alun
Surabaya ini langsung terlihat. Dari penelusuran saya, hotel ini menawarkan
fasilitas yang baik dengan harga yang pantas serta yang paling penting adalah
kamar-kamar yang luas setidaknya dibanding dengan hotel-hotel sekelasnya.
Begitu sampai di drop off lobi hotel, petugas dengan sigap
membantu membawakan barang-barang kami. Ah saya merasa seperti orang penting
saja, disambut dan dibantu. Hahaha. Hotel ini saya lihat sangat besar dan mewah
pada masanya. Sayang sekarang secara umum terbilang biasa saja. Resepsionis
sore itu hanya ada dua orang yang standby dan saya berhasil check in cepat
dengan sebuah aplikasi berwarna biru.
“silakan bapak, kamarnya di lantai 10 liftnya di sebelah
sana, dan untuk esok hari ada breakfast di depan situ mulai jam enam hingga jam
sepuluh. Selamat beristirahat” ucap front office dengan nada sopan dan saya menjadi
merasa terhormat.
Lift hotel berjumlah
lima dengan kondisi yang remang-remang. Saya kira memang hotel ini terbilang
cukup tua. Dalam hati saya mulai bergumam nanti jika sudah senggang ingin
browsing-browsing mengenai pembangunan hotel ini. Jiwa detektif saya muncul
seketika. Wkwkwk.
Kamar kami berada di lantai sepuluh itu artinya kami bisa
memandang pemandangan gedung-gedung bertingkat suasana Kota Surabaya dari
ketinggian. Dengan kamar yang luas, bed kami berupa king bed lengkap dengan
sofa besar lebar menempel di kaca serta standar hotel bintang empat seperti
kulkas, peralatan mandi tivi dan AC. Fasilitas yang terakhir saya sebut adalah
berupa AC lama dengan suhu fahrenheit karena setelannya berada di angka 60
sampai 90 dan tombol-tombol mirip tombol tape recorder tahun 90an.
Alhamdulillah, setelah menempuh perjalanan panjang sejak
dari rumah, kami dapat segera beristirahat dan tidak lupa mengisi perut dengan
mengorder melalui aplikasi berwarna orange. Ohya, malam tersebut saya juga
menyempatkan mencari beberapa keperluan di minimarket terdekat. Dalam
perjalanan kaki ke minimarket, Dayu beberapa kali takjub melihat pemandangan
gedung-gedung tinggi serta logo Pemerintah Kota Surabaya. Saking sukanya bahkan
senang kalau saya foto foto. Hahaha.
**
#SABTU, 1 JULI 2023
Selamat pagi, Kota Surabaya. Kota Surabaya selain memiliki
nilai historis yang tinggi juga memiliki kenangan dalam hidup saya yaitu kota
di mana cerita asmara saya berawal. Tika, istri saya bahkan sudah hampir
10 tahun ini tidak pernah ke Surabaya. Tentu saja ini menjadi perjalanan yang
ngangeni untuk dia.
Menjelang pukul setengah tujuh anak saya sudah geger
mengajak sarapan. Ekstra breakfast untuk anak-anak di bawah 12 tahun adalah 50%
dan saya harus membayar sejumlah Rp. 55.000,-. Menu sarapan teramat lengkap
mulai dari stall mie instan, main course, buah, roti rotian, makanan
tradisional, bubur, soto ayam hingga gado-gado. Semua tersaji dengan baik
dengan pelayanan yang baik pula. Hanya saja untuk bubur ayam mesti nunggu pukul
tujuh baru datang. Bubur ayam di sini sudah dicampur dengan ayam dan bumbu
sehingga terasa lebih nendang.
Selepas sarapan, anak-anak menikmati salah satu fasilitas
hotel yang berada di lobi yaitu playground sementara saya sendiri janjian
dengan salah satu penyedia jasa rental mobil untuk mengambil orderan saya.
Ternyata orangnya sudah parkir di depan sehingga saya dapat segera menukar NPWP
saya (dan deposit secukupnya) dengan sebuah city car.
**
Tentu saja, saya tidak punya tujuan khusus ke Surabaya kali
ini. Tujuan saya hanya jalan jalan saja untuk refreshing. Sehingga ketika
keluar dari hotel kami bingung akan mengarahkan langkah ke mana. Akhirnya
berdasarkan kesepakatan kami muter muter saja hingga sampai Bundaran Cito kemudian
berlanjut ke Kampus Unesa yang berada di Lidah, kampus Tika dulu. Hitung itung
menghilangkan rindu dan mengingat ingat kembali kejayaan di masa lalu (sebelum
ditaklukkan oleh saya. Hahaha)
Kampus Unesa sekarang sudah semakin tertata. Saya ingat
sepuluh tahunan lalu kesitu masih banyak yang belum rapih. Dan karena sudah
muter kampus, kami juga tidak ketinggalan mengunjungi bekas rumah kos Tika dulu
yang berada di Gang Lima, serta membeli beberapa kebutuhan di Karomah mart.
Salah satu warung andalan Tika dulu jaman masih single. Eh nggak tahu ding
masih single apa tidak waktu itu.
Untuk mengisi waktu, kami sepakat untuk pergi ke Kebun
Binatang Surabaya (KBS) tetapi sebelumnya hendak cari makan dan shalat dulu. Sebuah
gerai ayam bakar di jalan arah ke Wiyung menjadi pilihan kami dengan tiga paket
yang dihargai Rp. 100 ribu kembali Rp. 1 ribu. Paket ayam bakar, ayam geprek
dan ayam rempah lengkap dengan nasi dan satu minuman.
Akhirnya kami sampai di Terminal Intermoda Joyoboyo.
Terminal ini sekarang menjadi sangat megah dan berfungsi juga sebagai parkiran
pengunjung KBS. Dibangun bertingkat, kami mendapat parkir di lantai 3. Dari
parkiran terhubung ke gedung sejuk ber AC yang nampaknya akan dikonsep sebagai
kawasan penjual oleh oleh atau kuliner. Kami pun memanfaatkan space tersebut
untuk makan siang. Jangan khawatir mendapat parkir diatas karena gedung ini
juga dilengkapi dengan eskalator dan juga lift.
Dari Joyoboyo kami harus berjalan kaki sejenak menuju KBS
pintu selatan. Tiket flat weekend non weekend seharga Rp 15.000. adapun
beberapa koleksi satwa yang bisa kita lihat diantaranya adalah gajah, rusa,
banteng, kuda nil kerdil, kuda nil, harimau, singa, onta, dan hewan hewan
keluarga kera.
Tidak lama kami berwisata di sana karena kasihan juga
dengan si kecil Dania kalau terlalu lama main sehingga jelang ashar kami putuskan
untuk cabut. Tetapi untuk menuntaskan penasaran Dayu yang ingin melihat patung
Sura Baya yang berada di depan KBS, kami akhirnya menuruti dengan jalan kaki
sejenak untuk berfoto di sana. Sembari Tika, Dayu dan Dania menunggu hasil
foto, saya mengambil kendaraan kembali ke Joyoboyo dan baru menjemput mereka
kembali. Sebelum kembali ke hotel, kami sempatkan membeli soto ayam dulu di
Taman Bungkul. Seporsi soto dan sebotol air kemasan dihargai Rp. 20.000,-
#MINGGU, 2 JULI 2023
Hari ketiga di Surabaya, lepas sarapan kami memutuskan
untuk melihat-lihat sejenak suasana Alun-alun Surabaya. Kawasan publik yang belum
lama dibangun ini terlihat cantik dan modern. Jangan bayangkan alun alun ini
adalah kawasan tanah lapang berumput. Sebagai gantinya di sini justru ada
bangunan yang banyak fungsinya mulai dari sekretariat dewan kesenian, tempat
pameran dan penjual UMKM, hingga museum yang berada di bawah tanah. Saya kira
untuk mengunjungi alun-alun ini lebih cocok pada pagi hari atau sore hari saja.
Karena kalau siang puanase, rek!
Hari ketiga ini jatah kami pulang ke Semarang. Sebelum
pulang mumpung sampai di Surabaya kami sempatkan menyeberang sejenak ke Pulau
Madura. Membeli rengginan lorjuk, kata istri saya. Saya juga ingin membungkus
nasi bebek sinjay buat nanti makan siang. Dari pusat Kota Surabaya ke Bangkalan
tidak butuh waktu lama kira kira cukup sejam saja. Bebek sinjay yang saya tuju
berada di jalan daerah Burneh arah ke Sampang. Tidak jauh dari pertigaan.
Sesiang ini sudah ramai saja calon pembeli. Saya bilang calon pembeli karena
bebeknya baru datang dan baru akan digoreng. Saya juga harus menunggu barang
sepuluh menitan. Seporsi nasi bebek bungkus dihargai Rp. 25.000,-. Harga yang
menurut saya masih terbilang wajar.
Jam tangan saya menunjukkan pukul sebelas siang. Selepas
membeli beberapa camilan di jalan balik arah ke Jembatan Suramadu, kami segera
mengikuti peta untuk kembali ke Stasiun Pasar Turi. Saya mengedrop barang
bawaan serta penumpang ke stasiun terlebih dahulu baru kemudian menghubungi
rental untuk mengambil mobil di kawasan stasiun. Alhamdulillah pukul setengah
satu siang semua urusan sudah terkendali dan kami tinggal menunggu
pemberangkatan kereta Ambarawa Ekspres yang dijadwalkan pukul 13.45. Ada satu
hal menarik yaitu sekarang ini sedang dalam masa persiapan dan percobaan face
recognition boarding sehingga kedepannya kita tidak perlu lagi mencetak
boarding pass ataupun menggunakan e boarding untuk masuk ke peron tetapi cukup
menggunakan teknologi pengenalan wajah. Saya sudah mencoba. Anda kapan? hehehe
Hujan deras menyambut kami ketika kereta api masuk ke
Stasiun Tawang menjelang pukul enam sore. Ketika sudah mulai mereda, saya
segera mengambil mobil yang saya parkir di tepi polder tawang dan kemudian
kembali ke rumah Ungaran. Alhamdulillah rangkaian acara jalan-jalan kali ini
diberi kemudahan oleh Yang Maha Kuasa. Semoga saya dan keluarga selalu sehat
sehingga bisa menikmati hidup dan semakin mensyukuri nikmat hidup ini.