Tuesday, November 19, 2013

KTM dan UGM Inventarisasi Bangunan Cagar Budaya Kota Magelang

Magelang – Untuk pertamakalinya, Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) mengadakan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut bertujuan untuk menginventarisasi bangunan yang bisa dimasukkan sebagai Benda Cagar Budaya.

“Kami prihatin dengan langkah Pemerintah Kota yang beberapa waktu lalu hanya memasukkan 36 bangunan cagar budaya yang kondisinya juga tidak semuanya terawat. Padahal menurut analisis kami, jumlah bangunan cagar budaya ada sekitar 200-300 bangunan. Yang lebih ironis, penetapan Perda Cagar Budaya kemarin, kami dari komunitas tidak diundang. Untuk itu, kegiatan ini menjadi momentum bagi kami untuk menggugah para pemilik bangunan tua dan pemerintah agar lebih dapat melestarikan bangunan tua” ujar Bagus Priyana – koordinator KTM.
Kegiatan di hari pertama adalah workshop tentang pendataan heritage yang dimentori oleh tim Jurusan Arkeologi UGM, diantaranya Dr Mahirta MA dan Drs Musadad M Hum. Kegiatan yang berlangsung di Warung Makan Voor de Tidar tersebut akhirnya dilanjutkan dengan terjun langsung ke lapangan sehari kemudian.

Para peserta yang berjumlah sekitar 20 orang hasil seleksi ini mengambil titik start di Alon alon Magelang. Sebagai langkah awal, tim telah melakukan pendataan dan analisa beberapa bangunan diantaranya Masjid Agung, bangunan Jawa di tengah pemukiman arab, rumah kembar dan karesidenan.

Menjelang siang, tim bergerak ke Kantor Dispendukcapil Kabupaten Magelang. Ya, bangunan era kolonial ini masih tampak megah dan kokoh. Di depannya tertulis KABOEPATEN MAGELANG – KWEEKSCHOOLVOOR. “saya rasa, ini adalah dahulu merupakan sekolah yang ditujukan bagi siapa saja yang ingin belajar. Range usianya bisa dari 6-20 tahun. Semua bisa belajar disini” komentar Sally, salah satu peserta yang juga merupakan peserta student exchange dari Belanda.

Beruntung, tim diijinkan masuk untuk melihat Gereja tertua di Magelang. Berdasarkan catatan yang sebetulnya masih simpang siur, diduga GPIB yang terletak di sebelah utara alon-alon ini sudah ada sejak 1817. Pak Teguh, salah seorang pengurus gereja bercerita bahwa kursi majelis gereja, bangunan lantai 2 yang berada di sisi depan menghadap ke altar, yang kesemuanya dari kayu itu masih asli dan belum pernah diganti. Sampai sekarang kondisinya masih awet dan terawat. “yang menarik bagi saya adalah pintu tebal yang terbuat dari kayu ini masih asli sejak awal. Modelnya pintu berlapis dua, dengan sedikit ruangan diantara pintu tersebut. Ini adalah sistem peredam suara karena waktu itu jalanan di depan gereja selalu ramai.” Timpal Ryan, salah satu peserta.

Selain itu, tim juga melakukan penilaian di sebuah Gedung dengan arsitektur istimewa. Bagus Priyana menuturkan, bahwa selama ini gedung tersebut seringkali disebut gedung bundar. Memang, sekilas dilihat gedung tersebut tampak memiliki konstruksi lengkung lengkung yang cantik. “Sampai saat ini kami belum memiliki data primer yang valid yang dapat menjelaskan sejarah bangunan ini, tapi patut diduga, pada masanya bangunan ini adalah milik orang ternama. Dan kemungkinan digunakan sebagai villa. Dengan panorama yang indah menghadap ke Gunung Merapi-Merbabu, dan dengan bagian balkon yang terbuka, tentu bisa jadi mungkin, bagian balkon yang terbuka itu pada saatnya merupakan restoran” sambungnya.
Beberapa bangunan lain yang juga dilakukan penilaian adalah rumah china di kawasan pecinan dan bangunan Klenteng. Memang, untuk hari itu tim baru bisa melakukan pendataan dengan hasil yang masih sangat sedikit. Namun beberapa hari kedepan, pendataan akan terus dilanjutkan, sebagaimana penuturan Bagus Priyana di Kompas edisi Senin, (18/11).

Penilaian ini dilakukan dengan memenuhi beberapa unsur. Diantaranya adalah unsur fisik seperti gaya arsitektur, ornamen, eksterior dan interior, dan juga penyatuan sebagai landmark, atau juga kelanjutan gaya bangunan dari sebuah kawasan.

Selain itu, secara non fisik, bangunan dinilai dari sisi historisnya, apakah terkait dengan perjuangan bangsa, ataukah malah sebagai penentu sejarah bangsa. Semakin mendekati dengan sejarah perjuangan bangsa, maka bangunan tersebut nilainya akan semakin tinggi. “nantinya, hasil dari inventarisasi ini akan kami jadikan buku album. Disana nanti akan dilengkapi dengan caption ataupun deskripsi. Bangunan Cagar Budaya bisa memiliki nilai yang berbeda beda nantinya tergantung skoring. Bisa klasifikasi A, B, atua C. Semoga pertengahan bulan Desember nanti, buku sudah bisa kami rilis” ujar Pak Musadad. Lebih lanjut beliau menuturkan bahwa beliau senang acara ini dapat terlaksana dengan baik. Hal ini akan menjadi kerjasama yang baik, dimana dunia akademis dalam hal ini UGM yang telah memiliki teori, dapat mengaplikasikan secara langsung sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat dengan menggandeng sebuah komunitas. 

Foto dokumentasi :
Peserta yang pertamakali hadir. Tony, Novo, Windu

Suasana workhshop

teman workshop

pemberian cinderamata dari KTM kpd Dr Mahirta MA

Foto bersama setelah workshop

hari kedua. Briefing oleh pak Musadad

Penjelasan materi oleh H Jauhari : sebuah kotak sebelah kiri mihrab (dlm gambar) itu dahulunya merupakan tempat shalat khusus Bupati Magelang. Tahun pembuatannya diukir di salah satu sudur. 1797. Pada masa Danoeningrat III. Sekaligus renovasi pertama masjid Agung

Mimbar khotbah model timur tengah yang terpengaruh gaya india

H Jauhari

Pintu di rumah kembar kauman

Rumah Kembar, Jl. Diponegoro


dari dalam GPIB. Tempat duduk lantai II

Senerek Pak parto

Gedung Bundar


Rumah tua sekarang milik perusahaan kecap dan sambel pecel Kalkun. Kondisi sangat terawat. Lantai marmer

Rumah tionghoa. lokasi sebelah belakang KFC.  kondisi menghawatirkan

Kelenteng. Bangunan besar merupakan tambahan yang mengikuti gaya model lama dan menambah kekhasan bangunan..


2 comments:

  1. di Magelang memang banyak bangunan yang bernilai sejarah, sayang saya belum sempat meliput

    ReplyDelete
  2. @rumputilalang : Memang mas. harus diliput oleh blog jenengan. Hehe

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...