Thursday, July 6, 2023

DOLAN KE SURABAYA JUNI -

#JUMAT, 30 JUNI 2023

Jumat jelang siang, kami berangkat dari rumah mengendarai motuba (mobil tua bangka) ke arah Stasiun Tawang. Beberapa persiapan kami kemas dalam sebuah koper besar. Berhubung kami membawa dua anak dan salah satunya bocil bayi maka tidak lupa kami mengemas stroller. Perjalanan ke Stasiun Tawang terasa lancar saja dengan melalui tol Ungaran – Semarang ABC. Sesaat sebelum keluar exit tol di Muktiharjo, saya menjumpai sebuah proyek yang nampaknya adalah awalan proyek jalan tol sambungan ke arah Demak.

Sampai di stasiun waktu masih menunjukkan sekira pukul setengah sebelas. Selepas mencari parkiran dan menutup motuba (karena akan parkir menginap 2 malam) maka saya segera menuju loket self check in. Boarding pass berhasil dicetak, tidak lupa saya juga meregister boarding pass infant anak saya yang terlewat di konter loket. Agak jauh sih loketnya berada di ujung paling selatan.

Dayu di Ruang Tunggu Stasiun Tawang Bank Jateng


Dania bermain di Stasiun Tawang
















Sembari menunggu jadwal kereta datang, anak anak kami lepas bermain di area playground yang ada di ruang tunggu. Ruang tunggu ini merupakan bagian utama stasiun tawang. Terlihat megah, mewah dan sangat heritage. Wajar saja, karena stasiun ini termasuk salah satu stasiun tertua di Indonesia warisan pemerintahan kolonial.

Kereta datang tepat waktu sesuai jadwal yang tertera yaitu 11.57. Ambarawa Ekspres jurusan Semarang Poncol – Surabaya Pasar Turi PP ini akan mengantar kami siang ini.

“Pak, Pre-1 ini mana Pak?” tanya saya ke petugas ketika akan naik kereta.

“Gerbong 1 itu pak jauh di depan. Naik sini saja, mas nanti takutnya keburu berangkat keretanya. Nggak lama berhentinya soalnya” jawabnya.

Berhubung kami mendapat tiket gerbong 1 yang parkir jauh dari emplasement utama, maka kami terpaksa naik kereta melalui gerbong 7 dan berjalan di dalam gerbong menuju gerbong satu. Koper di tangan kanan, stroller ditangan kiri membuat saya agak kesulitan membawa barang-barang ini. Untung ketemu Mas Yoga, salah seorang kru kereta yang dengan cekatan membantu saya membawakan salah satu barang saya hingga ke tempat duduk. Terimakasih, Mas!

Suasana Gerb

Kereta ekonomi sekarang tampil bagus. Informasinya sekarang sudah tidak ada lagi kelas bisnis. Selain ekonomi hanya ada eksekutif dan luxury. Kursi kereta ekonomi sekarang juga mirip bis eksekutif dua-dua dan bisa reclining lagi. Di dalam satu gerbong separuh kursi menghadap searah kereta berjalan dan separuh lagi sebaliknya. Sementara itu, selain fasilitas tivi dan toilet yang memadai juga ada penyejuk udara yang sangat dingin. Dayu anak saya bahkan sampai kedinginan.

Kereta berjalan ke arah timur meninggalkan Kota Atlas. Bergerak terus menuju timur dengan beberapa pemberhentian yaitu Stasiun Kradenan, Ngrombo, Cepu, Bojonegoro, Babat, Lamongan dan berakhir di Surabaya Pasar Turi setelah menempuh perjalanan empat jam lebih sedikit. Selama di kereta, jika terasa kedinginan kami pergi ke bordess untuk menghangatkan badan. Hehehe..

Suasana Stasiun Surabaya Pasar Turi amatlah ramai sore ini. Mirip seperti stasiun-stasiun di kota besar. Ya memang Surabaya adalah kota terbesar kedua ding, di Indonesia. Waktu menunjukkan pukul empat sore lebih dan selepas keluar area stasiun kami melihat papan petunjuk gojek dan grab point. Saya lalu menghampiri petugas gojek point bermaksud mengorder go-car.

Akhirnya setelah dibantu, saya dipersilakan menunggu jemputan di tenda gojek yang tersedia di halaman stasiun. Alhamdulillah sekarang ini opsi opsi layanan transportasi publik makin dewasa dalam bersaing tidak seperti dulu dimonopoli oleh taksi stasiun.

Sore ini suasana Kota Surabaya cukup cerah. Taksi kami membelah suasana kota Surabaya dan melewati CBD nya Kota Surabaya yaitu kawasan Tunjungan. Di sana tampak gedung-gedung megah tinggi. Tujuan kami hari ini adalah untuk beristirahat di hotel Garden Palace. Saya menemukan informasi mengenai hotel ini dari kolega kantor. Hotel tua bintang empat yang sekarang harganya bisa dibilang cukup murah, dengan ketinggian bangunan mencapai 24 lantai. Sontak saja, dari kejauhan hotel yang terletak di seberang Alun-alun Surabaya ini langsung terlihat. Dari penelusuran saya, hotel ini menawarkan fasilitas yang baik dengan harga yang pantas serta yang paling penting adalah kamar-kamar yang luas setidaknya dibanding dengan hotel-hotel sekelasnya.

Begitu sampai di drop off lobi hotel, petugas dengan sigap membantu membawakan barang-barang kami. Ah saya merasa seperti orang penting saja, disambut dan dibantu. Hahaha. Hotel ini saya lihat sangat besar dan mewah pada masanya. Sayang sekarang secara umum terbilang biasa saja. Resepsionis sore itu hanya ada dua orang yang standby dan saya berhasil check in cepat dengan sebuah aplikasi berwarna biru.

“silakan bapak, kamarnya di lantai 10 liftnya di sebelah sana, dan untuk esok hari ada breakfast di depan situ mulai jam enam hingga jam sepuluh. Selamat beristirahat” ucap front office dengan nada sopan dan saya menjadi merasa terhormat.

 Lift hotel berjumlah lima dengan kondisi yang remang-remang. Saya kira memang hotel ini terbilang cukup tua. Dalam hati saya mulai bergumam nanti jika sudah senggang ingin browsing-browsing mengenai pembangunan hotel ini. Jiwa detektif saya muncul seketika. Wkwkwk.

Kamar kami berada di lantai sepuluh itu artinya kami bisa memandang pemandangan gedung-gedung bertingkat suasana Kota Surabaya dari ketinggian. Dengan kamar yang luas, bed kami berupa king bed lengkap dengan sofa besar lebar menempel di kaca serta standar hotel bintang empat seperti kulkas, peralatan mandi tivi dan AC. Fasilitas yang terakhir saya sebut adalah berupa AC lama dengan suhu fahrenheit karena setelannya berada di angka 60 sampai 90 dan tombol-tombol mirip tombol tape recorder tahun 90an.

Alhamdulillah, setelah menempuh perjalanan panjang sejak dari rumah, kami dapat segera beristirahat dan tidak lupa mengisi perut dengan mengorder melalui aplikasi berwarna orange. Ohya, malam tersebut saya juga menyempatkan mencari beberapa keperluan di minimarket terdekat. Dalam perjalanan kaki ke minimarket, Dayu beberapa kali takjub melihat pemandangan gedung-gedung tinggi serta logo Pemerintah Kota Surabaya. Saking sukanya bahkan senang kalau saya foto foto. Hahaha.

**

#SABTU, 1 JULI 2023

Selamat pagi, Kota Surabaya. Kota Surabaya selain memiliki nilai historis yang tinggi juga memiliki kenangan dalam hidup saya yaitu kota di mana cerita asmara saya berawal. Tika, istri saya bahkan sudah hampir 10 tahun ini tidak pernah ke Surabaya. Tentu saja ini menjadi perjalanan yang ngangeni untuk dia.

Menjelang pukul setengah tujuh anak saya sudah geger mengajak sarapan. Ekstra breakfast untuk anak-anak di bawah 12 tahun adalah 50% dan saya harus membayar sejumlah Rp. 55.000,-. Menu sarapan teramat lengkap mulai dari stall mie instan, main course, buah, roti rotian, makanan tradisional, bubur, soto ayam hingga gado-gado. Semua tersaji dengan baik dengan pelayanan yang baik pula. Hanya saja untuk bubur ayam mesti nunggu pukul tujuh baru datang. Bubur ayam di sini sudah dicampur dengan ayam dan bumbu sehingga terasa lebih nendang.

Selepas sarapan, anak-anak menikmati salah satu fasilitas hotel yang berada di lobi yaitu playground sementara saya sendiri janjian dengan salah satu penyedia jasa rental mobil untuk mengambil orderan saya. Ternyata orangnya sudah parkir di depan sehingga saya dapat segera menukar NPWP saya (dan deposit secukupnya) dengan sebuah city car.

**

Tentu saja, saya tidak punya tujuan khusus ke Surabaya kali ini. Tujuan saya hanya jalan jalan saja untuk refreshing. Sehingga ketika keluar dari hotel kami bingung akan mengarahkan langkah ke mana. Akhirnya berdasarkan kesepakatan kami muter muter saja hingga sampai Bundaran Cito kemudian berlanjut ke Kampus Unesa yang berada di Lidah, kampus Tika dulu. Hitung itung menghilangkan rindu dan mengingat ingat kembali kejayaan di masa lalu (sebelum ditaklukkan oleh saya. Hahaha)

Kampus Unesa sekarang sudah semakin tertata. Saya ingat sepuluh tahunan lalu kesitu masih banyak yang belum rapih. Dan karena sudah muter kampus, kami juga tidak ketinggalan mengunjungi bekas rumah kos Tika dulu yang berada di Gang Lima, serta membeli beberapa kebutuhan di Karomah mart. Salah satu warung andalan Tika dulu jaman masih single. Eh nggak tahu ding masih single apa tidak waktu itu.

Untuk mengisi waktu, kami sepakat untuk pergi ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) tetapi sebelumnya hendak cari makan dan shalat dulu. Sebuah gerai ayam bakar di jalan arah ke Wiyung menjadi pilihan kami dengan tiga paket yang dihargai Rp. 100 ribu kembali Rp. 1 ribu. Paket ayam bakar, ayam geprek dan ayam rempah lengkap dengan nasi dan satu minuman.

Akhirnya kami sampai di Terminal Intermoda Joyoboyo. Terminal ini sekarang menjadi sangat megah dan berfungsi juga sebagai parkiran pengunjung KBS. Dibangun bertingkat, kami mendapat parkir di lantai 3. Dari parkiran terhubung ke gedung sejuk ber AC yang nampaknya akan dikonsep sebagai kawasan penjual oleh oleh atau kuliner. Kami pun memanfaatkan space tersebut untuk makan siang. Jangan khawatir mendapat parkir diatas karena gedung ini juga dilengkapi dengan eskalator dan juga lift.

Dari Joyoboyo kami harus berjalan kaki sejenak menuju KBS pintu selatan. Tiket flat weekend non weekend seharga Rp 15.000. adapun beberapa koleksi satwa yang bisa kita lihat diantaranya adalah gajah, rusa, banteng, kuda nil kerdil, kuda nil, harimau, singa, onta, dan hewan hewan keluarga kera.

Tidak lama kami berwisata di sana karena kasihan juga dengan si kecil Dania kalau terlalu lama main sehingga jelang ashar kami putuskan untuk cabut. Tetapi untuk menuntaskan penasaran Dayu yang ingin melihat patung Sura Baya yang berada di depan KBS, kami akhirnya menuruti dengan jalan kaki sejenak untuk berfoto di sana. Sembari Tika, Dayu dan Dania menunggu hasil foto, saya mengambil kendaraan kembali ke Joyoboyo dan baru menjemput mereka kembali. Sebelum kembali ke hotel, kami sempatkan membeli soto ayam dulu di Taman Bungkul. Seporsi soto dan sebotol air kemasan dihargai Rp. 20.000,-

#MINGGU, 2 JULI 2023

Hari ketiga di Surabaya, lepas sarapan kami memutuskan untuk melihat-lihat sejenak suasana Alun-alun Surabaya. Kawasan publik yang belum lama dibangun ini terlihat cantik dan modern. Jangan bayangkan alun alun ini adalah kawasan tanah lapang berumput. Sebagai gantinya di sini justru ada bangunan yang banyak fungsinya mulai dari sekretariat dewan kesenian, tempat pameran dan penjual UMKM, hingga museum yang berada di bawah tanah. Saya kira untuk mengunjungi alun-alun ini lebih cocok pada pagi hari atau sore hari saja. Karena kalau siang puanase, rek!

Hari ketiga ini jatah kami pulang ke Semarang. Sebelum pulang mumpung sampai di Surabaya kami sempatkan menyeberang sejenak ke Pulau Madura. Membeli rengginan lorjuk, kata istri saya. Saya juga ingin membungkus nasi bebek sinjay buat nanti makan siang. Dari pusat Kota Surabaya ke Bangkalan tidak butuh waktu lama kira kira cukup sejam saja. Bebek sinjay yang saya tuju berada di jalan daerah Burneh arah ke Sampang. Tidak jauh dari pertigaan. Sesiang ini sudah ramai saja calon pembeli. Saya bilang calon pembeli karena bebeknya baru datang dan baru akan digoreng. Saya juga harus menunggu barang sepuluh menitan. Seporsi nasi bebek bungkus dihargai Rp. 25.000,-. Harga yang menurut saya masih terbilang wajar.

Jam tangan saya menunjukkan pukul sebelas siang. Selepas membeli beberapa camilan di jalan balik arah ke Jembatan Suramadu, kami segera mengikuti peta untuk kembali ke Stasiun Pasar Turi. Saya mengedrop barang bawaan serta penumpang ke stasiun terlebih dahulu baru kemudian menghubungi rental untuk mengambil mobil di kawasan stasiun. Alhamdulillah pukul setengah satu siang semua urusan sudah terkendali dan kami tinggal menunggu pemberangkatan kereta Ambarawa Ekspres yang dijadwalkan pukul 13.45. Ada satu hal menarik yaitu sekarang ini sedang dalam masa persiapan dan percobaan face recognition boarding sehingga kedepannya kita tidak perlu lagi mencetak boarding pass ataupun menggunakan e boarding untuk masuk ke peron tetapi cukup menggunakan teknologi pengenalan wajah. Saya sudah mencoba. Anda kapan? hehehe

Hujan deras menyambut kami ketika kereta api masuk ke Stasiun Tawang menjelang pukul enam sore. Ketika sudah mulai mereda, saya segera mengambil mobil yang saya parkir di tepi polder tawang dan kemudian kembali ke rumah Ungaran. Alhamdulillah rangkaian acara jalan-jalan kali ini diberi kemudahan oleh Yang Maha Kuasa. Semoga saya dan keluarga selalu sehat sehingga bisa menikmati hidup dan semakin mensyukuri nikmat hidup ini.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...