Pukul
sembilan pagi, setelah berkemas-kemas kami segera berangkat. Semenjak punya
anak, kegiatan berkemas-kemas ini menjadi berkali kali lebih lama, dan lebih
repot. Apalagi, Dayu masih bayi satu tahunan.
Berbekal
ijin dari atasan untuk keperluan liburan, hari ini Rabu (4/1/17) kami bertiga
berangkat ke Jepara. Sebenarnya liburan ini saya konsep untuk dibuat liburan
akhir tahun, Desember 2016 lalu. Bahkan saya sudah sempat book hotel juga.
Iseng –iseng book online, padahal deket. Hehehe. Namun karena saat itu Tika
sedang datang bulan, akhirnya kami sepakat menunda dua minggu keberangkatan
kami. Dan ternyata ini malah pas dua tahun tanggal pernikahan kami. :D
Sebagai
teman perjalanan kami selalu stay tune di 105,6 FM dan juga memantau
perkembangan lalu lintas di media sosial milik Kelana Kota. Dan informasi yang
diterima kalau daerah keluar tol Kaligawe terpantau genangan rob dan lalu
lintas tersendat. Saya pun memutuskan keluar tol di Gayamsari dan lewat
Bangetayu, Genuk.
Begitu
masuk jalur pantura, perjalanan terasa lancar jaya. Ada beberapa jalan
berlubang, sih. Dayu terlihat senang sekali. Ini adalah kegiatan liburannya
pertama kali dengan jarak yang agak jauh. Selain mudik, tentunya.
Sesampainya
di Demak kota, Sico berbelok sebentar parkir di alun-alun. Waktu menunjukkan
hampir pukul sebelas siang. Kami rehat sejenak di Masjid Agung sambil
membiarkan Dayu berlari-larian, supaya tidak bosan duduk terus. Ternyata
Alun-alun Demak kini sudah tertata sedemikian cantik. Begitu juga dengan
penataan kawasan Masjidnya yang lebih bersih dan teratur. Bahkan, sekarang
sudah ada museumnya juga. Meski sekarang terasa lebih panas, sih karena seluruh
lantai pelataran ditutup menggunakan batu alam. Bukan dengan konblok bolong
yang bisa ditumbuhi rerumputan.
Lepas
kota Demak, kami melaju melalui alternatif Trengguli – Welahan. Sambil melihat
lihat barangkali ada tempat makan yang cocok untuk istirahat. Sebentar-sebentar
kok istirahat, ya :D. Beberapa waktu lalu saya sempat browsing dan menemukan
beberapa review untuk RM. Madani yang ada di daerah Kalinyamatan. Begitu Tika
saya kasih tahu, eh ianya malah sudah beberapa kali lihat spanduk/iklan di tepi
jalan.
“Wah
berarti lumayan recommended, nih tempatnya” batin saya karena ada bukti
konkret. Wkwkwk
Owalah
ternyata rumah makan ini berada beberapa ratus meter saja dari pertigaan Gotri
– Kalinyamatan. Berada di kiri jalan dengan parkir yang mudah. Bentuknya
semacam pendopo dengan pilihan meja kursi, lesehan, dan taman. Menu yang
diandalkan disana adalah Nasi Pindul dan Ayam Kremes.
Karena
sama-sama penisirin, kami pun memesan dua porsi Nasi Pindul. Woalah, ternyata
ini semacam nasi gandul Pati, yang disajikan dipiring dengan alas daun pisang. Isinya
nasi, irisan daging sapi, irisan daun bawang/loncang, irisan tomat, brambang
goreng, dan disiram kuah agak kecokelatan. Rasanya cenderung manis. Saat menu
disajikan, saat itu pula teman makan ikut diantar. Ada beberapa potong tempe,
tahu, perkedel dan sate usus. Dayu sendiri malah sedang tidak selera makan. Ia
hanya mau mencemil beberapa kerupuk. Mencoba makan perkedel eh malah kepedesen
merica. Huhuhu..
Hanya
saja proses clean up di RM ini kurang
baik. Tampak disebelah tempat duduk saya ada piring bekas makan orang yang
tidak segera di ambil. Padahal kremesnya masih banyak. Mentolo tak jikuk ae
kremesane. :p
Kenyang
makan, kami pun segera tancap gas menuju ke Jepara. Wes kakean leran leren. Di bilangan Pecangaan, terpantau hujan
cukup lebat. Tapi hanya beberapa saat saja. Karena begitu kami masuk kota
Jepara, cuaca berangsur membaik. Alhamdulillah. Jam satu siang, kami menepikan
Sico di deretan show room ukir di
daerah Tahunan. Yak betul kami mau mipik alias mborong, saudara-saudara. Eh
bukan ding. Kami mampir untuk shalat dhuhur. Dayu sejak hujan deras malah tidur
pulas. Yasudah, sementara ia tidur kita tinggal shalat saja. Selesai shalat mau
lanjut perjalanan kok Dayu masih terlihat damai ngelempusnya. Jadi kasihan
kalau mau dipaksa gendong. Jadi deh kita tunggu barang sepuluh lima belas
menitan dulu.
Sembari
menunggu, buka dulu google map dan cek rekomendasi rute ke Pantai Kartini.
Meski saya sudah beberapa kali ke Jepara, saya belum pernah ke Pantai Kartini.
**
“Kuwi
koe salah masuk. Mungkin kowe langsung kiri. Kuwi ki Pelabuhan, dudu parkirane
mbahmu, dudu parkirane Mbah Sakdan”
Ucap
teman saya, Arvis diujung telepon.
Lha
iya, kami begitu masuk ke loket Pantai Kartini, terlihat beberapa mobil
berjejer. Saya kira itu adalah parkirannya. Eh ternyata setelah didekati, itu
adalah pelabuhan Jepara.
“Lha
kok pantainya gini doang?” batin saya
“Lha
kura-kurane sing gede endi?” tanya saya ke Arvis.
Sembari
melihat lihat sekitar, dan melajukan mobil pelan-pelan akhirnya kami pun sampai
di Kura-kura Ocean Park yang bisa dibilang adalah salah satu landmarknya wisata
Jepara. Lha ini yang saya cari.
Di
dekat situ sebenarnya ada sebuah kolam renang dengan beberapa seluncuran. Tapi
ternyata sedang kena rob, sehingga terkesan kumuh dan kotor. Ada beberapa anak
usia SD yang berenang kesana kemari minta dilempar receh. “Om lempar koin om..
“ “Om, telolet om..”
Dayu
pun sudah terbangun dan terkaget melihat laut. Sebenarnya ini kedua kalinya
Dayu melihat laut. Tapi mungkin yang pertama dulu ia belum begitu mudeng. Ia
tampak senang melihat air yang bergemuruh menerjang bibir pantai.
Kemudian,
kami arahkan Sico ke parkiran si kura-kura besar. Disana ada beberapa tukang
foto langsung jadi dengan harga 10ribuan. Ya.. cukup worth it, pikir saya. Tapi entar dulu, deh. Sekarang jadwalnya Dayu
harus segera makan supaya tidak busung lapar. Dia pun habis makan bekal
nagasari dan beberapa suap nasi.
Untuk
memasuki si kura-kura besar, kami harus bayar tiket per orang 12,500,-. Di
dalamnya berisi akuarium-akuarium – beberapa diantaranya raksasa. Ada ikan ikan
kecil baik itu air laut maupun air tawar hingga ikan hiu ada disana. Dayu
sendiri lebih tertarik melihat akuarium berisi ikan laut warna-warni sambil
teriak-teriak kegirangan.
**
Menjelang
pukul setengah empat sore, kami berhasil sampai di Teluk Awur untuk
beristirahat di Jepara Beach Hotel yang sudah saya pesan beberapa waktu
sebelumnya. Hotel ini menawarkan view ke laut lepas pantai Teluk Awur dengan
fasilitas yang lumayan bagus. Resepsionis menyambut saya dengan ramah dan
hangat sambil menjelaskan beberapa fasilitas yang bisa digunakan serta
menawarkan menu sarapan pagi apa yang akan kami pesan esok hari.
Kamar
kami dilengkapi dengan balkon yang bisa melihat langsung ke laut Jawa dari
lantai dua. Setelah memandikan Dayu, sebenarnya kami ingin segera beristirahat.
Tetapi apa daya karena Dayu masih ngajak bermain berdiri di balkon. Mungkin dia
senang kali ya, bisa melihat lautan lepas dengan deru ombaknya.
Sore
itu, setelah membuat kopi, saya dan Dayu menghabiskan waktu untuk menunggu sunset di balkon. Tetapi cuaca begitu mendung
sehingga sunset tidak tampak jelas.
Tampak beberapa warga menghabiskan waktu di pantai. Pantai yang cukup kotor,
menurut saya.
**
Setelah
maghrib, saya berkoar-koar ke Tika untuk mengajaknya mencicipi Pindang Serani.
Makanan khas Jepara yang saya sudah jatuh hati, meski harganya menguras
kantong. Tika pun manut saja hingga kami sampai di Shopping Center Jepara
(SCJ), sebuah tempat kuliner di pusat kota Jepara.
Saya
mengajak Arvis dan Andi untuk ikut kumpul bareng. Saya memesan Pindang Serani
satu porsi dan dua nasi, sementara teman saya masing masing pesan nasi goreng.
Si Dayu sendiri, kami belikan martabak manis supaya ia mau makan.
Tak
dinyana, citarasa masakan ini tidak cocok di lidah Tika, malah akhirnya porsi
tadi dibantu Arvis untuk menghabiskan. Masakan ini adalah ikan yang diolah
dengan bumbu rempah dengan citarasa hangat dan pedas namun kuahnya terasa
ringan. Bagi saya, rasa ini adalah termasuk rasa yang pernah ada. Eh maksudnya
rasa yang cocok di lidah saya.
Selesai
makan, saya berbisik ke Arvis
“Nasi
gorenge bayar dewe yo vis”
Salahe
waktu ulang tahun tidak nraktir sih :p
Sebagai
orang tua yang baik, jam 9 malam akhirnya kami pamitan dengan Arvis dan Andi
untuk pulang ke hotel. Kasihan Dayu pasti juga sudah capek dan ngantuk.
**
Selamat
pagi, Jepara. Semalam, kasur hotel kami turunkan ke lantai, supaya Dayu tidak
ngglundung. Hehehe. Pagi jam setengah lima, terdengar suara gemerisik diluar.
Wah, ternyata hujan deras.
Harapan
saya untuk nyemplung di kolam renang, sirna sudah. Karena hujan berlangsung
lama kira kira hingga pukul sembilan pagi. Sarapan yang awalnya saya pesan
untuk dimakan ditaman luar menghadap ke pantai, akhirnya saya alihkan untuk
diantar ke kamar saja.
Dayu
sudah mandi kamipun segera sarapan. Menu sarapan di hotel ini tergolong enak,
enak sekali malah. Pukul sembilan pagi, akhirnya kami check out ditengah rintik
hujan. Suasana menjadi galau, karena saya tidak jadi mengajak renang Dayu di
kolam. Hikz hikz.
Ditengah
rintik hujan, kami berspekulasi menuju ke Pantai Bandengan. Dengan harapan sesampainya
disana cuaca segera membaik. Meski pukul sembilan pagi, tetapi karena cuaca
mendung, rasanya masih seperti jam enam saja.
Wow,
Pantai Bandengan kini sudah banyak berubah. Terakhir saya kesana lima tahun
yang lalu dan masih belum begitu tertata. Alhamdulillah, cuaca berangsur
membaik. Kami pun muter muter sejenak karena suasana masih sepi. Melihat salah
satu warung makan yang viral di media sosial karena berhasil menggerogoti
kantong wisatawan. Warung itu tampaknya tutup dan papan namanya sudah dicopot.
“modiar cocotmu” batin saya.
Setelah
memarkir mobil dan ganti baju di mobil pula, kami segera nyemplung ke Pantai.
Lumayan, ah sepi. Para penjual jasa sewa pelampung baru mulai menata
dagangannya. Sementara Dayu sudah heboh aja menunjuk-nunjuk pelampung berbentuk
bebek.
Begitu
nyemplung, awalnya Dayu masih takut-takut. Ini pertamanya dia nyemplung ke
pantai. Dengan ombak yang tenang dan hamparan pantai yang dangkal, kami pun
keciplak keciblung dengan damai. Karena pengunjung lain juga belum banyak. Bisa
dihitung dengan jari.
Setelah
sekitar setengah jam dan jemari si bayi mulai berkeriput, saatnya ia kami
angkat untuk mentas. Dengan sepenuh kekuatan, ia meronta minta untuk tetap
bermain air. Dan drama berakhir di kamar mandi bilas saat Dayu mungkin merasa
kedinginan digebyur pakai air tawar. Setelah itu, dia pun anteng. Alhamdulillah
:)
Dari
Bandengan, perjalanan kami selanjutnya adalah menuju ke pulau Dewata alias
Bali. Bali nang Ungaran. Sambil perjalanan pulang, kami mengisi perut dulu
dengan beli makan di daerah Senenan, dekat dengan RSUD RA Kartini.
Alhamdulillah
perjalanan pulang tergolong lancar. Mampir shalat dhuhur di daerah Welahan,
mampir beli kerupuik di Trengguli, dan beli buah naga di Demak. Pukul empat
sore, akhirnya kami berhasil sampai rumah dengan selamat. Alhamdulillah :)
Jepara Beach Hotel,
Jl. Undip No. 1
Teluk Awur JEPARA
Telp 0291-592215
No comments:
Post a Comment