Tuesday, December 27, 2011

Ekspedisi Djeladjah Saluran Manggis, 26 Desember 2011

Latar Belakang :
Saluran Manggis adalah sistem pengairan yang sampai saat ini menjadi salah satu sumber air bagi perkebunan dan pertanian di kawasan Secang - Magelang - Mertoyudan. Saluran ini  menurut saya dibuat karena melihat kota Magelang yang merupakan dataran tinggi sehingga kebutuhan air agak sulit terpenuhi. Pada saat Belanda berkuasa di Magelang, maka pada tahun 1857 (berdasarkan catatan alm. Soekimin yang merupakan mantan Ka Dinas Dikbud Kota Magelang periode tahun 80an) saluran ini pun dibuat. Sumber air yang digunakan adalah dengan membendung aliran sungai Progo dan Sungai Elo yang keduanya merupakan pengapit Kota Magelang. Titik bendung sungai Progo terletak di daerah Badran, Kab. Temanggung, sedangkan titik bendung sungai Elo terletak di daerah Pleret - Manggis, Secang, Kab. Magelang. Dari Badran saluran ini menyusuri  daerah Kalibening, Payaman,  dan memotong Jalan Raya Magelang - Semarang. dari situ suplai air kemudian ditambah dengan saluran mangggis dari bendung Pleret. Dari situ aliran terus mengalir melewati kawasan Jambewangi, Kedungsari, Menowo, dan masuk ke Kota Magelang. Di dalam kota aliran ini melalui daerah Kebonpolo, Kawasan Rindam IV, Poncol, Bogeman, Tarumanegara, Pasar  Rejowinangun, Jalan Ikhlas, menyusuri sepanjang pinggir bukit Tidar, lalu ke kawasan Pancaarga untuk selanjutnya menuju hilir yang berada di Desa Pasuruhan Kec. Mertoyudan Kab. Magelang. 
Sedangkan menurut cerita rakyat yang dituturkan oleh seorang warga Dsn Bolang, Desa Bengkal, Kranggan Temanggung, saluran manggis ini adalah hasil dari jerih payah seorang kyai yang bernama Kyai Gejagan yang ditantang oleh Belanda untuk bisa mengalirkan air ke Kota Magelang. Konon katanya untuk membendung sungai Progo, sang kyai merajut rumput glinting . Jika berhasil, air  itu akan dibeli oleh Belanda. Tetapi ternyata Belanda ingkar janji sehingga saluran tersebut hanya digunakan untuk pengairan pertanian dan perkebunan saja .Namun, hingga hari ini bukti bukti sejarah dari cerita rakyat ini belum bisa dibuktikan secara valid. (thanks mas bagus atas dongengnya ini.. :))

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami berlima akhirnya mengadakan acara Djeladjah Saluran Manggis ini untuk memperdalam pengetahuan tentang bangunan bangunan peniggalan kolonial Belanda di Magelang. 

Hari Senin yang cerah, saya pagi ini harus bangun pagi karena hendak mengikuti satu acara yang sangat spesial menurut saya. Ya, acaranya adalah Djeladjah Saluran Manggis yand diprakarsai oleh teman teman dari komunitas Kota Toea Magelang. Sebenarnya jadwal acara ini sesungguhnya yaitu pada hari minggu pagi sehari sebelumnya. Namun ternyata cuaca sangat tidak bersahabat sehingga akhirnya diputuskan untuk diundur satu hari. Saya juga akhirnya beruntung bisa mengikuti acara ini karena bila diadakan hari minggunya saya tidak bisa ikut. :hore:
Pukul 07.30 pagi saya sudah berangkat dari rumah dan sampai di tempat janjian kami yaitu di salah satu mini market di dekat SMP N 1 Magelang. Saya sampai situ pukul 07.55 dan me message mas Yudha yang ternyata mengendarai motor vario. Kami memang belum saling paham satu sama lain. Tidak menunggu lama, akhirnya Gubernur KTM yaitu mas Bagus darang dengan kaos Pit Onthel plus topi merah. Kemudian mas Bagus dan mas Yudha pergi ke Toko Lan yang ada di bilangan Pemuda untuk mengambil peta Magelang tahun 1940an sebagai pedoman untuk jelajah kami hari ini, sementara saya sendiri menunggu kedatangan mas Ryan dan mbak Anglir.
Pukul 08.45, personil Tim Djeladjah Saloeran Manggis komplit sudah. Kami berlima langsung tancap gas menuju area titik nol kami yang ada di daerah Bengkal - Badran, Kranggan, Temanggung. Perjalanan ini melalui jalur reguler melewati Payaman, jalan tembus temanggung, dan belok kiri di pertigaan Bengkal. Dari Bengkal, kami masih harus menyusuri jalan aspal yang lumayan baik sekitar 5km. Kemudian sampailah kami sebelum jembatan Progo, kami belok kanan menyusuri Saluran Manggis ini untuk menemukan titik nol Bendung Badran. Dari situ jalannya masih jalan biasa dengan beberapa bagian becek karena musim penghujan. Dan akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan pertama kami. Bendung Badran yang merupakan titik awal dari saluran Manggis ini. Sebuah bendungan yang cukup besar dengan volume air yang besar pula. 
untuk selanjutnya cerita perjalanan ini akan saya sajikan dalan photo stories saja ya.. selamat menikmati
Prasasti Bendung Badran dengan ketinggian 417.50 mdpl (betul tidak ya?)




Tim Djelajah Manggis : Hamid, Ryan, Anglir, Bagus, dan Yudha
Mas dan mbak Kotatoea Magelang ini bercanda terus dehhh... -__-

Diantara roda gerigi pengatur lalu lintas air

Apabila anda jeli melihat, maka anda akan melihat dua pasang muda mudi yang sedang berpacaran di tempat yang lumayan cantik ini :)

Perjalanan menyusuri Kali Manggis

Di kawasan dekat Bendung Badran, kami jumpai banyak warga yang mencari sompil.. saya sendiri kurang tahu sompil ini buat dimasak atau diapakan ya??

Pada saat jalan becek, pak Gubernur rela turun dan berjalan kaki sejenak

Jembatan Progo yang bila dilihat dari sisi ini ketinggian puncak rangka jembatan sama dengan tanah disini :)

Akhirnya setelah melewati jalan jalan becek, kami menemukan Jembatan Talang pertama. Pada gambar diatas adalah jembatan baru yang digunakan untuk mobilitas warga sekitar. Maksudnya baru adalah lebih muda dari jembatan talang air.

Inilah Jembatan Talang air. Konstruksinya adalah tiang tiang penyangga yang bawahnya bisa dipergunakan sebagai jalan kaki, dan tiang tersebut menyangga besi besi yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah talang untuk jalan air.


Tim Djeladjah berdiskusi tentang canggihnya pemikiran orang Belanda waktu itu,

Selanjutnya, kami menemukan sebuah konstruksi sungai yang di kawasan Poncol Magelang dinamai dengan Kali Kothak. Ternyata disini juga ada.. dan kawasannya lebih eksotis.. jadi kami tidak boleh sombong, kali kotak Magelang bukan satu satunya.. hehehe

Melewati perkampungan

Perkampungan dengan latar belakang gunung Sumbing yang kebetulan sedang bersembunyi dibalik awan

Akhirnya jalan yang kami lalui benar benar becek sehingga kami tidak bisa melanjutkan perjalanan di sebelah aliran Kali Manggis ini.. kemudian...

Pak Gubernur mengeluarkan peta untuk mencari jalan alternatif

Ternyata jalan alternatif hanya sedikit membantu karena ternyata motor mas Yudha harus berulangkali selip di lelumpuran dan berhenti sebentar... bersih bersih roda dibantu pak Gubernur.. hehehe

Kamipun melewati hamparan DPR (Dapuran Pring)

Dan akhirnya sampailan di Jembatan Talang ke 2 yang kata mas bagus adalah "lebih eksotis" dengan pengucapan yang berapi api :D (peace mas)

Ini adalah jembatan talang terpanjang dimana talang air mungkin karena mengalami kerusakan sehingga konstruksinya dibeton. Tiang tiang penyangga ini kelihatan sangat megah dan tangguh meski usianya sudah sekitar satu setengah abad.

Tim Djeladjah kepanasen.. hihihi

Prasasti pembangunan jembatan di sebelah jembatan talang : PELAKSANA PT TULUNGAGUNG (kalau tidak salah 4-3-1987)

Walaupun panas panas, tetap semangat menikmati suasana kolonial berpadu dengan cerahnya suasana yang begitu mempesona ...

Foto bersama di jembatan talang ke 2


Ternyata eh ternyata diatas jembatan talang ini konstruksinya apik.. dan menurut saya, konstruksi ini buatan belanda. karena mengutamakan mutu dengan kerangka kerangka yang rajin. Dan juga komposisi pasir kasar digunakan disini dan memang terbukti lebih kuat. Dan kebetulan ada ibu ibu jualan lewat sini.. tapi jualan gorengan..


Jembatan talang ke 3 (paling pendek sekitar 20 meter)

lagi lagi kami harus berjibaku dengan medan yang ekstrim.. tapi semangat tak pernah pudar..

Inilah aksi dari mas dan mbak Kota Toea Magelang.. di Jembatan talang ke 4 :D kli pada gambar untuk memperbesar

Foto bersama di jembatan talang ke 4, dimana ini merupakan satu satunya jembatan talang yang bawahnya masih bisa dilewati pejalan kaki. Oya, ternyata ibuk saya saya critani beliau pernah lewat sini berkali kali waktu domisili di daerah Kalibening.. hehehe

Ini sedang berusaha mencontoh foto lawas yang dibawa oleh mas bagus.. dan celana pendek kini telah menjadi panjang.. hehehe

Setelah jembatan talang ke 4, ternyata itu sudah terakhir dan saluran kali manggis ini memotong jalan raya payaman. Dan pemotongan ini ternyata unik sekali..seprti tampat pada foto diatas dimana paling bawah adalah saluran manggis, atasnya ada sungai lagi, dan atasnya lagi jalan aspal.. keren banget kan?
Dari payaman, setelah menyeberang jalan raya, kami menuju ke Bendung Pleret yang merupakan suplai tambahan untuk saluran manggis yang diambilkan dari sungai Elo.

Prasasti Bendung Pleret dan bendungannya

Foto Keluarga Band KTM :)

Capek di Bendung Pleret







Setelah kami sampai di Bendung Pleret, kami melanjutkan perjalanan ke arah kota Magelang. Dan perjalanan kali ini kami berlima sudah capek. Waktu juga sudah menunjukkan pukul 12 siang. Sehingga akhirnya sampai di Jambewangi, rekan saya Yudha, Ryan, dan Anglir pulang sementara saya mengantar mas Bagus ke kediamannya di kawasan Jl. Pahlawan..

Sekian dokumentasi Djeladjah Saluran Manggis ini semoga bermanfaat :)







16 comments:

  1. We lhadalah, kok mas yudha gak ngabar2i ya. Padahal saya sabtu sore sampai menjelang magrib kongkow2 sama mas yudha. *pengen*

    ReplyDelete
  2. @nahdhi : walah, mosok mas? ini besutannya mas Bagus Priyana itu.. lain kali minta dijawil ya sama mas Yudha.. ..

    terimakasih kunjungan dan komentarnya ... :D

    ReplyDelete
  3. @nahdhi : sdh sy sampaikan berulangkali di Grup KTM dan tak share ke Bala Tidar saat Gethukan. *resiko dateng telat. hehe...*

    @mas Hamid : laporan perjalanane apik, kumplit, istimewa. Ijin copas beberapa foto ya mas :D

    ReplyDelete
  4. @mas Yudha : terimakasih mas atas penghargaannya... saya juga sambil belajar kog *sambil malu2*
    mas, itu foto udah pada tak kecilin.. kalo mau minta yang asli bisa via email yooo... :

    ReplyDelete
  5. wah bagus juga, tapi sayang sungai sekarang sudah tidak sejernih dahulu, sekarang sulit untuk mencari sungai yang bersih. ini menjadi PR kita sebagai pemuda, bagaimana menjadikan sungai menjadi seperti dulu lagi. :)

    ReplyDelete
  6. @wisni murti : betul mas.. saluranannya emang buthek.. dari progo dan elonya juga tidak terlalu jernih.. sedikit menambah, berdasarkan informasi dari gubernur KTM, mas bagus priyana, saluran manggis ini fungsi utamanya adalah untuk pengairan ladang dan sawah,.. dan apabila untuk minum dan suci, menggunakan saluran kalibening yang langsung dari mata air kalibening yang melewati sekitar kampung botton itu..
    terimakasih kunjungan dan komentarnya ya

    ReplyDelete
  7. petualangan yang sangat menantang dan bernas dengan lelaku dan ngelmu!

    ReplyDelete
  8. @ Sang Nanang :
    betul mas.. terimakasih kunjungan dan komentarnya ya..

    ReplyDelete
  9. @anjas : terimakasih mbak atas apresiasinya.. juga kunjungan dan tidak lupa komentarnya.. hehehe

    ReplyDelete
  10. wah, inspiratif tuenan. pingin juga dong survey diseppear-re kali bening yang dari payaman sampai pintu II pancaarga. B E R A P O !!

    ReplyDelete
  11. @atas : okeee.. terimakasih kunjungan dan komentarnya. mungkin lain waktu saya usulkan jelajah kalibening di komunitas :)

    ReplyDelete
  12. mohon maaf ijin copas beberapa gambar... terimakasih

    ReplyDelete
  13. Terima kasih banyak sudah berbagi pengalaman disertai fotonya. Baru saja jalan-jalan pagi ke Pleret dan penasaran ujung-ujungnya dimana saja. Kapan-kapan mau coba juga dari Temanggung hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih telah berkunjung. Silakan ikuti saja rutenya. Menarik kok

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...