Masa
kanak-kanak saya berlangsung dari sekitar 1995 hingga 2000an. Tepatnya sebelum
era millenium saat Panji Manusia Millenium belum memasuki layar kaca. Baru ada
Saras 008 yang panggilnya harus telepon Sambungan Langsung Internasional
(SLI)-008 :D
Saat
itu teknologi belum canggih. Belum mengenal HP, apalagi internet. Paling
canggih ya bermain Gameboy alias Gembot. Atau main ding-dong, ataupun Nintendo
dengan Supermarionya. Itupun di tetangga yang kaya :D Saya dan beberapa teman
seumuran saja kalau nonton tivi harus ‘nonggo’ alias nonton di tetangga. Tapi
kondisinya jauh berbeda dengan saat ini dimana pada waktu itu ketika minggu
pagi, maka anak-anak seumuran saya akan dengan setia menonton kartun-kartun
dari pukul 7 hingga sekitar pukul 10 :D. Begitu juga pada waktu malam, di
tentangga saya itu juga digunakan sebagai tempat nonton tivi oleh warga secara
umum. Padahal tivinya hanya tivi warna 14 inch :D tetapi ditonton ramai-ramai.
Wkwkwk..
Ngomong-ngomong
saat ini saya sedang senggang dan ingin membuka kembali ingatan-ingatan masa
lalu tentang permainan-permainan saat kecil saya dulu. Yang mungkin permainan itu
berkembang di daerah Muntilan, Magelang dan sekitarnya. Beberapa permainan
tersebut akan saya bagi menjadi dua kategori. Berat, dan ringan. Ok langsung
saja kita ulas satu per-satu permainan kategori berat!
1) Ingkling/ Engkleng
Ingkling merupakan
salah satu permainan favorit kami saat itu. Tidak hanya didominasi anak
laki-laki tetapi anak anak perempuan juga akan ikut jika ada permainan ini.
Permainan ini oleh sebagian orang disebut dengan sebutan engklek. Beberapa
model ingkling yang sering saya mainkan adalah. Ingkling tangga alias paling
sederhana. Model arenanya hanya dengan menggambar kotak-kotak sekitar 4-7
kotak. Cara mainnya mudah saja. Lempar pecahan genteng/batu yang diistilahkan
dengan gacuk, mengikuti kotak-kotak yang tersedia. Misal kotak pertama berarti
kita harus melompat dengan satu kaki melewati kotak tersebut dan mengambil
kembali gacuknya. Semakin lama, gacuk dilempar semakin jauh hingga kotak paling
ujung.
Selain itu, ada
ingkling kitiran. Pada model ini cara mainnya agak sedikit berbeda. Cara
melempar gacuknya masih sama, tetapi cara melompatnya dengan kombinasi satu
kaki, dua kaki dan arahnya memutar.
Kemudian ingkling
yang paling saya sukai adalah ingkling setrip. Pada ingkling setrip ini
arenanya dibuat seperti kasur. Pada kotak 1-6 peserta harus pelan pelan sambil ingkling mendorong gacuk maju satu kotak-satu kotak. Jika dalam perjalanannya gacuk tidak terlempar sesuai kotak, maka akan gantian dengan peserta lainnya. Nah, jika gacuk
sudah pada kotak 6, tugas selanjutnya adalah mendorong gacuk dengan satu kaki supaya gacuk meluncur mendapatkan
angka 100. Jika masih belum dapat 100, maka berlaku akumulasi.
Para peserta
ingkling akan berlomba-lomba untuk terlebih dulu mendapatkan angka 100 dan jika
sudah ada yang mendapatkannya, maka dia berhak istirahat dan menaruh gacuk pada
titik A. Begitu seterusnya sampai gacuk-gacuk menumpuk dan hingga tinggal satu
peserta yang belum mendapatkan point 100.
Arena engkleng setrip |
Ingkling setrip
belum berakhir. Pada tahap ini, peserta terakhir harus rela menjadi penjaga
gawang/si gasang sementara anak-anak yang lain akan lari untuk bersembunyi.
Adapun cara mengawalinya adalah salah satu pemenang tadi menendang tumpukan
gacuk hingga berserakan. Nah, sembari anak-anak berhamburan bersembunyi, si
gasang harus menumpuk kembali gacuk-gacuk tadi. Setelah gacuk-gacuk tertumpuk, dia
harus mencari teman-temannya tetapi disatu sisi tetap harus menjaga tumpukan
gacuk. Sebab, bila tidak dijaga maka tumpukan gacuk tersebut akan ditendang
lagi oleh peserta sembunyi yang diam-diam keluar dari persembunyiannya. Jika si
gasang menemukan peserta yang bersembunyi maka harus bilang ‘dul! (nama)’ misal
‘Dul, hamid!’ lalu lari dan menginjak tumpukan gacuk tanpa sampai runtuh. Jika
runtuh, maka si Hamid berhak bersembunyi lagi.
Hahaha.. begitu
seterusnya hingga terkadang permainan ini tidak selesai-selesai dan tidak
jarang berakhir dengan tangisan si gasang yang putus asa atau ditinggal pulang.
Wkwkwk..
2) Jek-jek an
Permainan ini
adalah permainan favorit saya di waktu senggang sekolah SD. Permainan ini selain
memiliki unsur olahraga lari, juga memiliki unsur ketelitian berstrategi.
Kelihatannya berat ya. :D sebenarnya tidak kok! Jadi begini. Sekumpulan anak
dibagi menjadi dua tim yang masing-masing tim akan menempati satu pos. Kalau
saya dulu, posnya tiang bendera dengan ujung pagar depan SD, dan jika bermain
di belakang sekolah, maka posnya adalah pohon mangga dengan pojokan kantor guru
SD Pabelan 3. Wkwkwk..
Ilustrasi Jek-jekan, sumber : pring-bamboe.blogspot.com |
Cara mainnya, masing-masing
anggota tim harus merebut pos lawan dengan menyentuh pos lawan tetapi dengan
syarat, tidak tersentuh oleh lawan yang lebih muda menyentuh posnya sendiri.
Aduh, bingung ya bahasanya :D. Misal A di pos 1 dan B di pos 2, jika A
meninggalkan pos 1 dan menuju pos 2, beberapa saat kemudian B meninggalkan
posnya dan menyentuh A, maka si A akan menjadi tawanan pos 2. Tetapi jika si A
sanggup menghindari sentuhan si B dan kawan-kawannya dan berhasil menyentuh pos
lawan maka timnya dianggap sebagai pemenang.
Tetapi permainan
ini tidak pernah berjalan mulus. Butuh strategi yang kuat untuk dapat merebut
pos lawan. Ya itu saya bilang tadi, jika A meninggalkan pos 1 dan ketika sampai
di pertengahan, B meninggalkan pos 2 untuk mengejar A, dan pada saat itu si A
lari kencang untuk menyentuh posnya sendiri dan berbalik mengejar B dan dapat,
maka si B akan jadi tawanan tim A.
Ketoke kok ruwet
ya? :D. Anggota tim B jika ingin membebaskan B maka harus lari dari pos dan
menyentuh si B sebelum disentuh oleh tim A. Begitu seterusnya.. Tetapi seingat
saya permainan ini selalu seru karena ada dua strategi yang sering digunakan. Yang pertama
adalah ‘ngencek’. Ngencek adalah memancing pemain lawan supaya keluar dari
posnya. Begitu dia keluar, maka si pengencek akan lari ke posnya sendiri, lalu
teman si pengencek keluar dari pos dan mengejar pemain lawan sebelum pemain
lawan itu menyentuh posnya sendiri. :D
Strategi ngencek, dari kompasiana |
Kemudian yang kedua
adalah ‘ngalang’. Ngalang digunakan saat seorang anggota tim mencari jalan
belakang (kadang harus muter sampai belakang sekolah) dan sembunyi-sembunyi
tanpa ketahuan anggota tim lawan, dan pelan-pelan menyentuh pos lawan sambil
teriak “JEK!” nah.. yang begini ini dinyatakan menang.
3)
Hong Jirolu (123)
Hong jirolu ini
merupakan sebuah permainan petak umpet yang seringkali kami mainkan saat pulang
dari Ngaji habis maghrib. Adapun pos untuk hong jirolu yang paling terkenal
adalah teng-tengan alias tiang listrik di dekat rumah Nova. :D Untuk mengawali
permainan ini adalah dengan menentukan si gasang dengan cara hompimpah. Nyanyi
hompimpahnya adalah : hompimpah seje dewe megasang! Atau, hompimpah bedo dewe
menang!
Hong-hongan alias Hong Jirolu, sumber : youtube |
Si megasang/si
gasang harus menutup mata di tiang listrik sembari menghitung satu sampai
sepuluh dan teman-temannya bersembunyi. Macam-macam tempat sembunyi mulai dari
semak belukar, rumah tetangga, hingga panjat pohon. Wakakak.. setelah itu si
gasang harus mencari keberadaan temannya sekali lagi dengan bilang “dul!
(nama)!” lalu lari ke tiang listrik terus menyentuhnya. Tetapi jika seorang
peserta tanpa sepengetahuan si gasang berhasil mendekati tiang listrik dan
menyentuhnya, maka peserta itu dianggap menang. Tetapi saat menyentuh tiang
listriknya harus bilang “hong jirolu!”
Nah, setelah semua
peserta terbagi dua, ada yang menang dan ada yang ‘ke-dul’, maka barisan yang
‘kedul’ harus berbaris dibelakang si gasang, dan si gasang dengan menutup mata
sambil menghadap ke tiang listrik harus memilih nomor berapa yang harus gasang
selanjutnya. Tinggal pilih aja. Nomor satu, atau nomor dua, nomor tiga, dan
seterusnya. Permainan hong jirolu ini biasanya berlangsung hingga setelah isak.
4) Tok Kik
Tok kik merupakan
salah satu cabang dalam permainan petak umpet yang seingat saya dikembangkan
oleh senior kami waktu itu. Muhroni dan Anton. Pada permainan ini biasanya
dimainkan pada waktu malam hari. Sekelompok anak dibagi menjadi dua tim dimana
salah satu tim akan terlebih dahulu berlari untuk sembunyi menyebar.
Persebarannya minta ampun jauhnya! Bisa sampai satu kampung.
Setelah para
anggota tim bersembunyi, kemudian mereka akan berteriak “Tooook” jika tempat
sembunyinya jauh. Berdasar teriakan tersebut, anggota tim satunya harus mencari
anggota tim musuh. Jika kurang jelas, maka si pencari akan meminta yang
bersembunyi untuk bilang “took” lagi. “muni toook” Tetapi jika si yang
bersembunyi berada tidak jauh dari si pencari, dia akan bilang “kik” dengan
nada yang pelan.
Seingat saya
permainan ini hanya bertahan sekitar 3-4 kali permainan saja karena area yang
terlalu luas dan dalam mencari biasanya terlalu kesulitan. Beberapa hal ekstrim
yang pernah saya alami adalah menemukan Muhroni bersembunyi di kuda-kuda atas
kandang kambing, kemudian si Anton yang bersembunyi di tengah belukar. Saya
sendiri pun, pernah bersembunyi di tengah ‘dapuran’ bambu sehingga tidak bisa
ditemukan. Hahaha..
5) Mlembang
Penampakan pohon resede alias gamal, sumber bandungkambingetawa.com |
Jujur ini bukan
permainan. Tetapi waktu itu saya sempat – kelihatannya dua kali melakukan
permainan ini. Tempatnya berada di lereng pinggir sungai daerah Kabongan. Disana
ada rimbunan pohon Resede. Pohon-pohon di tebing itu jelas sudah tinggi-tinggi.
Nah, berdasarkan si pemrakarsa yaitu Fandi, saat itu kami memanjat pohon dari
bagian tebing yang paling tinggi. Setelah itu terus memanjat naik dan membiarkan pohonnya melengkung
bahkan patah supaya kami dapat meraih batang pohon yang lain dibawahnya. Begitu
seterusnya hingga kami tiba di pinggir sungai. Haha.. jika saya ingat ini saya
benar-benar ingin geleng-geleng kepala. :D
6) Sepedaan Ekstrim
ilustrasi sumber lintas gayo |
Sepedaan, siapa
yang tidak suka? Saya juga waktu masih SD sangat suka sepedaan. Sepeda saya
waktu itu merk BMX dengan motif jok belakang belalang tempur serta aksesoris
gambar macan :D. Sepedaan keliling kampung atau lintas kampung pun sudah biasa.
Tetapi ada dua kegiatan sepedaan ekstrim yang saya sukai waktu itu. Yang
pertama adalah sepedaan melintasi hutan di daerah Kebonmojo. Di hutan yang
masih alami itu memang sudah ada jalan setapak. Jalan setapak dihutan itu
sering kami gunakan sebagai trek untuk sepedaan. Ada dua trek, yang pertama
trek pendek dengan turunan biasa, dan trek panjang dengan turunan yang curam
(bila saya tidak terbalik). Nah, kebanggan kami waktu itu adalah jika melewati
turunan dan belokan curam dengan kecepatan tinggi lalu terjatuh. Rasanya, bisa
ketawa lepas sambil merasa bangga banget :D.
Waktu itu sedang
ada acara di tivi yang menayangkan balap motor trail SGP. Salah satu bintangnya
adalah Mark Loram. Terinspirasi dari tayangan tersebut, kami sering bersepeda
di lingkungan Pondok Pabelan dengan gaya-gayaan ala SGP. Gaya khasnya adalah
membelok ke kiri dengan setir dibelokkan ke kanan. Rasanya udah seneng banget.
Apalagi kalau cuaca hujan. Tambah seru, men! :D
SGP, sumber google |
Kelihatannya itulah
beberapa permainan berat yang saya dan teman-teman kampung di Pabelan
gandrungi. Lain kali akan saya update dengan permainan kategori ringan. :D Bagaimana
dengan permainan masa kecilmu, kawan?
Tulisan
ini didedikasikan untuk teman-teman Arvis, Fandi, Zaki, Opick, Maman, Heni,
Anton, Muhroni, dan lain-lain.
Tunggu edisi permainan kategori ringan, ya :D
jaman sekarang udah nggak ada anak2 mainan kya gini lagi ya pak. semua kalah sama gadget :(
ReplyDeleteMasih ada anak2 main permainan tradisional di Indonesia timur. Meski dengan keterbatasan tentunya. @sm3tngada5
DeleteBisa diposting, pak :D
Delete@momtraveler : Betul mbak. Rasa-rasanya kurikulum anak-anak emang harus dijauhkan dahulu dari gadget (minimal pas waktu disekolah) supaya bisa mengerti bagaimana proses sebuah permainan yang membuat sehat, pintar dan penuh sosialisasi :D
ReplyDeleteWaktu kecil, saya paling senang main engkleng dan bola bekel, juga lompat karet. Jadi ingat jaman kecil dulu. Etapi nonton anime setiap minggu pagi, saya masig lho. Kalo lagi pulang ke rumah, tapi.
ReplyDelete@Akarui : komennya banyak banget :D Haha.. engkleng juga namanya.. Bola bekel di tempatku namanya Gatheng :D
ReplyDelete