Wednesday, December 30, 2015

Ekspedisi Boja, Sejarah-Sejarah Yang Terlupakan

Di hari Sabtu yang dingin, saya bingung hendak melakukan apa. Toh diluar juga hujan. Dan berdasarkan laporan anak buah yang berada di kawasan Semarang Barat Laut, cuaca terpantau mendung, gerimis bahkan hujan. Akhirnya saya pun kembali menarik selimut hingga pukul 9 pagi.

Rupanya hari sudah mulai cerah. Dan pikirian terbersit untuk membeyond, istilah lain dari jalan-jalan. Karena beberapa waktu lalu saya sudah pernah lewat Boja dan melihat beberapa bangunan menarik disana, akhirnya Sabtu 19 Desember lalu saya putuskan untuk mengunjunginya secara lebih serius, mendalam, dan tidak grusah grusuh.

Perjalanan pagi menjelang siang melewati kawasan Gunungpati yang terpantau mendung. Beberapa penjual durian tampaknya sudah menunggu pembeli. Di sebelah selatan tampak Gunung Ungaran yang terlihat cerah. Dan beberapa warga terlihat menjalani aktivitas di petak-petak sawah yang cantik.

Gunung Ungaran dari Karangsari Gunungpati

Terasering di Mijen

Shogun kemudian melaju melalui jalan-jalan yang mulus dan sampailah di Kota Boja. Boja, merupakan sebuah Kecamatan di Kabupaten Kendal yang secara historis cukup lekat sejarahnya dengan kerajaan Mataram Kuno. Dari beberapa referensi yang saya baca, di daerah Boja dan sekitarnya juga dijumpai banyak situs bebatuan candi, yoni, dan reruntuhan candi. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, warga kawasan Mijen – yang berbatasan dengan Boja, dihebohkan dengan penemuan struktur candi yang diperkirakan berasal dari jaman Mataram Kuno.

Dalam musim penghujan seperti ini, saya tidak ingin bepergian terlalu lama. Takut kehujanan. Alhasil, beberapa tempat situs candi yang awalnya saya rencanakan untuk saya kunjungi, saya kesampingkan terlebih dahulu. Lagipula, saya tidak terlalu ahli dalam perbatuan. Ahli percandian yang kawan saya diantaranya Mas Jowo Indra Oktora, Wedana Gusta, dan Anjar Nurhadi.

Tujuan awal saya di Kota Boja sebenarnya hanya ingin mengulik sejarah gedung tua pusat pemerintahan Boja, kala itu. Boja, merupakan sebuah kawasan kecamatan yang cukup padat, dengan jalan utama bernama Jalan Pemuda. Sepanjang jalan tampak mobil-mobil, angkot, dokar dengan ban mobil, dan sepeda-sepeda yang berlalu lalang. Pusat kegiatan mereka terkonsentrasi di sekitar Pasar Boja. Beberapa bagian di bahu jalan tampak tergenang air menandakan drainase tata kota yang buruk. Angkot-angkot terlihat berhenti sembarangan tanpa menghiraukan kemacetan yang diakibatkannya.

Monumen yang Terlupakan
Tepat di depan Pasar Boja, saat ini digunakan sebagai Terminal. Tata lokasinya cukup semrawut. Disana terlihat sebuah patung pejuang yang tampak tidak diperhatikan. Kondisinya tidak begitu baik. Patung itu menggambarkan seorang pejuang kemerekaan dengan gagah membawa bendera merah putih ditangan kanan dan tangan satunya menenteng sten gun. Pondasinya merupakan sebuah relief perjuangan yang catnya sudah usang.

Monumen Perjuangan Rakyat Boja
Monumen tersebut rupanya dibangun pada tahun 1973 sebagai tindak lanjut dari perintah Bupati Kendal kala itu untuk mengenang heroiknya pertempuran di Boja. Dikisahkan saat itu tentara Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia, tiba di daerah Kaliwungu. Para pejuang dari Boja berkumpul di Gedung Kawedanan – yang saat ini berada di depan terminal Boja. Berdasarkan informasi yang tersampaikan, para pejuang pun menghadang pasukan Belanda di Jembatan Kalibodri antara Boja – Kaliwungu. Baku tembak pun tak terhindarkan. Karena kurangnya pasukan dan persenjataan akhirnya pejuang kemerdekaan mengalah mundur ke Kota Boja dan melakukan bumi hangus pada beberapa bangunan untuk menghindari supaya tidak digunakan Belanda sebagai markas.

Untuk mengenang semangat para pejuang dan para korban yang gugur, maka dibangunlah sebuah monumen. Monumen Perjuangan itu kini terlihat sepi, tidak banyak yang mengenalnya. Didepannya bahkan dipasang pagar dan merupakan tempat pedagang berjualan. Lebih memprihatinkannya, didekat monumen tersebut justru digunakan untuk membuang sampah.

Kawedanan Boja
Bangunan itu tampak gagah, kuno, dan menarik bagi saya. Lokasinya ada di depan Pasar Boja yang juga terdapat Monumen Perjuangan. Lahan depannya kini dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten Kendal untuk terminal penumpang. Siang itu, tampak beberapa bis parkir mepet dengan rumah tua itu. Saya pun menjadi kesulitan motret.

Eks Kawedanan Boja tampak depan (2015)
Berbekal foto lawas koleksi kitlv.nl, saya pun menelisik keberadaan Controllerhuis Boja yang bila ditafsirkan adalah Gedung Pengawas Perkebunan Boja. Dan alangkah terkejutnya saya saat menjumpai bagian depan rumah tersebut tidak sama! Jangan – jangan keliru.. saya pun lantas memarkir motor dan berkeliling sejenak. Ada seorang bapak yang sedang momong anaknya di bagian belakang gedung. Pria itu bernama Dadang, warga asli Boja yang sedikit banyak tahu tentang gedung Kawedanan Boja itu.

Eks Kawedanan Boja

Eks Kawedanan Boja tampak belakang

bagian sayap

bagian sayap





Begitu saya sodorkan foto lawas itu, ia lalu terbayang bahwa memang dahulu bangunan depan seperti pada foto. Yaitu ada terasnya atau pendopo. Namun saat ini teras pendopo tersebut sudah ditutup. Benar saja, bangunan depan memang memiliki bentuk kaca-kaca jendela yang lebih modern. Kira-kira bangunan tahun 1960an.

Menurut informasi dari Dadang, ia memang ingat bahwa dahulu semasa gedung itu digunakan sebagai Kawedanan, masih banyak tanaman-tanaman kebun yang ada di depan dan di belakang gedung. Kawedanan Boja sebelumnya berada di Kantor yang saat ini digunakan sebagai Kantor Kecamatan. Baru kemudian, pada tahun 1940an, dipindah ke bekas Gedung Pengawas Perkebunan.

Menurut data sejarah yang saya dapatkan, Gedung Kawedanan Boja itu dibangun pada kisaran 1800an akhir dan digunakan sebagai Gedung Pengawas Perkebunan Wilayah Boja. Perkebunan itu meliputi kebun Medini, Merbuh, Sringin, Biting dan Getas Kecil. Komoditinya berupa teh, jati, kopi dan karet. Wilayah itu membawahi wilayah Mijen, Boja dan Singorojo.

Pada era Jepang, gedung itu diduduki Jepang dan digunakan sebagai markas komando militer. Dan pada era pasca kemerdekaan digunakan sebagai Kantor Wedana Boja. Wilayah Kawedanan Boja saat itu membawahi empat kecamatan yaitu Mijen, Limbangan, Boja dan Singorojo. Namun seiring perkembangan tata kota dan administrasi, Mijen akhirnya masuk bagian dari Kota Semarang sehingga tinggal tiga kecamatan saja. Wedana Boja bertugas mengkoordinasikan para camat atau asisten wedana dan bertanggungjawab kepada Bupati Kendal. Dan kantor Kawedanan Boja itu digunakan aktif sebelum akhirnya kosong karena penghapusan Kawedanan sekitar tahun 2000.

Beruntung, saat itu saya bertemu dengan seorang pegawai Dishub disana. Saya akhirnya dipersilakan masuk ke ruang utama atau pendopo yang saat ini digunakan sebagai lapangan badminton. Yah.. benar! Jika saya bandingkan, memang betul gedung ini adalah bekas Gedung Pengawas Perkebunan. Ada dua pintu dan tiga jendela yang menguatkan bukti dugaan. Selain itu, sambungan antara bangunan asli dan baru, terlihat dari bagian luar gedung.

de controleurswoning te Bodja bij Semarang (KITLV)

Bekas teras yang digunakan sebagai aula lapangan badminton


Garis merah atas merupakan bekas alur atap asli, garis merah bawah merupakan alur lantai teras asli dan terundak
Menurut informasi dari Suara Merdeka, gedung itu pernah direncanakan pemerintah untuk dibangun menjadi pusat pertokoan atau pusat ekonomi. Tetapi masyarakat Boja tidak setuju karena selain memiliki nilai sejarah, gedung itu juga tampak artistik.

Kondisi gedung saat ini terkesan biasa saja. Beberapa bangunan sayap sudah dialihfungsikan sebagai toko dengan rolling door. Dan satu ruangan digunakan sebagai kantor terminal. Tidak begitu merana, tapi tidak juga begitu tergali potensinya. Tetapi dalam benak saya, alangkah baiknya gedung ini bisa difungsikan sebagai sarana edukasi masyarakat tentang sejarah. Bisa jadi untuk menampung sejarah perkebunan atau lebih jauh lagi digunakan sebagai Museum Perkebunan Boja.

Perjalanan saya berlanjut untuk sekedar jalan-jalan dan melihat daerah Boja dari perspektif saya. Tidak jauh darisitu, tampak sebuah bangunan tua yang kini digunakan sebagai Pegadaian. Setelah meminta ijin, kemudian saya juga dipersilakan untuk memotret bagian bangunan yang hingga kini digunakan sebagai rumah dinas. Bangunan yang cantik.

Pegadaian Boja
Pegadaian Boja

Dari Boja, saya melanjutkan langkah ke arah Singorojo. Saat saya lewat tahun 2010 silam, disana ada sebuah rumah tua yang digunakan sebagai kantor Polsek. Namun sekarang Polsek Singorojo sudah menempati bangunan baru. Dan bangunan lawas yang ada di areal perkebunan Merbuh itu saat ini digunakan sebagai tempat transit para pekerja perkebunan.

Bekas Polsek Singorojo

Bekas Polsek Singorojo


Sedangkan bangunan ikonik lain yang tidak kalah cantik adalah rumah tinggal di sebelah Kantor Perkebunan Merbuh. Rumah itu nampaknya adalah bekas kantor yang asli. Bangunannya besar, cantik dan memiliki tegel warna yang masih kinclong. Berdasarkan bincang-bincang saya dengan pegawai kantor disana, saya dibercandai bahwa didalam rumah itu ada wanita cantik. Barangkali yang dimaksud adalah rumah tersebut horror. Hii.
Rumah tinggal yang dahulu merupakan kantor Afdeling Kalipat Kebun Merbuh


Ciri khas atap utama memiliki kubah

Tegel yang kinclong
Setelah merasa cukup, saya pun memutar motor untuk pulang. Tapi tak dinyana, pandangan saya terhenti pada sebuah bangunan ndongkrok tidak jauh dari Polsek Boja. Entah saya yang sudah terlalu hafal dengan bioskop, atau terlalu master bioskop, saya menduga bangunan itu adalah bekas bioskop. Sebelum akhirnya saya memarkir motor, saya browsing sebentar dan benar, pernah ada bioskop Boja.

Saya pun berhenti didepan gedung tak terpakai itu. Pada bagian depan kanan kiri, kini digunakan sebagai kios. Salah satunya mengiyakan bahwa benar bangunan itu merupakan bekas bioskop Boja.

Bekas Bioskop Boja
Bioskop ini saya duga merupakan bioskop kelas bawah dengan pintu yang kecil dan loket yang hanya berjumlah satu. Ada motif tegel unik di bagian depan yang hanya berukuran sekitar 2 meter persegi itu. Begitu masuk, saya diperlihatkan sebuah konstruksi teater yang datar. Tidak menggunakan tatanan kursi miring. Entah memang sudah dibongkar, tetapi kelihatannya tidak. Seperti konstruksi di bekas bioskop Rita, Ungaran. Selain itu, juga masih ada bekas toilet yang saat ini kondisinya kumuh.

Bekas Loket Bioskop Boja

Bekas Theater Bioskop Boja

Bekas instalasi toilet bioskop Boja

Tegel unik halaman depan Bioskop Boja



**
Perjumpaan saya dengan bekas Bioskop Boja tadi sekaligus merupakan akhir dari kegiatan Mbeyond saya di Boja. Dan pembaca harap sabar menantikan liputan-liputan menarik lainnya khas Beyond The Traveling hanya di blog Mas Hamid Anwar ;)


Tugu Masuk Boja dari arah timur


Tugu masuk Boja dari arah barat (tinggal satu biji)
 
Rumah bergaya kuno tetapi sebenarnya tidak kuno

Rumah kuno yang sudah kalah tinggi dengan jalan raya, Boja




Kebun Jati

Kebun Karet

Kebun Merbuh



25 comments:

  1. wahhh..banyak harta karun antiknya tuh kayaknya, hehe

    kunjungi juga blogku ya mas http://www.idiotraveler.com

    ReplyDelete
  2. @Abenx : betul mas.. ok saya luncur

    ReplyDelete
  3. wahhhh keren, langsung masukin ke dalam list yang pengen dimampirin. Paling ga tahan liat bangunan-bangunan lama gitu. Makasih info nya mas :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.. silakan mas. Jangan lupa minta ijin jika mau lihat-lihat. ;)

      Delete
  4. Waaaah boja, kok gak mampir rumah saya mas hehehe :D
    Makasih sudah mengulik sejarah tempat saya dibesarkan meski bukan tempat kelahiran saya sih :)))

    ReplyDelete
  5. Bangunan pabrik latex di getas kecil dan rumah dinasnya masih epic, gaya kuno..
    Rumah penduduk di dekat pabrik juga masih banyak yang bertahan dengan model kunonya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum sempat ngulik yang di perkebunannya. Maybe situ sudah pernah?

      Delete
    2. Hampir sering lewat situ...rumahku deket soalnya

      Delete
  6. mantap mas, di pertigaan tampingan (arah boja semarang susukan) juga ada rumah gede, kayanya bekas bangunan belanda juga

    ReplyDelete
  7. Kebetulan saya lahir dan tinggal di Boja, jika berkenan utk mereview kembali soal Boja dengan senang hati saya akan membantu, kebetulan tetangga saya seorang veteran dan pelaku sejarah yang sampai sekarang beliau masih bisa mengingat pun bercerita dengan runtut soal Boja dan baik sebelum dan setelah era kemerdekaan. Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Informasi yang bagus mas. Barangkali lain waktu ada waktu senggang ya mas. :)

      Hamid Anwar

      Delete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. Kyk e bgus klo bioskop diaktifkn lg. Hehehe

    Toh jg pstinya seru

    ReplyDelete
  10. Keren mas
    Ada yg tahu sejarah Wedana Boja gak ya?
    Kata Kakekku dulu, kakek buyutku wedana Boja tahun 1900 an.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, mas
      tetapi saya tidak punya data sama sekali tentang personil Wedana boja tersebut.

      Delete
  11. Makasih mas.. Bbrp hal baru saya tau dr tempat saya hehe

    ReplyDelete
  12. saya tunggu tulisan khusus mantan-mantan gedung bioskop di kabupaten kendal, setahu saya ada di Kendal, Cepiring, Weleri, Penanggulan(Pegandon, ini gedungnya masih ada) eh ternyata di Boja juga ada

    ReplyDelete
  13. Memang harus diperhatikan lagi gedhung² yang lain kalau yang di Boja kan sudah ada yang dimanfaatkan seperti gedung pegadaian la semoga yang lain bisa tetap terawat. Saya sebagai orang yang tinggal di sekitaran situ sangat tertarik dengan gedung² tuwa atau bersejarah

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...