Monday, August 24, 2015

Permainan Masa Kecil 90an


Ilustrasi, sumber : antaranews.com
Masa kanak-kanak saya berlangsung dari sekitar 1995 hingga 2000an. Tepatnya sebelum era millenium saat Panji Manusia Millenium belum memasuki layar kaca. Baru ada Saras 008 yang panggilnya harus telepon Sambungan Langsung Internasional (SLI)-008 :D

Saat itu teknologi belum canggih. Belum mengenal HP, apalagi internet. Paling canggih ya bermain Gameboy alias Gembot. Atau main ding-dong, ataupun Nintendo dengan Supermarionya. Itupun di tetangga yang kaya :D Saya dan beberapa teman seumuran saja kalau nonton tivi harus ‘nonggo’ alias nonton di tetangga. Tapi kondisinya jauh berbeda dengan saat ini dimana pada waktu itu ketika minggu pagi, maka anak-anak seumuran saya akan dengan setia menonton kartun-kartun dari pukul 7 hingga sekitar pukul 10 :D. Begitu juga pada waktu malam, di tentangga saya itu juga digunakan sebagai tempat nonton tivi oleh warga secara umum. Padahal tivinya hanya tivi warna 14 inch :D tetapi ditonton ramai-ramai. Wkwkwk..

Ngomong-ngomong saat ini saya sedang senggang dan ingin membuka kembali ingatan-ingatan masa lalu tentang permainan-permainan saat kecil saya dulu. Yang mungkin permainan itu berkembang di daerah Muntilan, Magelang dan sekitarnya. Beberapa permainan tersebut akan saya bagi menjadi dua kategori. Berat, dan ringan. Ok langsung saja kita ulas satu per-satu permainan kategori berat!

1)    Ingkling/ Engkleng
Ingkling merupakan salah satu permainan favorit kami saat itu. Tidak hanya didominasi anak laki-laki tetapi anak anak perempuan juga akan ikut jika ada permainan ini. Permainan ini oleh sebagian orang disebut dengan sebutan engklek. Beberapa model ingkling yang sering saya mainkan adalah. Ingkling tangga alias paling sederhana. Model arenanya hanya dengan menggambar kotak-kotak sekitar 4-7 kotak. Cara mainnya mudah saja. Lempar pecahan genteng/batu yang diistilahkan dengan gacuk, mengikuti kotak-kotak yang tersedia. Misal kotak pertama berarti kita harus melompat dengan satu kaki melewati kotak tersebut dan mengambil kembali gacuknya. Semakin lama, gacuk dilempar semakin jauh hingga kotak paling ujung. 

Selain itu, ada ingkling kitiran. Pada model ini cara mainnya agak sedikit berbeda. Cara melempar gacuknya masih sama, tetapi cara melompatnya dengan kombinasi satu kaki, dua kaki dan arahnya memutar.




Kemudian ingkling yang paling saya sukai adalah ingkling setrip. Pada ingkling setrip ini arenanya dibuat seperti kasur. Pada kotak 1-6 peserta harus pelan pelan sambil ingkling mendorong gacuk maju satu kotak-satu kotak.  Jika dalam perjalanannya gacuk tidak terlempar sesuai kotak, maka akan gantian dengan peserta lainnya. Nah, jika gacuk sudah pada kotak 6, tugas selanjutnya adalah mendorong gacuk dengan satu kaki supaya gacuk meluncur mendapatkan angka 100. Jika masih belum dapat 100, maka berlaku akumulasi.

Para peserta ingkling akan berlomba-lomba untuk terlebih dulu mendapatkan angka 100 dan jika sudah ada yang mendapatkannya, maka dia berhak istirahat dan menaruh gacuk pada titik A. Begitu seterusnya sampai gacuk-gacuk menumpuk dan hingga tinggal satu peserta yang belum mendapatkan point 100.


Arena engkleng setrip

Ingkling setrip belum berakhir. Pada tahap ini, peserta terakhir harus rela menjadi penjaga gawang/si gasang sementara anak-anak yang lain akan lari untuk bersembunyi. Adapun cara mengawalinya adalah salah satu pemenang tadi menendang tumpukan gacuk hingga berserakan. Nah, sembari anak-anak berhamburan bersembunyi, si gasang harus menumpuk kembali gacuk-gacuk tadi. Setelah gacuk-gacuk tertumpuk, dia harus mencari teman-temannya tetapi disatu sisi tetap harus menjaga tumpukan gacuk. Sebab, bila tidak dijaga maka tumpukan gacuk tersebut akan ditendang lagi oleh peserta sembunyi yang diam-diam keluar dari persembunyiannya. Jika si gasang menemukan peserta yang bersembunyi maka harus bilang ‘dul! (nama)’ misal ‘Dul, hamid!’ lalu lari dan menginjak tumpukan gacuk tanpa sampai runtuh. Jika runtuh, maka si Hamid berhak bersembunyi lagi. 

Hahaha.. begitu seterusnya hingga terkadang permainan ini tidak selesai-selesai dan tidak jarang berakhir dengan tangisan si gasang yang putus asa atau ditinggal pulang. Wkwkwk..

2)    Jek-jek an
Permainan ini adalah permainan favorit saya di waktu senggang sekolah SD. Permainan ini selain memiliki unsur olahraga lari, juga memiliki unsur ketelitian berstrategi. Kelihatannya berat ya. :D sebenarnya tidak kok! Jadi begini. Sekumpulan anak dibagi menjadi dua tim yang masing-masing tim akan menempati satu pos. Kalau saya dulu, posnya tiang bendera dengan ujung pagar depan SD, dan jika bermain di belakang sekolah, maka posnya adalah pohon mangga dengan pojokan kantor guru SD Pabelan 3. Wkwkwk..
Ilustrasi Jek-jekan, sumber : pring-bamboe.blogspot.com

Cara mainnya, masing-masing anggota tim harus merebut pos lawan dengan menyentuh pos lawan tetapi dengan syarat, tidak tersentuh oleh lawan yang lebih muda menyentuh posnya sendiri. Aduh, bingung ya bahasanya :D. Misal A di pos 1 dan B di pos 2, jika A meninggalkan pos 1 dan menuju pos 2, beberapa saat kemudian B meninggalkan posnya dan menyentuh A, maka si A akan menjadi tawanan pos 2. Tetapi jika si A sanggup menghindari sentuhan si B dan kawan-kawannya dan berhasil menyentuh pos lawan maka timnya dianggap sebagai pemenang. 

Tetapi permainan ini tidak pernah berjalan mulus. Butuh strategi yang kuat untuk dapat merebut pos lawan. Ya itu saya bilang tadi, jika A meninggalkan pos 1 dan ketika sampai di pertengahan, B meninggalkan pos 2 untuk mengejar A, dan pada saat itu si A lari kencang untuk menyentuh posnya sendiri dan berbalik mengejar B dan dapat, maka si B akan jadi tawanan tim A. 

Ketoke kok ruwet ya? :D. Anggota tim B jika ingin membebaskan B maka harus lari dari pos dan menyentuh si B sebelum disentuh oleh tim A. Begitu seterusnya.. Tetapi seingat saya permainan ini selalu seru karena ada dua  strategi yang sering digunakan. Yang pertama adalah ‘ngencek’. Ngencek adalah memancing pemain lawan supaya keluar dari posnya. Begitu dia keluar, maka si pengencek akan lari ke posnya sendiri, lalu teman si pengencek keluar dari pos dan mengejar pemain lawan sebelum pemain lawan itu menyentuh posnya sendiri. :D
Strategi ngencek, dari kompasiana

Kemudian yang kedua adalah ‘ngalang’. Ngalang digunakan saat seorang anggota tim mencari jalan belakang (kadang harus muter sampai belakang sekolah) dan sembunyi-sembunyi tanpa ketahuan anggota tim lawan, dan pelan-pelan menyentuh pos lawan sambil teriak “JEK!” nah.. yang begini ini dinyatakan menang. 

    3) Hong Jirolu (123)

Hong jirolu ini merupakan sebuah permainan petak umpet yang seringkali kami mainkan saat pulang dari Ngaji habis maghrib. Adapun pos untuk hong jirolu yang paling terkenal adalah teng-tengan alias tiang listrik di dekat rumah Nova. :D Untuk mengawali permainan ini adalah dengan menentukan si gasang dengan cara hompimpah. Nyanyi hompimpahnya adalah : hompimpah seje dewe megasang! Atau, hompimpah bedo dewe menang!
Hong-hongan alias Hong Jirolu, sumber : youtube

Si megasang/si gasang harus menutup mata di tiang listrik sembari menghitung satu sampai sepuluh dan teman-temannya bersembunyi. Macam-macam tempat sembunyi mulai dari semak belukar, rumah tetangga, hingga panjat pohon. Wakakak.. setelah itu si gasang harus mencari keberadaan temannya sekali lagi dengan bilang “dul! (nama)!” lalu lari ke tiang listrik terus menyentuhnya. Tetapi jika seorang peserta tanpa sepengetahuan si gasang berhasil mendekati tiang listrik dan menyentuhnya, maka peserta itu dianggap menang. Tetapi saat menyentuh tiang listriknya harus bilang “hong jirolu!”

Nah, setelah semua peserta terbagi dua, ada yang menang dan ada yang ‘ke-dul’, maka barisan yang ‘kedul’ harus berbaris dibelakang si gasang, dan si gasang dengan menutup mata sambil menghadap ke tiang listrik harus memilih nomor berapa yang harus gasang selanjutnya. Tinggal pilih aja. Nomor satu, atau nomor dua, nomor tiga, dan seterusnya. Permainan hong jirolu ini biasanya berlangsung hingga setelah isak.

4)    Tok Kik
Tok kik merupakan salah satu cabang dalam permainan petak umpet yang seingat saya dikembangkan oleh senior kami waktu itu. Muhroni dan Anton. Pada permainan ini biasanya dimainkan pada waktu malam hari. Sekelompok anak dibagi menjadi dua tim dimana salah satu tim akan terlebih dahulu berlari untuk sembunyi menyebar. Persebarannya minta ampun jauhnya! Bisa sampai satu kampung. 

Setelah para anggota tim bersembunyi, kemudian mereka akan berteriak “Tooook” jika tempat sembunyinya jauh. Berdasar teriakan tersebut, anggota tim satunya harus mencari anggota tim musuh. Jika kurang jelas, maka si pencari akan meminta yang bersembunyi untuk bilang “took” lagi. “muni toook” Tetapi jika si yang bersembunyi berada tidak jauh dari si pencari, dia akan bilang “kik” dengan nada yang pelan. 

Seingat saya permainan ini hanya bertahan sekitar 3-4 kali permainan saja karena area yang terlalu luas dan dalam mencari biasanya terlalu kesulitan. Beberapa hal ekstrim yang pernah saya alami adalah menemukan Muhroni bersembunyi di kuda-kuda atas kandang kambing, kemudian si Anton yang bersembunyi di tengah belukar. Saya sendiri pun, pernah bersembunyi di tengah ‘dapuran’ bambu sehingga tidak bisa ditemukan. Hahaha..

5)    Mlembang 
Penampakan pohon resede alias gamal, sumber bandungkambingetawa.com

Jujur ini bukan permainan. Tetapi waktu itu saya sempat – kelihatannya dua kali melakukan permainan ini. Tempatnya berada di lereng pinggir sungai daerah Kabongan. Disana ada rimbunan pohon Resede. Pohon-pohon di tebing itu jelas sudah tinggi-tinggi. Nah, berdasarkan si pemrakarsa yaitu Fandi, saat itu kami memanjat pohon dari bagian tebing yang paling tinggi. Setelah itu terus memanjat  naik dan membiarkan pohonnya melengkung bahkan patah supaya kami dapat meraih batang pohon yang lain dibawahnya. Begitu seterusnya hingga kami tiba di pinggir sungai. Haha.. jika saya ingat ini saya benar-benar ingin geleng-geleng kepala. :D

6)    Sepedaan Ekstrim
ilustrasi sumber lintas gayo

Sepedaan, siapa yang tidak suka? Saya juga waktu masih SD sangat suka sepedaan. Sepeda saya waktu itu merk BMX dengan motif jok belakang belalang tempur serta aksesoris gambar macan :D. Sepedaan keliling kampung atau lintas kampung pun sudah biasa. Tetapi ada dua kegiatan sepedaan ekstrim yang saya sukai waktu itu. Yang pertama adalah sepedaan melintasi hutan di daerah Kebonmojo. Di hutan yang masih alami itu memang sudah ada jalan setapak. Jalan setapak dihutan itu sering kami gunakan sebagai trek untuk sepedaan. Ada dua trek, yang pertama trek pendek dengan turunan biasa, dan trek panjang dengan turunan yang curam (bila saya tidak terbalik). Nah, kebanggan kami waktu itu adalah jika melewati turunan dan belokan curam dengan kecepatan tinggi lalu terjatuh. Rasanya, bisa ketawa lepas sambil merasa bangga banget :D.

Waktu itu sedang ada acara di tivi yang menayangkan balap motor trail SGP. Salah satu bintangnya adalah Mark Loram. Terinspirasi dari tayangan tersebut, kami sering bersepeda di lingkungan Pondok Pabelan dengan gaya-gayaan ala SGP. Gaya khasnya adalah membelok ke kiri dengan setir dibelokkan ke kanan. Rasanya udah seneng banget. Apalagi kalau cuaca hujan. Tambah seru, men! :D
SGP, sumber google
 
Kelihatannya itulah beberapa permainan berat yang saya dan teman-teman kampung di Pabelan gandrungi. Lain kali akan saya update dengan permainan kategori ringan. :D Bagaimana dengan permainan masa kecilmu, kawan?

Tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman Arvis, Fandi, Zaki, Opick, Maman, Heni, Anton, Muhroni, dan lain-lain.

Tunggu edisi permainan kategori ringan, ya :D


6 comments:

  1. jaman sekarang udah nggak ada anak2 mainan kya gini lagi ya pak. semua kalah sama gadget :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih ada anak2 main permainan tradisional di Indonesia timur. Meski dengan keterbatasan tentunya. @sm3tngada5

      Delete
  2. @momtraveler : Betul mbak. Rasa-rasanya kurikulum anak-anak emang harus dijauhkan dahulu dari gadget (minimal pas waktu disekolah) supaya bisa mengerti bagaimana proses sebuah permainan yang membuat sehat, pintar dan penuh sosialisasi :D

    ReplyDelete
  3. Waktu kecil, saya paling senang main engkleng dan bola bekel, juga lompat karet. Jadi ingat jaman kecil dulu. Etapi nonton anime setiap minggu pagi, saya masig lho. Kalo lagi pulang ke rumah, tapi.

    ReplyDelete
  4. @Akarui : komennya banyak banget :D Haha.. engkleng juga namanya.. Bola bekel di tempatku namanya Gatheng :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...