Jam tangan yang saya lepas beberapa waktu lalu hampir menunjukkan
pukul delapan malam. Rupanya warung steak depan kost Tika malah tambah ramai
karena ada beberapa puluh jemaat gereja yang habis beribadah dalam rangka
Paskah mampir ke tempat makan baru yang berada persis di sebelah Gereja Kristus
Raja Ungaran itu.
Akhirnya kami menunggu barang beberapa menit supaya agak sepi.
Rumah makan steak yang berawal dari Jogja ini sebenarnya sudah sangat terkenal
karena memiliki banyak cabang dan kali ini membuka gerai yang ke sekiannya di
Jl Diponegoro Ungaran. Dalam minggu-minggu pertama ini pengunjung selalu ramai.
Ya, rumah makan bernama Waroeng Steak and Shake ini memang menyasar kalangan
menengah dengan harganya yang terkenal murah namun dengan suasana yang cukup
semarak dan cozy.
Saya sendiri sudah lama sekali tidak makan steak. Jujur saja sih,
saya tidak begitu cocok dengan makanan seperti ini. Mending mah rendang di
masakan padang. Tu baru nendang! :p tapi malam ini saya mengiyakan ajakan Tika,
lagipula worth it juga sih. Buat saya, tempat makan ini spesial karena berada
di depan kantor Tika, depan kost Tika, dan kami juga menjadi saksi kelahirannya
sejak pembangunannya yang tiap malam ‘mbribeni’ kami :D
Akhirnya dengan melangkahkan kaki, kami segera mencari tempat
duduk yang hanya ada satu yang kosong. Karena para pelayan sedang sibuk, saya
mengambil sendiri daftar menu dan dibilangin bahwa menu yang tersisa hanya
double sirloin dan double tenderloin. Sementara itu saya memilih lemontea dan
Tika memutuskan untuk minum jus tomat. Untuk informasi saja, steak di Waroeng
Steak (WS) ini menyediakan model steak tepung (digulung pakai tepung) dan
original (tanpa tepung) serta beberapa steak lain kayak chicken dan shrimp
steak. Harganya, kisaran 15-30ribuan kok!
Lama sekali pesanan kami datang. Padahal kami telah lapar. Saya
sih pengen makan nasi dan kepikiran pesen nasi putih supaya makan steaknya jadi
murtad alias keluar ajaran. :D oya, jadi di WS ini uniknya juga menyediakan
nasi. Beberapa waktu sebelumnya saya biasa pesen steak + nasi dan itu
mengenyangkan kawan! Hahaha :/ akhirnya barang duapuluh menit menunggu, pesanan
kami datang! Yey! Oya, kalau makan steak saya sering inget adegan-adegan di
film James Bond saat berkencan dengan wanita, dimana biasanya hanya memakan
satu-dua potong kemudian mengusap pakai lap yang ditempel di dada, kemudian
minum vodka martini + lemon. Shaked not stirred :D kemudian ditinggal begitu
saja :D
Selain itu, saya juga ingat soal artikel tentang etika makan steak
yang pernah saya baca. Saya memutuskan untuk makan steak dengan gaya Eropa.
Hahaha. Jadi, sementara tangan kanan memotong-motong daging menggunakan pisau,
tangan kiri yang memegang garpu dipakai untuk ngemplok. Cara ngemploknya pun
harus benar yakni, dengan posisi garpu menghadap ke bawah (jika keatas dan
menggunakan tangan kanan adalah style Amerika). Namun karena steak kali ini
adalah steak tepung, jadi ada beberapa guguran tepung yang terpaksa susah
diambil menggunakan garpu dengan style eropa ini hingga terpaksa menggunakan
style saya sendiri :D alias asal ambil.
Double tenderloin yang saya pesan habis dalam waktu yang cukup
singkat saja. Karena memang saya lapar sih. Rupanya, saya cukup kenyang. Untung
saja saya tidak jadi pesan nasi. Huehehee.. akhirnya saya tutup kegiatan makan
steak ini masih dengan style Eropa yaitu dengan menyandingkan pisau dan garpu
berjejer dengan posisi garpu menghadap ke atas. Kemudian saya segera membayar
Rp. 53,000,- untuk porsi makan kami tadi. Hebatnya lagi, kami adalah orang
terakhir yang membayar dikasir karena memang kami pengunjung yang terakhir :D
Okay, sekarang tempat makan di Ungaran sudah lebih bervariasi dan WS ini jadi
alternatif kalau anda ingin menikmati steak dengan harga murah!
Credit :
Warong Steak & Shake
Jl. Diponegoro (seberang pegadaian)
Ungaran
No comments:
Post a Comment