Wednesday, April 3, 2013

Romantic Surabaya, 29-31 Maret 2013 (Part I)


Hari Pertama # Jumat, 29 Maret 2013

#Stasiun Tawang, 5.30 am
 
Kira kira satu jam sudah saya menunggu kereta api Harina dari Bandung yang akan menjemput saya di Stasiun Tawang ini, sementara waktu menunjukkan pukul 5.30 pagi yang mana itu sudah telat lima menit dari waktu yang tertera pada tiket seharga 155 ribu rupiah yang sudah saya beli sekitar 2 minggu sebelumnya itu.
Main Lobby Stasiun Tawang

Akhirnya, seperempat jam kemudian, saya benar benar telah berada di dalam sebuah gerbong kereta api. Dan ini bukan mimpi, kawan! Ini nyata. Ya, kenyataan bahwa saya telah akan naik kereta untuk pertama kali dalam hidup saya (oke, silakan ketawa). Gerbong bisnis yang tidak begitu penuh inilah yang akan mengantar saya menuju ke Surabaya hari ini. Saya duduk di kursi D 11, dan itu langsung menempel pada kaca sehingga saya bisa melihat pemandangan fajar pagi ini tanpa ada gangguan karena saya duduk sendiri.

Saya rasakan gesekan antara roda dan rel ini sangat halus dan ini benar benar romantis seperti apa yang di bilang sama Tika bahwa beberapa waktu lalu. Sebelum saya menemukan makna romantis itu, saya mulai menjaga mata agar tidak ngantuk setelah malam sebelumnya nggak lelap tidur dan berangkat jam empat pagi dari kosan. Yaa.. saya sengaja menjaga kantuk supaya bisa menikmati setiap detik perjalanan kereta pertama dalam hidup ini. Kereta api ini kalau saya kira kira, rata rata kecepatannya sekitar 90-110 km per jam. Dan pada beberapa tempat, seperti mendekati perlintasan dengan jalan raya, dan saat melintasi permukiman padat, kecepatan akan berkurang menjadi sekitar 40-50 km per jam. Sepanjang jalan yang saya jumpai hanyalah sawah sawah, beberapa pemukiman di daerah Grobogan dengan rumah yang benar benar masih khas. dan sambil beberapa kali melihat peta jalur kereta api di ponsel saya, ternyata kereta ini berhenti di Stasiun Gubug, Cepu, dan Babat. Meski beberapa kali kantuk melanda, saya tetap berhasil melek sampai di Surabaya.

#Stasiun Pasar Turi Surabaya, 10 am

Jam sepuluh pagi, saya akhirnya sampai. Benar benar perjalanan yang romantis! Saya mulai deg degan nggak karuan. Bukannya gimana gimana, ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Kota Pahlawan ini dengan hanya berbekal ransel berisi peta, voucher hotel, uang, dan ponsel untuk komunikasi. Dan seperti pesan temen saya Hisah, saya hanya perlu menyiapkan mental karena perjalanan saya kali ini memang saya desain untuk membuat kejutan buat Tika. :D

Saya kontak kedua teman saya, Fitri dan Hisah yang beberapa saat kemudian sudah berhasil merapat ke Pasar Turi dan Hisah menemukan saya di depan Stasiun. Dan inilah saat yang saya nantikan. Saya samperin Tika dari belakang yang sebenernya dia nggak tau apa apa. Dia nggak tau saya bakal dateng ke Surabaya. Dan “taraaaaa!!” And you know how bout her? Hisah bilang sih, ekspresi muka Tika yang kaget itu pantes banget di upload ke youtube. :D :D saking surprisenya, tangannya gemeteran. Ya, saya tahu, dia kaget banget tahu saya dateng kesini nggak bilang bilang. Apalagi, beberapa jam sebelumnya, saya kondisikan seakan akan saya memang tidak sedang dalam perjalanan ke Surabaya ini.

Setelah basa basi sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk mencari minum. Saya memboncengkan Tika dengan Vario ijo plat S itu dan selama perjalanan, saya sedikit bercerita dan cerita saya tidak begitu lancar. Saya juga masih belum stabil kejiwaannya karena yaa.. saya seneng karena surprise ini berhasil. Yeay! Saya ikuti Hisah dan Fitri. Dan Surabaya dalam pandangan saya pertama ini, banyak kemacetan, dan banyak jalan melengkung sehingga saya bener bener merasa sudah diputer puterkan sehingga tanpa sadar saya sudah sampai di kawasan Ciputra Raya Estate, disitu adalah sebuah kawasan baru yang menurut saya diperuntukkan bagi apartemen, hiburan, perumahan kelas elit. Dan tepat sehabis kawasan itu, sampailah kami di Universitas Negeri Surabaya kampus Lidah Wetan.
Sementara waktu menunjukkan pukul 11 siang, kami njajan deh Es Oyen di pinggiran danau. Es oyen ini mirip kayak es campur, atau.. es teler ya? Enak lah pokoknya.. seger ditengah hawa Surabaya yang luar biasa panas. Jam 12 kurang seperempat, akhirnya saya melaksanakan Jumatan di Masjid Unesa.
Fitri, Hisah, Tika, dan Saya

#Jembatan Suramadu

Saya sendiri sebenarnya sudah merencanakan agenda perjalanan saya ini, tapi saya sadar juga bahwa kondisi sangat besar kemungkinan akan menjadi kondisional karena terkait dengan surprise tadi. Sore itu, setelah saya mandi di kontrakan Fitri, rasanya badan segar dan saya siap untuk mengajak Tika ke Suramadu. Eh, dan dia sebenernya nggak apal jalan kesana. Hadeh! Ohya, sebelumnya, saya ajak Tika makan, dan saya malah diajak makan Soto Semarang. Ini apa apaan coba?! Saya jauh jauh dari Semarang ke Surabaya hanya untuk makan Soto Semarang?! Ck ck ck.. :p
 
Kali ini, kami pinjem motor mio putih plat L milik Fitri. Menurut peta, kami hanya perlu menuju kawasan timur laut, dan itu tidak terlalu sulit saya kira. Benar saja. Sekitar 30 menit perjalanan dari Unesa, kami telah sampai di jalan masuk ke Suramadu. 
 
Untuk bisa melalui jembatan terpanjang di Indonesia ini, motor diharuskan membayar Rp. 3000,- sistemnya seperti masuk tol. Dan ada beberapa tata tertib yang harus di patuhi antara lain, tidak boleh berhenti di sepanjang jembatan dengan panjang sekitar 5,8 km ini, kecepatan rata rata direkomendasikan 70km/jam. Dan dimohon hati hati saat ada terjangan angin kencang. Akhirnya.. saya benar benar berada di Suramadu. Sebuah jembatan kokoh, dengan kabel sling raksasa warna orange, dengan dua pilar penyangga di tengah. Pilar raksasa yang dapat terlihat dari jarak sekian kilometer jauhnya. Sementara di sebelah kiri terhampar lautan Selat Madura dengan buih buih dan beberapa kapal tradisional. Keinginan untuk memotret sepertinya harus sedikit diredam, karena kondisi yang tidak memungkinkan, dan siap siap untuk di klakson oleh pengguna jalan lain. Ya, FYI, di Surabaya ini klakson motor benar benar banyak digunakan. Awalnya saya kaget juga tiap ada yang nyalip, nglakson. Tapi lama lama sih biasa juga. Selain itu, sepanjang jalur motor, juga dilengkapi dengan pagar dengan tinggi kira kira 1,5-2 meter sehingga akan sedikit susah untuk memotret laut dengan kondisi motor sambil berjalan.
 
Selamat Datang di Madura! Yess! Kami sampai di Madura, pulau dengan plat kendaraan dengan awalan M. begitu masuk pulau Madura, kami jumpai banyak penjual souvenir. 
Dan tampaknya banyak pula pemotor/pemobil yang hanya iseng untuk melewati jembatan ini alias nggak punya tujuan ke Madura seperti kami. Hahaha! Kami melajukan motor terus memasuki pulau ini dan sepanjang jalan hanya ada hamparan rumput, dan sekitar 5 km kemudian, ternyata tidak ada tanda tanda pemukiman. Akhirnya kami putuskan untuk membeli bensin eceran dan balik lagi ke Surabaya. Tentunya dengan membayar lagi 3000 rupiah!
Madura Strait ;)
Dilarang meniru adegan ini!

Waktu menujukkan pukul 5 sore, kami menyempatkan shalat ashar di perjalanan pulang menuju Unesa. Sampai Unesa sudah maghrib. Malam itu, saya diajak makan penyetan Komando yang ada di Jl. Lidah Wetan.
#Providence Homestay

Ya.. memang jadwal kepergian saya ke Surabaya ini sudah saya siapkan jauh jauh hari sebelumnya. Termasuk urusan akomodasi menginap, saya sudah book satu kamar di Providence Homestay yang ada di kompleks Darmo Park 2, Jl. Mayjend Sungkono. Setelah mengantar Tika pulang ke kostnya, saya akhirnya dipinjami motor revo plat W milik Tika untuk menuju ke Mayjend Sungkono. Nggak susah kok dari Unesa, tinggal ikuti Jl. Lontar, belok kanan pada Jl. HR Muhammad, ikut bunderan, masuk ke Jl. Mayjend Sungkono. Putar baliknya di depan Mall Ciputra World.

Akhirnya saya temukan juga Providence Homestay yang merupakan salah satu Ruko di Darmo Park ini. Tapi, jangan salah dulu, meski berada di kompleks ruko, tapi homestay ini bener bener membuat saya merasa puas. Begitu masuk, saya di sambut front office dan menunjukkan voucher hotel dari www.1001malam.com yang sudah saya proses beberapa minggu lalu. Setelah mengisi form dan menyerahkan identitas diri, saya dipersilahkan memarkir motor dan diantar ke kamar.
 
Kamar G, lantai 3, dengan sebuah bed lengkap dengan bed cover yang cukup tebal, AC, meja, welcome drink, dua buah handuk, dua set toot brush, dua sabun, dan ruangan yang bersih. Ini unexpecting juga menurut saya. Karena untuk dua malam yang sudah saya book, saya hanya merogoh 140 ribu saja. Yaa, kekurangannya hanya satu, yaitu shared bathroom. Tapi, kebetulan sekali kamar mandi dengan shower dan water heater ini tepat berada di sebelah kamar saya, hanya dibatasi dengan dapur yang dapat digunakan untuk umum. Ada tea/coffee maker juga disitu. Siap untuk digunakan!

Hawa Surabaya yang puanas ini, akhirnya bisa saya redamkan dengan AC yang bekerja optimal. Setelah mandi, saya pun berhasil tidur nyenyak sekali. Alhamdulillah… :)

Hari Kedua # Sabtu, 30 Maret 2013

Selamat Pagi Kota Surabaya! Pagi ini pukul 5.30, begitu bangun dan shalat subuh, saya lalu menuju lobi lantai 3 dan menjumpai pemandangan gedung gedung tinggi. Sayapun turun ke bawah ke lobi utama dan menemukan bahwa pintu homestay masih tertutup. Sembari kebingungan, akhirnya saya putuskan untuk menonton tv dan membersihkan motor revo saja. Padahal sebenernya saya hendak jalan jalan di sekitar penginapan ini. Akhirnya jam 6 pagi, mbak penjaga yang ternyata tidur di kamar sebelah belakang bangun dan sayapun berkesempatan berjalan jalan sebentar di sepanjang Jl. Mayjend Sungkono hingga pukul 7 pagi yang mana pukul 7 itu, jalanan sudah mulai sibuk dan saya pun tanpa sadar sudah berkeringat.

Jl. Mayjend Sungkono, Surabaya

Ciputra World

Me, at JPO, Mayjend Sungkono

#Ratu Florist

Yaa…. Saya sudah mandi dan pukul setengah delapan pagi ini, saya hendak mengambil pesanan saya yaitu.. Sebuah rose hand bouquet yang saya pesan dua malam lalu lewat sms. Hehehe.. Saya hanya berbekal peta dan spekulasi saja. Akhirnya sampai juga saya di Jl. Kayun. Pusat bunga di Surabaya. Saya cari pelan pelan Ratu Florist Stand C7, tepatnya di seberang Gereja. Nah! I got it.
 
“pagi mbak.. saya mau ambil pesenan hand bouquet”
“’pagi mas.. oh, yang mawar itu ya?”
“iya mbak.. jadi, yang smsan mbaknya ini ya?”
“hehehe.. iya”

Dan akhirnya kami terlibat sedikit perbincangan sembari menunggu memasang pita dan menyesuaikan panjang tangkai supaya bunga itu bisa masuk ke tas saya. Mbaknya kaget juga karena tau saya baru kali ini ke Surabaya dan tiba tiba pesen hand bouquet. Dan dia juga menyarankan saya untuk mencoba kuliner Surabaya seperti Rujak Cingur atau Lontong Balap.

Ya.. asal kalian tau, ini pertamakalinya saya beli hand bouquet beginian dan saya rasa 50 ribu adalah harga yang masuk akal. Bunga mawar merah yang segar.. siap untuk diantar! :D  Jadi, untuk urusan beli bunga di Surabaya, datang saja ke Ratu Florist. Dijamin pelayanannya cepat dan ramah. Recommended lah. Ini nomor kontaknya : 085733280001.
 
Setengah jam kemudian, saya sampai di kosan Tika, dan dengan sedikit deg degan .. Tralalaaa, bunga itu segera berpindah tangan ke Tika yang katanya sih nggak pernah dapet kayak gituan dan sambil malu malu menuduh saya alay atau apa. Hahahaa.. Tetapi ..  semoga pesan saya lewat itu cukup tersampaikan. :) .

10 comments:

  1. Pacar baru lagi, Om? Ck ck ck.. :)

    ReplyDelete
  2. MAs brooo. kok gak mampir... rumah saya dari UNESA Lidah Kulon kira2 10 KM...saya meninggalkan MAgelang sejak 1994....

    ReplyDelete
  3. @noerazhka : Dan iya mbak.. :)
    terimakasih sudah berkunjung ..

    @ahmad suwarto : wadoh.. nggak tau mas.. sms saya saja.. barangkali lain kali saya bisa mampir :)

    terimakasih kunjungannya

    ReplyDelete
  4. congratulations..........




    ReplyDelete
  5. harusnya waktu penembakan direkam tu mas....

    ReplyDelete
  6. kareena : Hahahah.. udah gede kok tembak tembakan

    ReplyDelete
  7. Ternyata.....
    Tak kira cuma saya yang baru pertama kali naik kereta api di Umur yang sudah segini.
    Jebule......
    Hahahahahahahahahaha.............
    #Dimung Pamungkas

    ReplyDelete
  8. @Dimung Pamungkas : Hahaha.. njenengan juga to? Saya jane yo malu mengakui. Tapi ya nggak apa lah :D

    ReplyDelete
  9. Kalau nginep di hotel itu harus kasih tunjuk surat nikah kalau ajak cewe?

    ReplyDelete
  10. @Hendra : Iya.. harus tunjuk surat nikah.. Bukan hotel mesum soalnya ;)
    Tks kunjungannya..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...