Wednesday, April 3, 2013

Romantic Surabaya, 29-31 Maret 2013 (Part II)

# Museum Kesehatan dr. Adhyatma Surabaya

Oke, di hari kedua saya berada di Surabaya ini, Tika merekomendasikan saya untuk pergi ke Museum Kesehatan setelah sebelumnya kami sarapan nasi rames masih di kawasan Unesa. Saya pengen berada di belakang untuk memotret suasana perjalanan sehingga perjalanan berangkat ini Tika yang berada di depan. Nggak terlalu susah untuk menuju ke Museum Kesehatan yang ada di Jl. Indrapura ini.
FBS Unesa

Kampusnya Tika :D

PPG in progress

Lenmarc Mall

Bangunan baru ini.. depan PTC

National Hospital, depan Unesa
Sesampainya, kami memarkir motor dan segera membayar tiket. Murah banget. Berdua hanya 3 Ribu rupiah saja. Pada ruangan pertama, kami disambut dengan sejarah tentang Museum Kesehatan dan beberapa prolog tentang sejarah dunia kesehatan di Indonesia. Memasuki ruang kedua, disitu menjelaskan tentang peralatan teknis pendukung dunia kesehatan. 
Foto dr. Adhyatma, MPH, mantan Menkes




Ruangan selanjutnya berisi tentang koleksi awetan hewan penular penyakit. Selain itu, di ruang ini  juga ada koleksi buku buku kesehatan. Keluar dari gedung ini, kami menuju ke gedung selanjutnya yang amazing! Disana dipajang bukti bukti tentang ilmu santet yang secara ilmiah tidak bisa dijelaskan. Ada juga senjata senjata penangkal santet. Mungkin senjata seperti ini bakal dimasukkan juga ke RUU Santet. Hehehe. Dan inilah yang menjadi daya tarik museum ini karena banyak yang menanyakannya. Bahkan pernah dikupas di detiktravel.com. :D setelah itu ruangan terakhir bercerita tentang kaitan antara kesehatan dan budaya. 
 

Ternyata Jelangkung selain sebagai sarana pengobatan secara spiritual juga merupakan mainan tradisional anak anak. #geleng geleng!
 
Alat Penangkal Santet
Secara umum, museum ini koleksinya cukup lengkap. Dan yang saya takjub adalah museum ini juga cukup ramai dikunjungi rata rata oleh remaja dan beberapa anak sekolah. Jadi, kalau di Surabaya, jangan lupa mampir ke Jl. Indrapura No. 7 ini. Oke?
 
#Museum House of Sampoerna
 
Salah satu bagian House of Sampoerna


HOS - House of Sampoerna


Tidak jauh dari Museum Kesehatan, dengan lokasi yang sedikit menyelempit, akhirnya kami sampai di Museum House of Sampoerna. Untuk masuk museum ini, tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Syaratnya mudah kok, bawa STNK kendaraan bermotor yang dipakai, dan identitas diri. Sebagai informasi, yang boleh masuk ke museum ini yang sudah berusia lebih dari 18 tahun. Gedung utama museum adalah bekas pabrik rokok Sampoerna. Begitu masuk, akan ada pengecekan identitas. 
 
Ruangan pertama ini berisi koleksi bahan bahan dan bumbu rokok, disamping itu, juga terpampang beberapa riwayat tentang pendiri pabrik rokok ini. Pada ruangan selanjutnya kami menemukan sebuah mesin cetak tua yang pernah saya jumpai di Museum Benteng Vredeburg yaitu Heidelberg. Darisitu, kami menaiki tangga menuju ke atas, dan sayangnya, diatas ini tidak boleh mengambil gambar. Sebagai gambaran saja, dari atas sini kami dapat melihat secara langsung bekas ruang produksi rokok. Cukup bisa dibayangkan bagaimana kesibukan sewaktu produksi rokok ini terjadi dengan karyawan yang mayoritas perempuan. Disitu juga dijual macam macam souvenir seperti pin, buku, kerajinan tangan, dan lain lain. 
 
Ini dia Liem Seeng Tee dan istri, pendiri pabrik rokok Sampoerna

Puas mengunjungi museum, kami shalat dhuhur masih di kawasan museum ini, lalu berencana mendaftar untuk ikut Bus Heritage Track. FYI, bus ini akan mengantar wisatawan untuk berkeliling utamanya di bangunan bangunan yang memiliki sisi historis di Surabaya. Start dan end nya ada di HOS, dan ada beberapa pilihan tour, yaitu pendek dan panjang. Tapi sodara sodara, sayang sekali di hari sabtu ini, pemesan sudah penuh. Padahal tadi kami sengaja mengepaskan jadwal supaya bisa pas salah satu jam jalannya bus yaitu jam 1 siang. Selain itu, ada juga jam 9 pagi dan jam 3 sore. 
 



Yaah sudahlah, mungkin lain kali saya ke Surabaya lagi dan bisa menikmati Heritage Track yang lagi lagi gratis ini. :)

Bingung hendak kemana, akhirnya berbekal peta saya, saya coba melajukan revo menuju ke kawasan Pantai Kenjeran. Menurut peta saya, disana ada Patung Budha 4 Muka. Begitu sampai di Jl. Kenjeran, kami masuk salah satu gang dan menemukan hanya sebuah vihara kecil. Dan itu pasti bukan yang dimaksud dalam peta. Search google, dan akhirnya kami putuskan untuk tidak melanjutkan pencarian karena ternyata itu ada di Kawasan Wisata Pantai Kenjeran yang sebenernya itu menurut kami terlalu jauh.

#Monumen Kapal Selam

Akhirnya kami putuskan untuk mengunjungi Monumen Kapal Selam (Monkasel). Selama mengemudi, saya dipandu sama Tika dan tidak lama kemudian, sampailah kami di Monkasel yang ada di bantaran Kalimas, Jl. Pemuda sebelah Plaza Surabaya ini. 
 

Wow! Sebuah kapal selam bekas bernama Pasoepati terhampar di depan mata. Setelah memarkir motor dan membayar  tiket sebesar 5 Ribu rupiah per orang,  kami pun langsung masuk ke ruangan utama kapal dan disambut oleh mbak guide. Dia menuturkan bahwa pada tahun 1996, kapal selam yang sudah pensiun ini di belah belah menjadi 16 bagian lalu dirangkai kembali untuk wahana edukasi tentang kapal selam. Kapal ini berjasa pada saat operasi pembebasan Irian Barat dan penumpasan G 30 S PKI. 
Kamar tidur perwira
Jadi pada ruangan utama ini adalah ruang kendali torpedo. Ada 4 peluncur torpedo di bagian depan kapal selam buatan Rusia Tahun 1952 ini. Untuk berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain, pintunya adalah lorong bulat berdiameter kira kira 75 cm. Jangan takut kesulitan karena akan dipandu bagaimana melewati pintu ini dengan trik yang benar. 
Pintu antar ruangan
Hehe. Ruang kedua adalah ruang tidur perwira, ruang tidur komandan, dapur, ruang periskop, ruang kelistrikan, dan pada bagian akhir belakang ada dua peluncur torpedo berjumlah dua buah. Untuk pintu keluar masuk asli adalah melalui atap sebelah atas, namun di Monkasel ini, sudah dibuatkan pintu mirip masuk ke pesawat. 
Panel kontrol ketinggian air (kayaknya)
Torpedo dan launchernya

Kebetulan sekali kami ngepasi jam tayang dokumenter tentang film ini beberapa menit kemudian di Audiorama yang merupakan gedung di bagian belakang kapal selam ini. Sembari menunggu film tayang, kami duduk duduk sebentar di pinggir Kalimas dengan air yang cukup keruh ini sambil makan beberapa makanan ringan yang kami bawa. 
Bantaran Kalimas

Film berdurasi sekitar 30 menit  ini diputar disebuah ruangan dengan kapasitas sekitar 40 penonton. Berkisah tentang sejarah Kapal Selam, sejarah Monkasel, sejarah kapal selam di Indonesia, dan terakhir adalah gambaran umum tentang TNI AL. 
 
Akhirnya jam tangan saya menunjukkan pukul tiga sore, itu artinya sudah saatnya kami cari makan. Berhubung Tika juga nggak begitu hafal, akhirnya kami terdampar jauh sekali. Yaitu di Sentra PKL Wiyung. Dan Rujak Cingur yang saya pengen itu belum ada yang buka. Okelah, akhirnya Tika pesen gado gado sementara saya pesen Lontong Capgomek yang ternyata adalah lontong dengan opor ayam dan beberapa sayur kentang dan tahu. Not so bad lah hanya untuk mengisi perut yang kelaparan ini.
 
Hari mulai sore, gerimispun sudah mulai turun, akhirnya saya lajukan motor untuk kembali ke penginapan. Setelah mandi dan shalat ashar, malam minggu dengan hujan ini akhirnya hanya saya manfaatkan untuk tidur saja. Saya capek sekali rasanya. 

#Hari ketiga, Minggu, 31 Maret 2013

Pukul setengah sembilan pagi, saya sudah berhasil sampai di kos Tika dan menunggunya mandi beberapa saat. Jadwal saya hari ini adalah pulang. Yaa.. pulang ke Semarang. Namun kami mesti sarapan dulu nih. Hari minggu yang mendung ini, akhirnya saya sarapan Soto Surabaya di depan kantor Kelurahan Lidah Wetan. 
Habis itu, kami menuju kontrakan Fitri untuk menunggu Hisah. Jadi dia itu sedang berada di Gresik dan saya diminta untuk menunggu dia sebelum pulang. Akhirnya hujan turun juga, saya sampai capek dan tidur hingga sore. Pukul 4an sore, Hisah datang membawa beberapa makanan khas Gresik yaitu Pudak dan Cubung. 
Anyway, big thanks for Hisah and Fitri.. Kalian mendapatkan Award sebagai pemain pembantu terbaik tahun ini!

Dan jam setengah 5 sore, saya diantar mereka bertiga menuju ke Terminal Purabaya a.k.a Bungurasih. Saya benar benar buta arah dan mengandalkan Tika sebagai co-pilot saya. Sore ini hujan sudah lumayan berhenti walaupun masih gerimis juga dan jalanan  juga masih basah. Setengah jam lebih sedikit, kami sampai juga. 

Mereka memberi saya beberapa oleh oleh dan saya jadi merasa terharu. -_- ternyata sistemnya nggak pake tiket, tapi langsung naik menuju ke bus yang dikehendaki. Saya milih bus Patas AC ke Semarang yaitu PO Indonesia warna merah. 
Ahh.. rasanya berat untuk meninggalkan pacar saya itu. Tapi saya tetap harus pulang.. dan tidak lama kemudian, berhubung bus sudah penuh, bis langsung melaju. Tiketnya sampai semarang 65 Ribu Rupiah saja. Saya tidak begitu menikmati perjalanan ini karena entah suspensi yang keras atau memang kondisi jalanan yang rusak, yang jelas keluar dari Tol, bis ini melalui Gresik, Lamongan, dan tau tau bangun tidur saya sudah sampai di Kota Tuban. Disana bus berhenti untuk istirahat. Saya tukarkan kupon makan dari bis dengan satu porsi nasi rawon dan teh manis. Waktu menunjukkan pukul 11 malam. 
 
Jam  dua seperempat pagi, saya sampai di Terminal Terboyo Semarang dan naik ojek sampai ke Stasiun Tawang untuk mengambil motor lalu sampai kos pukul tiga pagi. 

Alhamdulillah.. :)
UNESA, sampai ketemu lagi ;)

dan satu lagi, terimakasih teman teman atas kaosnya, Cakcuk Surabaya ;)

2 comments:

  1. Hehehehehe......
    Postingan njenengan cukup mengobati kangen saya sama Kota Surabaya yang saya tinggalkan kurang lebih 1thn lalu mas.
    5thn saya kerja di Tanjung Perak mas, dan itu meninggalkan kenangan tersendiri buat saya.
    Oh ya mas, kalo di daerah Surabaya Utara itu sebenere banyak yang bisa dikunjungi lho karena tempatnya gak terlalu jauh Contoh : Masjid Ampel, Patung Jalesviva Jayamahe, Museum Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Rumah Sukarno (Jln.Peneleh). Itu kan gak jauh dari Museum Kesehatan & HOS.
    Mungkin lain kali njenegan bisa mampir2 kesana.
    BTW postingan njenengan keren bgt.
    Tak tunggu postingan yang "seru" lainnya.
    #Dimung Pamungkas

    ReplyDelete
  2. @mas Dimung Pamungkas :

    Hehehe.. Yaudah mas ke Surabaya lagi aja kalo kangen :D

    Iya, itu sebenernya saya juga udah njadwalin. Tapi mungkin karena terlalu mepet waktunya jadi ditunda.. lain kali ke Surabaya lagi kok mas. Itu pasti #eaaa :D

    terimakasih informasinya dan kunjungannya .. ;)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...