Monday, May 26, 2014

Kondangan ke Surabaya, Lamongan, Sidoarjo 16-18 Mei 2014



Jumat, 16 Mei 2014
Pukul setengah enam pagi, badan saya sudah tidak lagi kedingingan setelah menempuh perjalanan bersama smash dari Magelang setelah tadi malam saya mengikuti talk show bedah buku saya yang berjudul “Seboeah Rekam Djedjak Kota Toea Magelang” dalam acara Rembug Sejarah dalam gelaran Magelang Tempo Doeloe.

Sesaat saya rebahkan badan dikamar kost yang tidak berlangsung lama. Saya harus segera mandi dan berkemas untuk ke Surabaya! Yes!

Setelah mandi, sayapun segera melajukan smash yang mungkin masih capek untuk menuju kost Tika. Smash saya minta baik-baik tinggal di kostnya sementara kami tinggal pergi ke propinsi sebelah. Lepas setengah tujuh, kami setelah berjalan kaki sesaat, berhasil diantar oleh angkot merah ke Terminal Sisemut untuk kemudian menjadi penumpang pertama BRT Koridor II yang standby disana. Duduk di deretan kursi paling belakang adalah hal yang sangat menyenangkan. Karena posisinya ada diatas dan tidak sumpek saat keadaan berjubel.

Sumber : http://haysanta.blogspot.com/
BRT melaju cukup pelan membelah aktivitas kota lumpia Jumat pagi ini. Hingga pukul setengah sembilan, kami telah sampai di Terminal Terboyo. Terminal ini semrawut. Saya saja terus terang baru dua kali ini masuk. Kondisinya tidak jelas. Akhirnya setelah bertanya pada seorang kondektur, kami langsung memasuki bis Patas Indonesia warna merah. Lagi-lagi, kami penumpang pertama dan berhak untuk duduk di hot seat belakang sopir. Bis ini berbaju Scorpion X nya karoseri Tentrem. Dari interiornya, saya rasa bis ini masih baru dan sangat nyaman. Di depan kami ada sekat pembatas antara kabin penumpang dan ruang kendali yang juga smoking room.
Bis Patas Indonesia, parkir di  RM Rasa Utama

Setelah seperempat jam menunggu dan juga telah masuk beberapa penumpang, bis mulai berjalan meninggalkan Terboyo. Dasar memang terminal semrawut, penumpang banyak yang menunggu dan naik diluar terminal. I don’t like this! Mesin Hino yang cukup nyaman ini membawa kami ke timur. Belum lama perjalanan dimulai, setelah membayar tiket seharga 170.000 Rupiah untuk dua orang, saya titip pesan ke Tika yang sedang makan kacang bawang,

“Aku tak tidur dulu ya. Nanti kalau udah sampai Kudus, bangunin”.
Dia heran kenapa harus bangunin saat sampai Kudus? Saya pun menjelaskan bahwa sampai saat ini saya belum pernah lewat Pantura setelah Kudus ke arah timur dengan kondisi sadar alias tidak tidur. Dia pun mengangguk tanda mengiyakan.

Benar saja. Baru berapa meter setelah persetujuan itu, saya langsung terlelap. Wajar sih, badan saya masih capek setelah kemarin bolak balik Ungaran-Muntilan-Magelang-Muntilan-Ungaran. Fiuuh..

**
Tiba-tiba Tika membangunkan saya. Saya lihat diluar sana ada toko oleh-oleh Jenang Mubarok. “sampai mana ini?” “sudah sampai Kudus” ahh.. iya, perasaan baru sebentar saja saya merem, kayak naik awan kinton, tiba-tiba bis Indonesia sudah memasuki terminal Kudus. Tampak di sebelah sana, proses peninggian Jl. Agil Kusumadya yang selama ini hanya saya ikuti di koran :D

Tidak lama bis berhenti. Hanya menaikkan penumpang saja di agen untuk kemudian melibas Jalan Lingkar Kudus yang baru ini saya lewati dalam keadaan sadar. Bis mulai dipacu kencang dan sesaat saja, kami sudah sampai di Ngembal Square, perempatan arah ke Pati. Jalanan tidak begitu lebar. Toh juga kualitasnya juga tidak begitu halus. Beberapa kali bis harus tersendat karena ramainya jalan.

Terasa memang, Kabupaten Kudus yang luasannya merupakan kabupaten terkecil se Jawa Tengah ini hanya sesaat saja. Kami langsung memasuki Kabupaten Pati dengan slogannya PATI BUMI MINA TANI. 
Sepanjang perjalanan, suasana biasa saja hingga akhirnya bis memasuki Kota Pati. Kondektur menawarkan tempat turun yaitu “Pati Puri.. Pati Purii!” saya tunggu-tunggu maksud tempat itu apa. Owalah ternyata Puri Plaza, merupakan sebuah kawasan ruko yang biasa dipakai sebagai tempat naik-turun penumpang bis. Disitu, seorang penumpang turun, dan seorang penumpang naik.
Puri Plasa Pati

Sesaat sebelum meninggalkan kota Pati, bis melewati sebuah bangunan besar yang akhirnya saya ketahui merupakan sebuah Supermarket yang Ada dimana-mana alias Ada Swalayan :D. akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan dengan suasana kabupaten hingga masuk ke perbatasan Rembang.
ADA Pati dengan latar depan Patung (?)

Selamat Datang Kabupaten Rembang dengan slogannya Bangkit. Saya tidak begitu ingat ada apa saja di Rembang. Seingat saya hanya, bis melewati dalam kota, melewati depan Kantor Bupati yang berdekatan dengan Gedung DPRD, dan juga alun-alun yang sedang dalam proses pengembangan. Ohiya, sebelumnya saya juga ingat bis ini melewati gerbang sebuah tempat wisata Dampo Awang Beach. Empat tahun yang lalu saya ingat pernah terima proyek disitu dan tidak kesampaian karena proyek akhirnya gagal.


Alun-alun Rembang


Kemudian kami sampailah di Kota Lasem. Beberapa teman blog saya pernah membahas tentang hal-hal menarik di Lasem. Seperti historinya, keunikannya, dan lain sebagainnya yang sempat mereka tuangkan dalam sebuah “E Book Lasem”. Memang, berdasarkan pantauan saya, terlihat beberapa ornamen rumah kuno dan suasana yang sangat khas di Lasem ini. Usut-usut ingatan, saya jadi ingat bahwa Lasem ini merupakan salah satu kota tertua di Jawa. Tidak heran, waktu itu Lasem jadi jujugan teman-teman traveler. ;)
 
Keluar dari Kota Lasem, suasana tambah semarak karena saya baru ini bisa melihat pemandangan laut lepas tepat di sebelah kiri bis. Ya, di kiri, tampak laut jawa yang mencokelat. Bukan membiru loh! Hehehe. Sementara, di sebelah kanan kami berdiri dengan gagah benteng alam pegunungan. (Kendeng kah itu?) . saya tidak berhenti memotret dari dalam bis meski hasilnya tidak maksimal. Akhirnya, saat keluar kota Lasem dan masuk ke Jawa Timur, terlihatlah sebuah tulisan selamat jalan Rembang , Sea Front City. Cie ciee..



Pegunungan Kendeng ?
 
Hufft, siang itu kira kira sudah sekitar pukul setengah satu. Terlihat di sepanjang jalan yang kami lalui, banyak orang yang keluar dari menjalankan ibadah shalat jumat. Saya? Saya hari ini absen shalat jumat karena sedang menjadi musafir. Semoga dimaafkan. Amiin :). Sepanjang Kabupaten Tuban, suasana masih cukup terasa sama dengan apa yang saya temui di sepanjang Rembang. Jalanan yang cukup mulus, dengan panorama laut lepas. What a beautiful road :D

Tepat pukul satu siang, kami sampai di Tuban. Di tempat makan yang pernah saya samperi juga waktu pertama saya pulang dari Surabaya. Rasa Utama, namanya. Merupakan rekanan dari bis Indonesia dan Jaya Utama. Menunya, siang itu kami memilih makan nasi rames + telor asin. Lainnya, bisa pilih soto atau rawon. Setengah jam berlalu, kami segera kembali ke bis dan melanjutkan perjalanan.

Masuk Kota Tuban, saya merasa kota ini cukup lumayan ramai. Dengan beberapa spot yang cantik seperti alun-alun, sepanjang jalan di pinggir pantai, rest area, dan lainnya lupa. Tidak terasa, bis mulai memasuki Lamongan. Di Babat, masuk seorang penjual Wingko Babat. Saya ambil satu bungkus wingko yang masih anget berisi 20 biji. Cukup sepuluh ribu saja. Rasanya, enak untuk yang jarang makan kayak saya :D.

Jalan di Kota Tuban yang menatap Laut Jawa

Ornamen Asmaul Husna di salah satu ruas jalan

Rest area megah yang sepi

Masih di Tuban

Alun-alun Tuban

Ruas jalan yang rapi di timur alun-alun Tubans
 
Di Lamongan sendiri, saya cukupingat tata letak kotanya karena pernah membelah kota itu bersama Kereta Api. Bedanya, waktu itu lewat belakang, dan sekarang lewat depan rumah. Lamongan juga memiliki Lamongan Plaza dengan tenant nya Ramayana dan KFC. Cukup mencolok kehadirannya ditengah kota. Logo kota yaitu patung Lele+Buaya (betul tidak?) juga kelewatan saya potret. Hadeuh..
Suasana Pertigaan Babat

Lamongan Plaza

Kantor Bapermasdes Kab Lamongan. Kok bisa guede gini ya?


Ahh.. akhirnya sampai di Kecamatan Deket, Lamongan. Saya message pesanan rental motor saya karena sesaat lagi, pastilah kami masuk ke Kabupaten Gresik dan bis bakal masuk tol. Oke, betul saja. 
 
Bis lalu masuk tol dan perjalanan lancar jaya hingga masuk pintu tol Kebomas. Aduh, rupanya arah sebaliknya tersendat ada sekitar 10 km karena ada perbaikan jembatan. 


Masjid Al Akbar Surabaya
Saya tidak tahu saat akhirnya bis ini keluar dari tol dan menurunkan penumpang di daerah Pasar Turi. Tau begitu, saya pasti bakal milih turun sini biar dekat dengan rentalan motor. Ternyata juga, setelah menurunkan penumpang, bis memutar dan kembali masuk tol untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Terminal Bungurasih a.k.a Purabaya. Sayangnya, pintu keluar tol sangatlah macet. Ada sekitar 20 menit kami menunggu giliran untuk keluar.

Alhamdulillah, pukul lima sore kurang seperempat, kami berhasil merapat ke Terminal Bungurasih dan bertemu dengan mas Rental Motor. :D yes! Motor Beat merah ini kami tukar dengan KTP + uang tunai 500 ribu. Langsung kami geber ke SPBU karena bensin sudah mau habis. Surabayaaaaa! Tika terlihat begitu terpana dan merasakan nostalgianya selama 4 tahun di kota itu yang telah ditinggalkan selama tujuh bulan. Kami merangsek menyelinap truk-truk besar di sepanjang jalan Sepanjang. Sembari waktu berangsur malam, kami sampai juga di Unesa Surabaya.

Malam ini, kami makan penyetan di Gang 5. Sebuah warung makan penyet yang sudah tiga kali ini saya datangi. Penyetnya murah dan kenyang. Lauknya juga macam-macam. Akhirnyaaa.. tapi, sebuah problem datang ketika kami tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Lamongan. Bagaimana tidak, untuk sampai di tempat Septi – seperti yang kami rencanakan sebelumnya – kami harus melewati hamparan hutan jati, dan juga bulak bulak panjang yang pastinya sepi. Kami kesorean sampai di Surabaya. Kami pun seketika menjadi gembel yang tidak tahu harus tidur dimana. Telepon homestay langganan saya, tetapi penuh. Sehingga diputuskan untuk menginap semalam di penginapan dekat terminal Bungurasih 100 ribu saya semalam.

Badan terasa capek sekali dan panasnya Surabaya mulai terasa. Hembusan kipas dinding yang tersetel maksimal rupanya belum bisa mengalahkan panasnya kota ini. Huffft.. akhirnya mau tidak mau, kami pun segera tidur.
**
Hari Kedua Sabtu 17 Mei 2014
Jam setengah lima pagi, kami bangun dan mandi. Berita buruk menyambut. Diluar sana terpantau hujan lebat! Apalah iniiii… sedianya kami berniat berangkat jam 5 dari sini untuk meluncur ke Lamongan. Tapi sudahlah, kami telat sampai satu jam sembari menunggu hujan agak reda.

Pagi ini, jalanan becek dan gerimis cukup deras. Sepanjang kawasan Sepanjang (:D) hujan cukup deras, sepatu dan kaos kaki saya agak basah, tapi semangat tak pernah pudar. Saya menjadi agak bad mood. Sampai di Kawasan Wiyung, tampak di langit barat sebuah pelangi cantik terhampar. Subhanallah. Its beautiful moment ;) saya pun menjadi ngantuk (apa hubungannyaaaaa?!) iya, saya pagi ini masi terasa ngantuk.. dari Menganti, Tika gantian menjadi sopir dan saya dibelakang tidur. Zzz … melek-melek, sampai daerah Cerme, Gresik. Wow! Tika melibas jalanan-jalanan sempit dan handlingnya halus sehingga saya bisa tidur lelap. Hahaha :D

Wah, tidak bisa dibiarkan! Sampai di pertigaan besar dengan tugu ditengahnya, saya mampir ke Indomaret untuk membeli kopi Nescafe Black. Ngantuk sih hilang, tapi tetep aja saya di belakang. Bedanya, saya mulai aktif menjeprat jepret. Yey! Sepanjang perjalanan, saya temui banyak danau/embung di tengah sawah. Selain itu, di daerah situ, meski tempatnya terlihat pinggiran, namun masjid masjid berdiri dengan megah.




Kecepatan Tika mencapai 140 Km/jam
Tempat-tempat yang kami lalui adalah Benjeng, Balongpanggang dan Mantup. Sempat bertanya beberapa kali perihal tempat yang bernama Mantup ini. Owalah, ternyata adalah nama Kecamatan di perbatasan Gresik Lamongan. 






Suasana Kota Kecamatan Balongpanggang


Begitu masuk Mantup, kabupaten Lamongan, jalan mulai tidak datar. Ada sedikit seni naik turun. Dominasi sawah dan embung juga terganti oleh beberapa hutan jati. Masuk kota Mantup, kami belokkan beat merah ke kiri, dan kemudian mengambil arah ke kanan ke Ngimbang sesuai petunjuknya Septi. Di tempat-tempat di pinggir jalan, sudah terlihat nama jalannya adalah Jl Raya Sambeng. Wah, berarti kami sudah hampir sampai nih!


Suasana kota kecamatan Mantup

Beat Merah yang kami sewa
Ngoook. Kami belokkan motor ke sebuah musholla untuk ganti baju. Ya, tema kami saat ini kondangan jadi kami beristirahat sekalian ganti baju kira-kira 20 menit. Motor kembali melaju dan saya saat ini mengambil kendali motor dengan berada di depan. Bensin terasa mengkhawatirkan sehingga saat sampai di Sambeng, saya ampirkan motor ke penjual bensin eceran. Ternyata tidak jauh, 2 menit setelah membeli bensin, kami sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa. Aduh! Sampai di rumah Septi! Alhamdulillaaaah..

Okay, Septi ini temen kost satu kamarnya Tika saat kuliah dulu. Dan hari ini Septi menikah sementara kami masih sibuk pacaran :D apa apaan?!  Mereka pun berpelukan dengan emosional dan saya, tentu saya  tidak berpelukan dengan emosional sama pengantin laki-lakinya. :D. sejenak mereka kangen-kangenan sebelum acara ijab kabul dimulai. Barang satu jam kami menunggu, acara sakral itu digelar dan akhirnya.. Selamatttt atas pernikahannya :)




**

Di hari yang sama ini, Atun, teman Tika yang tinggal di Krian Sidoarjo juga melangsungkan resepsi pernikahannya. Untuk itu, setelah dirasa cukup, kami segera berpamitan dengan Septi dan mas Endra untuk kemudian kembali ke Surabaya yang akan kami tempuh dua jam perjalanan. Motor beat saya isikan bensin di SPBU Balongpanggang sembari makan snack, kemudian kami menyempatkan makan rawon balungan di bilangan Cerme Gresik.







 


Adzan dhuhur menyambut kami saat sampai kembali ke Lidah Wetan Surabaya. Tika mandi di kostnya. Lebih tepatnya mantan kost. Sementara saya bersih-bersih dan shalat di Musholla Al Ikhlas. Setelahnya saya menunggu Tika hingga ketiduran di teras kosnya. Berdasarkan rencana, kami sekarang harus ke Pakowon Trade Center (PTC) untuk sekedar mencari kado. Kadonya sudah kami tentukan yaitu sesuatu yang kami dapatkan di Matahari Dept Store sehingga menghemat waktu.
 Setengah tiga sore, setelah membungkus kado, kami segera bergerak meluncur ke Krian. Tika yang lebih hafal rutenya. Supaya lebih enak, kami melalui jalan tembus daerah Driyorejo. Dan salah satu adegannya adalah “nambang”. Aktivitas yang baru pertama ini saya jalani. :D jadi motor naik ke perahu, perahu itu dikemudikan oleh operator yang meniti tambang agar perahu sampai pada tepian ujung satunya. Kemudian, motor langsung dapat melanjutkan perjalanan. Sensasinya, yeerr yeeer,. Biasa aja :D Bayarnya, cukup 1000 rupiah saja. Murah kan!
 
Setelah nimbang, kami masih harus melewati pinggiran sungai besar dan sampailah kami di Krian! Macete rak umum. Dengan muka yang kucel, kami sampai di rumah Atun. Langsung kami salami Atun dan Takash yang siang itu menjadi pengantin. Langsung saja kami diarahkan ke meja makan minum :D
Selamat ya kawaan :)

Sebelum berpamitan, Tika rupanya terlibat obrolan kangen-kangenan dan serius sama Atun sehingga saya harus menunggu sekitar 10 menit. Tak mengapa lah. :) cukup sekitar 45 menit kami berada disana, kami harus pamit dan kembali ke Surabaya lagi. Pukul lima sore, saya mampir di Driyorejo untuk menunaikan shalat ashar dan kemudian melanjutkan perjalanan.
Nambang lagi :D

Badan rasanya capek-capek, dan menjelang maghrib ini kami harus cus ke Terminal Purabaya untuk kembali ke Semarang. Beat saya isi bensin tujuh ribu rupiah saja biar tidak terlalu banyak :D sampai di Terminal Bungurasih pukul 6,45 , kami segera mengembalian motor beat merah yang sudah saya konfirmasi siang tadi. Harga sewanya ditambah over time dua jam sebesar 10 ribu.

Sebelum pulang, saya sempatkan mandi di parkiran terminal. Ahhhh.. mandi adalah aktivitas yang paling menyenangkan di Surabaya saat panas seperti ini. Kira kira pukul setengah delapan, lagi lagi kembali kami dapat hot seat saat bis Patas Jaya Utama berwarna biru tengah bersiap berangkat ke Semarang. Perjalanan pulang ini saya isi dengan tidur karena badan yang terasa sangat capek.

Sumber : https://expertofsomething.wordpress.com/
Pukul sebelas malam, kami beristirahat di tempat makan yang sama. Saya memilih untuk makan rawon sementara Tika tetap berpegang teguh pada menunya ; nasi +telor asin :p. selepas makan, saya berkesempatan menikmati aksi pak Sopir dengan lihainya menyalib truk-truk bahkan bis lain di sepanjang Tuban. Bis biru mesin Hino ini dibungkus dengan body Galaxy EXL nya Tentrem. Interiornya saya rasa tidak jauh beda dengan Scorpion series. Rasa mesinnya juga sama. Akhirnya saya ketiduran lagii dan begitu bangun, sudah sampai di terminal Terboyo.
 **
Hari Ketiga Minggu 18 Mei 2014
Bis Trisakti jurusan Jogja sepagi ini jam tiga kurang seperempat sudah standby. Kami segera memasuki bis ekonomi tersebut. Nahas. Kami salah pilih karena di belakang kami ada Royal Safari dan Sumber Grup yang bisa berangkat lebih dulu. Saya menyesal semenyesal menyesalnya. Ditambah lagi, ngetemnya di Terboyo, Tri Sakti ini sampai 40 menit. Menjengkelkan :/

Akhirnya bis melaju juga memasuki tol. Saya kembali tidur dan terbangun saat bis kembali ngetem di Sukun. Kami bersiap untuk turun dan ganti bis karena kecewa bis berhenti terlalu lama. Baru mengangkat tas, niat langsung saya urungkan karena sopir masuk dan bis kembali melanjutkan perjalanan.

Alhamdulillah, pukul setengah lima pagi, kami sampai di Ungaran dengan selamat :). Entah mengapa saat sampai di kost Tika, hal yang saya lakukan adalah mencuci piring dan wajan. Hahaha. Kemudian segera berpamitan dan pulang ke kost saya untuk kemudian shalat subuh dan tidur sepanjang harii..


Credits :
Setia Abadi Rental Motor dan Mobil
+62 857 333 11117
+62 31 707 11117


 

4 comments:

  1. nama penginapannya apa ya? ada contactnya?

    ReplyDelete
  2. Wah ngga hafal. Disana banyak kok. Tinggal pilih aja. ;)

    ReplyDelete
  3. untuk Lamongan, tugu patungnya adalah Lele & Bandeng. Kalau Buaya itu Surabaya hehehe (cah Lamongan manggon di Bandung)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...