Selepas
berwisata di Museum Kereta Api Ambarawa, kami memutuskan untuk menuju arah
timur ke daerah Muncul, Banyubiru untuk mencari kesegaran. Mobil kami berjalan
pelan melewati lekuk-lekuk pinggiran Rawa Pening melintasi hamparan persawahan
sambil sesekali melihat danau alami itu dari kejauhan. Tapi begitu sampai di
Pemandian Muncul, tempat tersebut ternyata masih tutup berkaitan dengan pandemi
Covid 19. Pun begitu juga dengan Muncul Waterpark dan Taman Kelinci yang berlokasi
tidak jauh dari situ.
Akhirnya kami memutuskan untuk menuju bagian timur Kabupaten Semarang. Memanfaatkan adanya Jalan Lingkar Salatiga (JLS), perjalanan kami terasa begitu cepat sampai di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran. Tempat tujuan kami kali ini adalah Umbul Senjoyo, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Jalan Raya Salatiga – Solo. Kira kira hanya butuh lima menit berkendara.
Saya terakhir kali berkunjung ke Umbul Senjoyo tahun 2009. Waktu itu lokasinya masih agak sepi dan belum banyak yang tahu. Setelah agak viral di media sosial beberapa waktu lalu dengan foto kolam yang bertabur ratusan ikan, tempat ini kian berbenah dan ramai dikunjungi. Beberapa fasilitas ditingkatkan untuk menunjang kenyamanan pengunjung.
**
Matahari
mulai meninggi ketika kami sampai. Parkiran mobil berada di sebuah tanah lapang
agak tinggi.
ucap tukang parkir setelah memberi aba-aba sedan tua saya menyelinap parkir diantara mobil mobil yang lebih dahulu datang.
Meski siang agak terik, namun kawasan Umbul Senjoyo yang berada ditengah rerimbunan terasa begitu sejuk. Gemericik air dan riuhnya suasana menyambut kami. Dayu – anak saya kegirangan ingin segera bermain air.
“Ayo
bapak.. Dayu pingin nyemplung” ujarnya.
Tempat
ini sepertinya sudah mulai dibuka untuk umum setelah sempat ditutup akibat
pandemi Covid 19. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa setempat sebagai
pengelola tampaknya sudah menyiapkan sarana-prasarana dalam rangka kebiasaan
era baru (new normal) seperti
menyiapkan papan papan himbauan wajib bermasker dan menyiapkan beberapa tempat cuci tangan.
Untuk
memasuki kawasan ini, sementara masih gratis, tanpa dipungut biaya. Tetapi jika
ingin menikmati sensasi duduk di aliran sungai, atau bermain perosotan air
untuk anak-anak, harus membayar Rp. 5.000,-.
Akhirnya kami memutuskan untuk segera turun sembari mencari meja kursi yang kosong untuk bersantai sejenak sembari memesan beberapa camilan dan minuman yang banyak tersedia. Sementara Dayu nyemplung untuk keceh alias bermain air. Ya, kami hendak mencoba sensasi makan dan bersantai di aliran sungai sembari momong anak.
Siang hari di Umbul Senjoyo, menikmati gorengan dan minuman hangat, sambil merendam kaki di aliran sungai yang dingin dan jernih, adalah suatu simbol ketenangan tersendiri. Pikiran terasa fresh dan tubuh terasa segar.
Untuk harga makanan yang dijajakan di kawasan Umbul Senjoyo relatif murah. Sebut saja gorengan yang dijajakan mulai dari 1000 rupiah per biji dan minuman yang beraneka ragam mulai dari kopi, teh, dan aneka minuman instan.
**
Adzan dhuhur terdengar, tanda kami harus segera beranjak karena ingin segera pulang. Waktu satu jam saya anggap sudah cukup untuk menikmati segarnya suasana Senjoyo. Sebelum pulang, kami sejenak mengitari kompleks ini.
Mata air Senjoyo yang berjumlah tujuh titik, menyemburkan debit air yang berlimpah. Salah satunya bahkan telah digunakan sebagai pasokan air untuk kebutuhan PDAM Kota Salatiga sejak jaman kolonial. Setidaknya ada tiga buah kolam yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Yang dua bisa dipergunakan untuk berenang atau berendam, dan satu yang paling luas terlihat dipergunakan untuk perahu bebek dan perahu dayung.
Dekat dengan tempat makan di aliran sungai, ada salah satu tempat yang biasa digunakan warga untuk mencuci baju juga digunakan sebagai tempat bermain air untuk anak – anak. Untuk menuju ke kolam utama, kami harus melewati sebuah jembatan panjang yang juga bisa dijadikan tempat untuk berfoto.
Foto
kolam dengan ratusan ikan yang beredar di media sosial, adalah kolam yang
berada di tepi sungai. Dilengkapi juga dengan beberapa pelampung untuk
berenang. Namun jumlah ikan kini tampaknya sudah jauh banyak berkurang.
Sedangkan kolam utama yang sangat jernih terletak di sebaliknya. Tampak beberapa
orang tampak sedang berenang dan berendam. Airnya sungguh sangat segar. Lain
kali jika bawa baju ganti, ingin rasanya saya menjajal berendam sembari mencari
wangsit di kolam ini.
Tepat berada di sebelah kolam utama, terdapat sebuah petilasan. Kawasan ini dipercaya telah ada sejak jaman Kesultanan Pajang. Dan petilasan tersebut dipercaya sebagai tempat bertapa tokoh legendaris dalam sejarah Jawa, Jaka Tingkir.
Air
kolam tampak sangat jernih dan terlihat dasarnya dari atas. Sementara sebagian tepian
kolam berbahan batu andesit dan menurut informasi yang saya terima, pernah juga
ditemukan beberapa relief dan antefiks khas hiasan candi. Hingga saat ini Umbul
Senjoyo juga masih digunakan sebagai tempat laku praktisi supranatural untuk
mencari ketenangan jiwa, salah satunya dengan mengadakan ritual kungkum atau berendam, khususnya pada
malam satu Suro penanggalan Jawa.
**
Umbul Senjoyo, sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Semarang, dalam perjalanannya pernah direncanakan pengembangannya oleh Dinas Pariwisata yang pernah membuat maket rencana dan ditempatkan di aula Dinas Pariwisata kala itu. Namun karena mungkin kalah prioritas dibanding tempat wisata lainnya, seperti pengembangan Gedong Songo dan Bukit Cinta, maka pengembangan ini masih belum bisa terlaksana hingga saat ini.
Melihat dari fasilitas pengunjung yang tersedia di Senjoyo, tampak bahwa tempat ini masih membutuhkan sentuhan pemerintah agar lebih tertata. Seperti penataan jalan, penataan PKL, dan pentingnya pengelolaan sampah. Semoga dengan perkembangan waktu, Umbul Senjoyo dapat segera dilirik untuk mendapat prioritas pembangunan kawasan wisata.
Jadi buat kalian yang ingin menyegarkan jiwa dan raga, sejenak melepas dari kepenatan pekerjaan, Umbul Senjoyo ini sangat cocok untuk didatangi. Anda bisa sekadar bermain air, berendam, memberi makan ikan, atau melepas ikan pun dipersilakan. Tetapi pada waktu pandemi seperti ini, jangan lupa selalu patuhi himbauan pemerintah dengan memperhatikan protokol kesehatan, juga menjaga kebersihan tempat wisata.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog "Wisata Kabupaten Semarang Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru"
Wah seru banget kayaknya pergi kesana diblon sama anak anak. Bisa jadi referensi baru nih buat berlibur di era kebiasaan baru. Makasi infonya mas hamid anwar
ReplyDeletePas banget kalau bawa anak-anak pasti suka main air. Tapi mesti jaga jarak bu karena anak-anak kebiasaan berkerumun sesama anak-anak. Hehehe
DeleteUmbul Senjoyo itu termasuk wilayah Kab. Semarang ya?, bukan wilayah Salatiga.
ReplyDeleteSetahu saya begitu, mas.
DeleteUmbul dengan banyak ikan seperti ini memang bagus, mas. Bisa buat wisata anak-anak, pun bisa dolan banyu hahahhahah
ReplyDeleteBetul mas. Anak2 bisa betah kekeceh..
DeleteWah bagus ya protokol kesehatannya Mas..jadi pengunjung merasa lebih aman..
ReplyDeleteYa mbak untuk ukuran wisata kecil sudah cukup baik protokolnya.
Deletepengen main kesana uy
ReplyDeleteCobain Mam
Deleteseru banget ya pasti disnaa
ReplyDeletepaket internet axis unlimited