#
Museum Kesehatan dr. Adhyatma Surabaya
Oke,
di hari kedua saya berada di Surabaya ini, Tika merekomendasikan saya untuk
pergi ke Museum Kesehatan setelah sebelumnya kami sarapan nasi rames masih di
kawasan Unesa. Saya pengen berada di belakang untuk memotret suasana perjalanan
sehingga perjalanan berangkat ini Tika yang berada di depan. Nggak terlalu
susah untuk menuju ke Museum Kesehatan yang ada di Jl. Indrapura ini.
FBS Unesa |
Kampusnya Tika :D |
PPG in progress |
Lenmarc Mall |
Bangunan baru ini.. depan PTC |
National Hospital, depan Unesa |
Sesampainya,
kami memarkir motor dan segera membayar tiket. Murah banget. Berdua hanya 3
Ribu rupiah saja. Pada ruangan pertama, kami disambut dengan sejarah tentang
Museum Kesehatan dan beberapa prolog tentang sejarah dunia kesehatan di
Indonesia. Memasuki ruang kedua, disitu menjelaskan tentang peralatan teknis
pendukung dunia kesehatan.
Ruangan
selanjutnya berisi tentang koleksi awetan hewan penular penyakit. Selain itu,
di ruang ini juga ada koleksi buku buku
kesehatan. Keluar dari gedung ini, kami menuju ke gedung selanjutnya yang
amazing! Disana dipajang bukti bukti tentang ilmu santet yang secara ilmiah
tidak bisa dijelaskan. Ada juga senjata senjata penangkal santet. Mungkin
senjata seperti ini bakal dimasukkan juga ke RUU Santet. Hehehe. Dan inilah
yang menjadi daya tarik museum ini karena banyak yang menanyakannya. Bahkan pernah
dikupas di detiktravel.com. :D setelah itu ruangan terakhir bercerita tentang
kaitan antara kesehatan dan budaya.
Ternyata Jelangkung selain sebagai sarana pengobatan secara spiritual juga merupakan mainan tradisional anak anak. #geleng geleng! |
Alat Penangkal Santet |
Secara
umum, museum ini koleksinya cukup lengkap. Dan yang saya takjub adalah museum
ini juga cukup ramai dikunjungi rata rata oleh remaja dan beberapa anak
sekolah. Jadi, kalau di Surabaya, jangan lupa mampir ke Jl. Indrapura No. 7
ini. Oke?
#Museum
House of Sampoerna
Tidak
jauh dari Museum Kesehatan, dengan lokasi yang sedikit menyelempit, akhirnya
kami sampai di Museum House of Sampoerna. Untuk masuk museum ini, tidak
dikenakan tiket masuk alias gratis. Syaratnya mudah kok, bawa STNK kendaraan
bermotor yang dipakai, dan identitas diri. Sebagai informasi, yang boleh masuk
ke museum ini yang sudah berusia lebih dari 18 tahun. Gedung utama museum
adalah bekas pabrik rokok Sampoerna. Begitu masuk, akan ada pengecekan
identitas.
Ruangan
pertama ini berisi koleksi bahan bahan dan bumbu rokok, disamping itu, juga
terpampang beberapa riwayat tentang pendiri pabrik rokok ini. Pada ruangan
selanjutnya kami menemukan sebuah mesin cetak tua yang pernah saya jumpai di
Museum Benteng Vredeburg yaitu Heidelberg. Darisitu, kami menaiki tangga menuju
ke atas, dan sayangnya, diatas ini tidak boleh mengambil gambar. Sebagai
gambaran saja, dari atas sini kami dapat melihat secara langsung bekas ruang
produksi rokok. Cukup bisa dibayangkan bagaimana kesibukan sewaktu produksi
rokok ini terjadi dengan karyawan yang mayoritas perempuan. Disitu juga dijual
macam macam souvenir seperti pin, buku, kerajinan tangan, dan lain lain.
Puas
mengunjungi museum, kami shalat dhuhur masih di kawasan museum ini, lalu
berencana mendaftar untuk ikut Bus Heritage Track. FYI, bus ini akan mengantar
wisatawan untuk berkeliling utamanya di bangunan bangunan yang memiliki sisi
historis di Surabaya. Start dan end nya ada di HOS, dan ada beberapa pilihan
tour, yaitu pendek dan panjang. Tapi sodara sodara, sayang sekali di hari sabtu
ini, pemesan sudah penuh. Padahal tadi kami sengaja mengepaskan jadwal supaya
bisa pas salah satu jam jalannya bus yaitu jam 1 siang. Selain itu, ada juga
jam 9 pagi dan jam 3 sore.
Yaah
sudahlah, mungkin lain kali saya ke Surabaya lagi dan bisa menikmati Heritage
Track yang lagi lagi gratis ini. :)
Bingung
hendak kemana, akhirnya berbekal peta saya, saya coba melajukan revo menuju ke
kawasan Pantai Kenjeran. Menurut peta saya, disana ada Patung Budha 4 Muka. Begitu
sampai di Jl. Kenjeran, kami masuk salah satu gang dan menemukan hanya sebuah
vihara kecil. Dan itu pasti bukan yang dimaksud dalam peta. Search google, dan
akhirnya kami putuskan untuk tidak melanjutkan pencarian karena ternyata itu
ada di Kawasan Wisata Pantai Kenjeran yang sebenernya itu menurut kami terlalu jauh.
#Monumen
Kapal Selam
Akhirnya
kami putuskan untuk mengunjungi Monumen Kapal Selam (Monkasel). Selama
mengemudi, saya dipandu sama Tika dan tidak lama kemudian, sampailah kami di
Monkasel yang ada di bantaran Kalimas, Jl. Pemuda sebelah Plaza Surabaya ini.
Wow!
Sebuah kapal selam bekas bernama Pasoepati terhampar di depan mata. Setelah
memarkir motor dan membayar tiket
sebesar 5 Ribu rupiah per orang, kami
pun langsung masuk ke ruangan utama kapal dan disambut oleh mbak guide. Dia
menuturkan bahwa pada tahun 1996, kapal selam yang sudah pensiun ini di belah
belah menjadi 16 bagian lalu dirangkai kembali untuk wahana edukasi tentang
kapal selam. Kapal ini berjasa pada saat operasi pembebasan Irian Barat dan
penumpasan G 30 S PKI.
Jadi
pada ruangan utama ini adalah ruang kendali torpedo. Ada 4 peluncur torpedo di
bagian depan kapal selam buatan Rusia Tahun 1952 ini. Untuk berpindah dari satu
ruang ke ruang yang lain, pintunya adalah lorong bulat berdiameter kira kira 75
cm. Jangan takut kesulitan karena akan dipandu bagaimana melewati pintu ini
dengan trik yang benar.
Pintu antar ruangan |
Hehe. Ruang kedua adalah ruang tidur perwira, ruang
tidur komandan, dapur, ruang periskop, ruang kelistrikan, dan pada bagian akhir
belakang ada dua peluncur torpedo berjumlah dua buah. Untuk pintu keluar masuk
asli adalah melalui atap sebelah atas, namun di Monkasel ini, sudah dibuatkan
pintu mirip masuk ke pesawat.
Panel kontrol ketinggian air (kayaknya) |
Torpedo dan launchernya |
Kebetulan
sekali kami ngepasi jam tayang dokumenter tentang film ini beberapa menit
kemudian di Audiorama yang merupakan gedung di bagian belakang kapal selam ini.
Sembari menunggu film tayang, kami duduk duduk sebentar di pinggir Kalimas
dengan air yang cukup keruh ini sambil makan beberapa makanan ringan yang kami
bawa.
Bantaran Kalimas |
Film
berdurasi sekitar 30 menit ini diputar disebuah ruangan dengan kapasitas sekitar 40 penonton. Berkisah tentang sejarah Kapal Selam, sejarah
Monkasel, sejarah kapal selam di Indonesia, dan terakhir adalah gambaran umum
tentang TNI AL.
Akhirnya
jam tangan saya menunjukkan pukul tiga sore, itu artinya sudah saatnya kami
cari makan. Berhubung Tika juga nggak begitu hafal, akhirnya kami terdampar
jauh sekali. Yaitu di Sentra PKL Wiyung. Dan Rujak Cingur yang saya pengen itu
belum ada yang buka. Okelah, akhirnya Tika pesen gado gado sementara saya pesen
Lontong Capgomek yang ternyata adalah lontong dengan opor ayam dan beberapa
sayur kentang dan tahu. Not so bad lah hanya untuk mengisi perut yang kelaparan
ini.
Hari
mulai sore, gerimispun sudah mulai turun, akhirnya saya lajukan motor untuk
kembali ke penginapan. Setelah mandi dan shalat ashar, malam minggu dengan
hujan ini akhirnya hanya saya manfaatkan untuk tidur saja. Saya capek sekali
rasanya.
#Hari
ketiga, Minggu, 31 Maret 2013
Pukul
setengah sembilan pagi, saya sudah berhasil sampai di kos Tika dan menunggunya
mandi beberapa saat. Jadwal saya hari ini adalah pulang. Yaa.. pulang ke
Semarang. Namun kami mesti sarapan dulu nih. Hari minggu yang mendung ini,
akhirnya saya sarapan Soto Surabaya di depan kantor Kelurahan Lidah Wetan.
Habis
itu, kami menuju kontrakan Fitri untuk menunggu Hisah. Jadi dia itu sedang
berada di Gresik dan saya diminta untuk menunggu dia sebelum pulang. Akhirnya
hujan turun juga, saya sampai capek dan tidur hingga sore. Pukul 4an sore,
Hisah datang membawa beberapa makanan khas Gresik yaitu Pudak dan Cubung.
Anyway, big thanks for Hisah and Fitri.. Kalian mendapatkan Award sebagai pemain pembantu terbaik tahun ini! |
Dan
jam setengah 5 sore, saya diantar mereka bertiga menuju ke Terminal Purabaya
a.k.a Bungurasih. Saya benar benar buta arah dan mengandalkan Tika sebagai
co-pilot saya. Sore ini hujan sudah lumayan berhenti walaupun masih gerimis
juga dan jalanan juga masih basah.
Setengah jam lebih sedikit, kami sampai juga.
Mereka
memberi saya beberapa oleh oleh dan saya jadi merasa terharu. -_- ternyata sistemnya
nggak pake tiket, tapi langsung naik menuju ke bus yang dikehendaki. Saya milih
bus Patas AC ke Semarang yaitu PO Indonesia warna merah.
Ahh.. rasanya berat
untuk meninggalkan pacar saya itu. Tapi saya tetap harus pulang.. dan tidak
lama kemudian, berhubung bus sudah penuh, bis langsung melaju. Tiketnya sampai
semarang 65 Ribu Rupiah saja. Saya tidak begitu menikmati perjalanan ini karena
entah suspensi yang keras atau memang kondisi jalanan yang rusak, yang jelas
keluar dari Tol, bis ini melalui Gresik, Lamongan, dan tau tau bangun tidur
saya sudah sampai di Kota Tuban. Disana bus berhenti untuk istirahat. Saya
tukarkan kupon makan dari bis dengan satu porsi nasi rawon dan teh manis. Waktu
menunjukkan pukul 11 malam.
Jam
dua seperempat pagi, saya sampai di
Terminal Terboyo Semarang dan naik ojek sampai ke Stasiun Tawang untuk
mengambil motor lalu sampai kos pukul tiga pagi.
Alhamdulillah..
:)
UNESA, sampai ketemu lagi ;) |
Hehehehehe......
ReplyDeletePostingan njenengan cukup mengobati kangen saya sama Kota Surabaya yang saya tinggalkan kurang lebih 1thn lalu mas.
5thn saya kerja di Tanjung Perak mas, dan itu meninggalkan kenangan tersendiri buat saya.
Oh ya mas, kalo di daerah Surabaya Utara itu sebenere banyak yang bisa dikunjungi lho karena tempatnya gak terlalu jauh Contoh : Masjid Ampel, Patung Jalesviva Jayamahe, Museum Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Rumah Sukarno (Jln.Peneleh). Itu kan gak jauh dari Museum Kesehatan & HOS.
Mungkin lain kali njenegan bisa mampir2 kesana.
BTW postingan njenengan keren bgt.
Tak tunggu postingan yang "seru" lainnya.
#Dimung Pamungkas
@mas Dimung Pamungkas :
ReplyDeleteHehehe.. Yaudah mas ke Surabaya lagi aja kalo kangen :D
Iya, itu sebenernya saya juga udah njadwalin. Tapi mungkin karena terlalu mepet waktunya jadi ditunda.. lain kali ke Surabaya lagi kok mas. Itu pasti #eaaa :D
terimakasih informasinya dan kunjungannya .. ;)