Wednesday, January 8, 2014

Mengunjungi Toko Oen Bersama BRT Koridor II

Siang itu cuaca tidak begitu cerah. Saya sama Tika setelah naik angkot sebentar akhirnya sampai di Terminal Sisemut Ungaran. Minggu siang pertama di Tahun 2014 ini kami mau nyobain naik Bus Rapid Trans (BRT)! Kami masuk ke Halte sekaligus end point dari BRT Koridor II ini. Tiketnya Rp. 3,500,- saja untuk umum dan untuk pelajar Rp. 2,000,-. 
Begitu tiket telah ditangan, kami pun segera meloncat ke bus tanggung warna merah ini. Konfigurasi tempat duduknya sih kayak di angkot dan kayak di Bus Trans Jakarta. Bagi saya, suasananya mirip bis bis di Eropa. Hehehe.. sayangnya, bangku belakang yang berisi 5 sudah penuh. Ya kami mau tidak mau duduk yang menghadap ke dalam. Jadi, kami mesti rela tidak bisa melihat pemandangan. Huhuhu :( tapi buru buru saya ingat kalo di luar negeri sono, naik bus seperti ini biasanya orang tidak sibuk tolah toleh pemandangan. Bahkan tidak sempat ngobrol apalagi kenalan sama temen sebelahnya. Mereka pasti sibuk membaca buku atau hapean. :D bahkan mungkin tidur. :D

Akhirnya bus berjalan pelan menuju ke Semarang. Pelan pelan, bis melewati shelter-shelter pemberhentian. Kalau shelter kosong dan tidak ada penumpang turun, maka akan lanjut terus. Nah kalo ada penumpang naik di shelter, dia bayarnya di dalem. Petugasnya mbak mbak berseragam hitam putih. Tapi sopirnya nggak berseragam. :/ apa apaan.

Sampai di shelter Banyumanik, bus mulai penuh. Beberapa ibuk ibuk tampak bergelantungan berpegangan pada pegangan khusus di atap bis. Semakin ke arah kota bis semakin ramai saja. Akhirnya sampailah pada shelter balaikota yang merupakan break point alias titik pertemuan dengan BRT Koridor I Mangkang – Penggaron. Disini, yang akan melanjutkan perjalanan ke BRT Koridor I harus turun dan menunggu bis besar warna biru itu. Tanpa dikenakan tiket lagi. Asyik ya?

Setelah itu, shelter terdekat dengan Toko Oen adalah shelter Johar. Akhirnya kami memutuskan turun disana. Yup! Siang ini setelah lelah naik BRT, kami mau beli es krim di Toko Oen. Nyeberang melewati jembatan penyeberangan, kami harus berjalan balik sekitar 200 meter. Saya sih merasa lagi jalan jalan di Eropa. Bukannya gimana gimana, tapi saya seneng jalan kaki menyusuri trotoar kota seperti ini. Untungnya, cuaca bersahabat. Tidak hujan, dan tidak terlalu panas.

Finally, kami sampai di bangunan putih di pojokan dengan pintu berada di pojok gedung, dengan tulisan besar warna merah. TOKO OEN. Kami sampai! Begitu masuk, kami disambut ruangan yang legaa dengan macam-macam biskuit kering yang dipajang di toples toples besar. 
Luas dengan gaya pintu dan jendela super besar khas gaya Eropa masa itu. Kami memilih duduk di sebuah kursi dengan busa. Biar empuk. Hehee. Tampaknya Toko yang dibuka tahun 1936 ini tidak begitu ramai. Suasana tenang, dengan sayup sayup terdengar alunan musik klasik. Di beberapa langkah didepan saya, dua orang, tampaknya warga negara asing sedang menikmati kopi sambil ngobrol. Sementara di sebelah kanan kami, nampak dua perempuan muda menikmati es krim.
Kami segera dihampiri oleh petugas perempuan yang menggunakan seragam rompi hitam. Memberi secarik daftar menu. Pilihan saya jatuh ke Rhum Raisin dan Lumpia Goreng. Sementara Choconese dan Resoles menjadi pilihan Tika. Tidak lama kemudian, pelayan tadi datang membawakan es krim pesanan kami lengkap dengan dua gelas air putih. Sambil menunggu makanan ringan, saya melihat sekeliling. Tampaknya di salah satu sudut ruangan, ada grand piano yang kuno. Tidak berselang lama, seorang bapak berseragam putih dan berpeci mengantarkan pesanan kami.
Saya merasa aura aura kolonial. Saya membayangkan bagaimana dulu orang orang Belanda menikmati makan minum, dan bersantai di toko ini dengan hidangan hidangan eropa tentunya. Saya bahkan merasa seperti dalam film James Bond saat dating datingnya biasanya ada scene makan di restoran mewah. :D hehehee.
Rhum Raisin pilihan saya ternyata sebuah es krim dengan rasa agak asam dengan secuil biskuit di atasnya. Rasanya, cocok di lidah saya. Sementara Choconese adalah es krim potong cokelat dengan bagian dari buah. Rasanya, rupanya saya rasa lebih enak dari es krim saya. :D
Makan selesai, saya pergi ke toilet sebentar sekalian lihat lihat isi dalem toko ini. Bentuk toiletnya legends banget. Meski peralatannya sudah modern. Setelah selesai saya segera membayar ke kasir dan bertanya menu poffertjes. Semacam bola bola serabi dengan taburan cokelat/keju. Menu ini beberapa kali di review sama beberapa orang yang pernah singgah disini. Tapi ternyata menu khas Belanda itu sedang kosong karena bahannya tidak ada dan juga tenaga pembuatnya tidak ada. Jadi untuk sementara keinginan mencoba makanan itu saya tunda dulu. Untuk empat menu tadi, saya mesti mengeluarkan uang Rp. 59,000,- cukup mahal untuk kantong saya. Tapi worth it. Dapet suasana dan mencoba makanan makanan legend ini bagi saya memuaskan.

Karena jadwal siang ini kondisional, kami akhirnya memutuskan jalan kaki ke Paragon Mall. Padahal lumayan jauh juga. Yaa, sekitar 700 meter. Kami sih lihat jadwal film saja sekalian ngadem. Cukup ngadem, dan karena tidak ada film yang menarik untuk ditonton, akhirnya kami memilih pulang menuju shelter BRT Balai Kota. BRT Koridor II datang, namun segera saja penuh. Kami menunggu bis selanjutnya. Tampaknya sama saja. Selalu penuh. Akhirnya kami tetap masuk dan bergelantungan. Rupanya berpegangan disini tidak semudah yang saya lihat. Untung, Tika segera dapat tempat duduk tidak lama kemudian. Sementara saya baru bisa duduk di sekitar Banyumanik. Akhirnya, kami sampai juga di Ungaran setelah turun di shelter alun alun. Hujan juga sudah reda, kami tinggal jalan kaki sebentar menyambung angkot kuning dan sampai di kostan Tika.

Credits :
-    Toko Oen
Jl. Pemuda No. 52 Semarang
Tel +62 24 3541683
-    BRT Trans Semarang Koridor II
Rute Sisemut – Terboyo

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...