Hari
Pertama # Jumat, 29 Maret 2013
#Stasiun
Tawang, 5.30 am
Kira
kira satu jam sudah saya menunggu kereta api Harina dari Bandung yang akan
menjemput saya di Stasiun Tawang ini, sementara waktu menunjukkan pukul 5.30
pagi yang mana itu sudah telat lima menit dari waktu yang tertera pada tiket
seharga 155 ribu rupiah yang sudah saya beli sekitar 2 minggu sebelumnya itu.
Main Lobby Stasiun Tawang |
Akhirnya,
seperempat jam kemudian, saya benar benar telah berada di dalam sebuah gerbong
kereta api. Dan ini bukan mimpi, kawan! Ini nyata. Ya, kenyataan bahwa saya
telah akan naik kereta untuk pertama kali dalam hidup saya (oke, silakan
ketawa). Gerbong bisnis yang tidak begitu penuh inilah yang akan mengantar saya
menuju ke Surabaya hari ini. Saya duduk di kursi D 11, dan itu langsung
menempel pada kaca sehingga saya bisa melihat pemandangan fajar pagi ini tanpa
ada gangguan karena saya duduk sendiri.
Saya
rasakan gesekan antara roda dan rel ini sangat halus dan ini benar benar
romantis seperti apa yang di bilang sama Tika bahwa beberapa waktu lalu.
Sebelum saya menemukan makna romantis itu, saya mulai menjaga mata agar tidak
ngantuk setelah malam sebelumnya nggak lelap tidur dan berangkat jam empat pagi
dari kosan. Yaa.. saya sengaja menjaga kantuk supaya bisa menikmati setiap
detik perjalanan kereta pertama dalam hidup ini. Kereta api ini kalau saya kira
kira, rata rata kecepatannya sekitar 90-110 km per jam. Dan pada beberapa
tempat, seperti mendekati perlintasan dengan jalan raya, dan saat melintasi
permukiman padat, kecepatan akan berkurang menjadi sekitar 40-50 km per jam.
Sepanjang jalan yang saya jumpai hanyalah sawah sawah, beberapa pemukiman di
daerah Grobogan dengan rumah yang benar benar masih khas. dan sambil beberapa
kali melihat peta jalur kereta api di ponsel saya, ternyata kereta ini berhenti
di Stasiun Gubug, Cepu, dan Babat. Meski beberapa kali kantuk melanda, saya
tetap berhasil melek sampai di Surabaya.
#Stasiun
Pasar Turi Surabaya, 10 am
Jam
sepuluh pagi, saya akhirnya sampai. Benar benar perjalanan yang romantis! Saya
mulai deg degan nggak karuan. Bukannya gimana gimana, ini pertama kalinya saya
menginjakkan kaki di Kota Pahlawan ini dengan hanya berbekal ransel berisi
peta, voucher hotel, uang, dan ponsel untuk komunikasi. Dan seperti pesan temen
saya Hisah, saya hanya perlu menyiapkan mental karena perjalanan saya kali ini
memang saya desain untuk membuat kejutan buat Tika. :D
Saya
kontak kedua teman saya, Fitri dan Hisah yang beberapa saat kemudian sudah
berhasil merapat ke Pasar Turi dan Hisah menemukan saya di depan Stasiun. Dan
inilah saat yang saya nantikan. Saya samperin Tika dari belakang yang
sebenernya dia nggak tau apa apa. Dia nggak tau saya bakal dateng ke Surabaya. Dan
“taraaaaa!!” And you know how bout her? Hisah bilang sih, ekspresi muka Tika
yang kaget itu pantes banget di upload ke youtube. :D :D saking surprisenya,
tangannya gemeteran. Ya, saya tahu, dia kaget banget tahu saya dateng kesini
nggak bilang bilang. Apalagi, beberapa jam sebelumnya, saya kondisikan seakan
akan saya memang tidak sedang dalam perjalanan ke Surabaya ini.
Setelah
basa basi sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk mencari minum. Saya
memboncengkan Tika dengan Vario ijo plat S itu dan selama perjalanan, saya
sedikit bercerita dan cerita saya tidak begitu lancar. Saya juga masih belum
stabil kejiwaannya karena yaa.. saya seneng karena surprise ini berhasil. Yeay!
Saya ikuti Hisah dan Fitri. Dan Surabaya dalam pandangan saya pertama ini,
banyak kemacetan, dan banyak jalan melengkung sehingga saya bener bener merasa
sudah diputer puterkan sehingga tanpa sadar saya sudah sampai di kawasan
Ciputra Raya Estate, disitu adalah sebuah kawasan baru yang menurut saya
diperuntukkan bagi apartemen, hiburan, perumahan kelas elit. Dan tepat sehabis
kawasan itu, sampailah kami di Universitas Negeri Surabaya kampus Lidah Wetan.
Sementara
waktu menunjukkan pukul 11 siang, kami njajan deh Es Oyen di pinggiran danau.
Es oyen ini mirip kayak es campur, atau.. es teler ya? Enak lah pokoknya..
seger ditengah hawa Surabaya yang luar biasa panas. Jam 12 kurang seperempat,
akhirnya saya melaksanakan Jumatan di Masjid Unesa.
Fitri, Hisah, Tika, dan Saya |
#Jembatan
Suramadu
Saya
sendiri sebenarnya sudah merencanakan agenda perjalanan saya ini, tapi saya
sadar juga bahwa kondisi sangat besar kemungkinan akan menjadi kondisional
karena terkait dengan surprise tadi. Sore itu, setelah saya mandi di kontrakan
Fitri, rasanya badan segar dan saya siap untuk mengajak Tika ke Suramadu. Eh,
dan dia sebenernya nggak apal jalan kesana. Hadeh! Ohya, sebelumnya, saya ajak
Tika makan, dan saya malah diajak makan Soto Semarang. Ini apa apaan coba?!
Saya jauh jauh dari Semarang ke Surabaya hanya untuk makan Soto Semarang?! Ck
ck ck.. :p
Kali
ini, kami pinjem motor mio putih plat L milik Fitri. Menurut peta, kami hanya
perlu menuju kawasan timur laut, dan itu tidak terlalu sulit saya kira. Benar
saja. Sekitar 30 menit perjalanan dari Unesa, kami telah sampai di jalan masuk
ke Suramadu.
Untuk
bisa melalui jembatan terpanjang di Indonesia ini, motor diharuskan membayar
Rp. 3000,- sistemnya seperti masuk tol. Dan ada beberapa tata tertib yang harus
di patuhi antara lain, tidak boleh berhenti di sepanjang jembatan dengan
panjang sekitar 5,8 km ini, kecepatan rata rata direkomendasikan 70km/jam. Dan
dimohon hati hati saat ada terjangan angin kencang. Akhirnya.. saya benar benar
berada di Suramadu. Sebuah jembatan kokoh, dengan kabel sling raksasa warna
orange, dengan dua pilar penyangga di tengah. Pilar raksasa yang dapat terlihat
dari jarak sekian kilometer jauhnya. Sementara di sebelah kiri terhampar lautan
Selat Madura dengan buih buih dan beberapa kapal tradisional. Keinginan untuk
memotret sepertinya harus sedikit diredam, karena kondisi yang tidak
memungkinkan, dan siap siap untuk di klakson oleh pengguna jalan lain. Ya, FYI,
di Surabaya ini klakson motor benar benar banyak digunakan. Awalnya saya kaget
juga tiap ada yang nyalip, nglakson. Tapi lama lama sih biasa juga. Selain itu,
sepanjang jalur motor, juga dilengkapi dengan pagar dengan tinggi kira kira
1,5-2 meter sehingga akan sedikit susah untuk memotret laut dengan kondisi
motor sambil berjalan.
Selamat
Datang di Madura! Yess! Kami sampai di Madura, pulau dengan plat kendaraan
dengan awalan M. begitu masuk pulau Madura, kami jumpai banyak penjual
souvenir.
Dan tampaknya banyak pula pemotor/pemobil yang hanya iseng untuk
melewati jembatan ini alias nggak punya tujuan ke Madura seperti kami. Hahaha!
Kami melajukan motor terus memasuki pulau ini dan sepanjang jalan hanya ada
hamparan rumput, dan sekitar 5 km kemudian, ternyata tidak ada tanda tanda
pemukiman. Akhirnya kami putuskan untuk membeli bensin eceran dan balik lagi ke
Surabaya. Tentunya dengan membayar lagi 3000 rupiah!
Madura Strait ;) |
Dilarang meniru adegan ini! |
Waktu
menujukkan pukul 5 sore, kami menyempatkan shalat ashar di perjalanan pulang
menuju Unesa. Sampai Unesa sudah maghrib. Malam itu, saya diajak makan penyetan
Komando yang ada di Jl. Lidah Wetan.
#Providence
Homestay
Ya..
memang jadwal kepergian saya ke Surabaya ini sudah saya siapkan jauh jauh hari
sebelumnya. Termasuk urusan akomodasi menginap, saya sudah book satu kamar di
Providence Homestay yang ada di kompleks Darmo Park 2, Jl. Mayjend Sungkono.
Setelah mengantar Tika pulang ke kostnya, saya akhirnya dipinjami motor revo
plat W milik Tika untuk menuju ke Mayjend Sungkono. Nggak susah kok dari Unesa,
tinggal ikuti Jl. Lontar, belok kanan pada Jl. HR Muhammad, ikut bunderan,
masuk ke Jl. Mayjend Sungkono. Putar baliknya di depan Mall Ciputra World.
Akhirnya
saya temukan juga Providence Homestay yang merupakan salah satu Ruko di Darmo
Park ini. Tapi, jangan salah dulu, meski berada di kompleks ruko, tapi homestay
ini bener bener membuat saya merasa puas. Begitu masuk, saya di sambut front
office dan menunjukkan voucher hotel dari www.1001malam.com
yang sudah saya proses beberapa minggu lalu. Setelah mengisi form dan
menyerahkan identitas diri, saya dipersilahkan memarkir motor dan diantar ke
kamar.
Kamar
G, lantai 3, dengan sebuah bed lengkap dengan bed cover yang cukup tebal, AC,
meja, welcome drink, dua buah handuk, dua set toot brush, dua sabun, dan ruangan
yang bersih. Ini unexpecting juga menurut saya. Karena untuk dua malam yang
sudah saya book, saya hanya merogoh 140 ribu saja. Yaa, kekurangannya hanya
satu, yaitu shared bathroom. Tapi, kebetulan sekali kamar mandi dengan shower
dan water heater ini tepat berada di sebelah kamar saya, hanya dibatasi dengan
dapur yang dapat digunakan untuk umum. Ada tea/coffee maker juga disitu. Siap
untuk digunakan!
Hawa
Surabaya yang puanas ini, akhirnya bisa saya redamkan dengan AC yang bekerja
optimal. Setelah mandi, saya pun berhasil tidur nyenyak sekali. Alhamdulillah…
:)
Hari
Kedua # Sabtu, 30 Maret 2013
Selamat
Pagi Kota Surabaya! Pagi ini pukul 5.30, begitu bangun dan shalat subuh, saya
lalu menuju lobi lantai 3 dan menjumpai pemandangan gedung gedung tinggi.
Sayapun turun ke bawah ke lobi utama dan menemukan bahwa pintu homestay masih
tertutup. Sembari kebingungan, akhirnya saya putuskan untuk menonton tv dan
membersihkan motor revo saja. Padahal sebenernya saya hendak jalan jalan di
sekitar penginapan ini. Akhirnya jam 6 pagi, mbak penjaga yang ternyata tidur
di kamar sebelah belakang bangun dan sayapun berkesempatan berjalan jalan
sebentar di sepanjang Jl. Mayjend Sungkono hingga pukul 7 pagi yang mana pukul
7 itu, jalanan sudah mulai sibuk dan saya pun tanpa sadar sudah berkeringat.
Jl. Mayjend Sungkono, Surabaya |
Ciputra World |
Me, at JPO, Mayjend Sungkono |
#Ratu
Florist
Yaa….
Saya sudah mandi dan pukul setengah delapan pagi ini, saya hendak mengambil
pesanan saya yaitu.. Sebuah rose hand bouquet yang saya pesan dua malam lalu
lewat sms. Hehehe.. Saya hanya berbekal peta dan spekulasi saja. Akhirnya
sampai juga saya di Jl. Kayun. Pusat bunga di Surabaya. Saya cari pelan pelan
Ratu Florist Stand C7, tepatnya di seberang Gereja. Nah! I got it.
“pagi
mbak.. saya mau ambil pesenan hand bouquet”
“’pagi
mas.. oh, yang mawar itu ya?”
“iya
mbak.. jadi, yang smsan mbaknya ini ya?”
“hehehe..
iya”
Dan
akhirnya kami terlibat sedikit perbincangan sembari menunggu memasang pita dan
menyesuaikan panjang tangkai supaya bunga itu bisa masuk ke tas saya. Mbaknya
kaget juga karena tau saya baru kali ini ke Surabaya dan tiba tiba pesen hand
bouquet. Dan dia juga menyarankan saya untuk mencoba kuliner Surabaya seperti
Rujak Cingur atau Lontong Balap.
Ya..
asal kalian tau, ini pertamakalinya saya beli hand bouquet beginian dan saya
rasa 50 ribu adalah harga yang masuk akal. Bunga mawar merah yang segar.. siap
untuk diantar! :D Jadi, untuk urusan
beli bunga di Surabaya, datang saja ke Ratu Florist. Dijamin pelayanannya cepat
dan ramah. Recommended lah. Ini nomor kontaknya : 085733280001.
Setengah
jam kemudian, saya sampai di kosan Tika, dan dengan sedikit deg degan ..
Tralalaaa, bunga itu segera berpindah tangan ke Tika yang katanya sih nggak
pernah dapet kayak gituan dan sambil malu malu menuduh saya alay atau apa. Hahahaa..
Tetapi .. semoga pesan saya lewat itu
cukup tersampaikan. :) .
Pacar baru lagi, Om? Ck ck ck.. :)
ReplyDeleteMAs brooo. kok gak mampir... rumah saya dari UNESA Lidah Kulon kira2 10 KM...saya meninggalkan MAgelang sejak 1994....
ReplyDelete@noerazhka : Dan iya mbak.. :)
ReplyDeleteterimakasih sudah berkunjung ..
@ahmad suwarto : wadoh.. nggak tau mas.. sms saya saja.. barangkali lain kali saya bisa mampir :)
terimakasih kunjungannya
congratulations..........
ReplyDeleteharusnya waktu penembakan direkam tu mas....
ReplyDeletekareena : Hahahah.. udah gede kok tembak tembakan
ReplyDeleteTernyata.....
ReplyDeleteTak kira cuma saya yang baru pertama kali naik kereta api di Umur yang sudah segini.
Jebule......
Hahahahahahahahahaha.............
#Dimung Pamungkas
@Dimung Pamungkas : Hahaha.. njenengan juga to? Saya jane yo malu mengakui. Tapi ya nggak apa lah :D
ReplyDeleteKalau nginep di hotel itu harus kasih tunjuk surat nikah kalau ajak cewe?
ReplyDelete@Hendra : Iya.. harus tunjuk surat nikah.. Bukan hotel mesum soalnya ;)
ReplyDeleteTks kunjungannya..