Dibandingkan
semasa lajang dulu, jalan-jalan selepas menikah dan memiliki anak merupakan
kegiatan yang gampang-gampang mudah. Passion saya memang selalu ingin
jalan-jalan. Selepas berkeluarga, paling tidak dalam satu tahun bisa bepergian
keluar kota 2-3 kali sudah bagus. Karena kalau keseringan bisa-bisa dapur tak
lagi mengepul, karena sudah pakai kompor gas sehingga tidak ada asap mengepul
lagi.
**
“Ayo
mah, bangun ini sudah jam dua lho” bisik saya kepada istri.
“Ayo
prepare. Jam tiga kita jadi berangkat ke Stasiun Tawang, lho!” Sambung saya.
Pagi
itu, kami terbangun ketika tetangga tengah terlelap tidur. Sebagaimana hadits,
maka sebenarnya bangun malam di sepertiga malam terakhir adalah sebuah
ibadah kalau selepas bangun bisa segera
wudhu dan shalat malam. Kalau habis indehoy, ya harus mandi dulu.
Natsbee Honey Lemon, jangan lupa masukkan ransel sebagai bekal. |
Terlihat
anak kami, Dayu masih terlihat tidur pulas. Namun, mendengar orang tuanya
berisik di ruang belakang, ia justru ikut bangun.
“Nggak
usah mandi saja. Nanti sesampainya di Purwokerto kita transit makan terus
berenang, lagian kalau mandi wong ya dingin” ajak saya kepada Tika.
Kontrakan
kami berada di sebuah perumahan kelas menengah ke bawah dengan tanpa carport
dan nggak punya garasi pula. Maka kami harus membawa barang-barang berjalan
sebentar ke parkiran umum yang jaraknya lumayan jauh. Kira-kira empat rumah. Tidak
disangka, Dayu justru sudah asyik membawa bantal kesayangannya dan tidak segera
tidur.
“Ini
Dayu mau kemana, Bapak?” tanyanya sambil senyum-senyum dan diulang-ulang.
“Mau
naik kereta ke Banyumas, sayang”
“Asiiiikkk..”
Mungkin
karena saking asiknya mau naik kereta, ia malah tidak tidur selama perjalanan
dari rumah ke stasiun. Justru ketika hampir stasiun malah tidur pulas.
Sebenarnya
saya masih ngantuk. Tapi dini hari yang dingin ini saya tetap bersemangat untuk
berangkat jalan-jalan bersama keluarga kecil saya. Perjalanan ke stasiun,
membutuhkan waktu sekitar satu jam. Waktu tersebut sudah termasuk tersesat
sebentar di kawasan Kota Lama, Semarang karena tidak hafal medan.
**
Sebagai
operator di sebuah instansi pemerintah, saya lebih sering duduk di depan
komputer dan paling malas berolahraga, maka dari itu, bisa dipastikan kesehatan
saya termasuk rawan terganggu. Nah, salah satu tanda-tanda bahwa badan saya
tengah kurang fit adalah gampang ngantuk, malas dan kurang bergairah dalam
bercinta. Nah, kalau sekarang ini, sebagai penghalau rasa kantuk dan lelah,
saya keluarkan minuman andalan saya, Minuman Madu Lemon untuk menyegarkan
badan.
Kereta
berangkat tepat pukul lima pagi. Sebelumnya saya juga sudah shalat subuh di
mushola peron. Dayu kini benar-benar sudah fresh. Sudah jam lima pagi sehingga
mustahil ia akan bisa tidur lagi. Ia justru bernyanyi lagu naik kereta api
dengan riang gembira, sementara saya yang kepingin tidur harus merelakan tidak
tidur. Dari kecil, ia memang lebih lengket sama saya dibanding mamahnya. Maka
dari itu, saya harus tetap terjaga untuk menjaganya tetap nyaman.
Kereta
Kamandaka relasi Semarang Tawang-Purwokerto PP ini dalam sehari melayani tiga
pemberangkatan baik itu dari Semarang maupun sebaliknya. Pagi ini kami sengaja
mengambil pemberangkatan pertama supaya waktu berlibur di daerah Purwokerto
menjadi lebih lama.
Jalur Kereta yang Menawan
Duduk
di depan kami, seorang pemuda berpostur ideal yang selanjutnya saya ajak
ngobrol. Ia dalam perjalanan dari Rembang menuju Pekalongan dalam rangka dinas.
Dari obrolan, saya simpulkan ia adalah pemuda yang pintar dan semangat. Obrolan
kami selama perjalanan berangkat ini adalah tentang pungli dan pembangunan
PLTU. Semacam obrolan antara Menpan RB dan Menteri PUPR.
Sesampainya
di kawasan Alas Roban, jalur kereta mendekat ke laut Jawa. Dalam suasana pagi
yang masih berembun, tampak jelas bulatan warga oranye yang menandakan matahari
baru terbit di lautan sana. Beberapa kali, jalur rel hanya beberapa meter saja
dari bibir pantai sehingga pemandangan yang ada di luar kereta sungguh indah nian.
**
Selepas
Stasiun Tegal, Kamandaka berjalan lebih pelan. Duduk dihadapan kami penumpang
lain yang baru saja masuk, seorang ibu muda dengan balitanya. Syukurlah, Dayu
jadi punya teman ngobrol dan bermain. Sementara saya, bisa bermain dengan
ibuknya, bisa sedikir rehat.
Jalur
kereta Prupuk hingga Purwokerto, ternyata sekarang sudah double track. Jalur ini adalah salah satu jalur yang bisa dibilang
eksotis karena banyak kelokan, lembah, flyover dan jembatan. Salah satu
jembatan yang membuat saya terkagum adalah Jembatan Sakalimabelas yang ada di
daerah Bumiayu. Jembatan peninggalan era kolonial ini menjadi jembatan kereta
api terpanjang kedua di Indonesia dengan panjang mendekati 300 meter. Nama
jembatan ini diambil berdasarkan jumlah tiang yang menopang jalur rel yaitu
berjumlah lima belas tiang. Dari bawah, terlihat suasana sangat cantik terutama
ketika kereta lewat. Namun saat ini, setelah dibangun double track, dibangun
jembatan baru dengan kontstruksi beton yang lebih modern.
**
Pukul
setengah sepuluh siang, motor rental pesanan saya datang setelah ditunggu dua
belas menit di Stasiun Purwokerto. Saya segera menata barang dan melenggang
asal jalan keliling kota. Purwokerto kotanya cukup ramai, dan lalu lintasnya
cukup padat. Sudah barang tentu polusi udara tidak sengaja terhirup oleh kami
yang tidak memakai masker. Ah, tapi tenang saja karena saya punya jurus ampuh
tetap #AsikTanpaToxic sehingga zat-zat polutan ini bisa diatasi dengan baik.
Saya
termasuk orang yang senang mengeksplor tempat-tempat baru, meski telah
berkeluarga, beruntung anak istri saya sejauh ini juga cocok dengan hobi
jalan-jalan saya. Setelah mampir mengisi perut dan memfoto-foto kuliner
legendaris Purwokerto, Es Brasil, kami segera merangkak ke Owabong, Purbalingga
untuk mandi pagi. Iya, karena sedari pagi belum mandi.
Owabong
kini telah banyak bersolek. Wahana permainan semakin lengkap, bahkan kini ada
gondola, kolam ombak, sirkuit gokart, hingga teater 4 dimensi. Lengkap! Dayu
semakin lincah saja bermain air. Di tengah cuaca yang cukup terik, kami merasa
tidak kedinginan bermain air. Dayu justru terlihat sangat senang bermain di
kolam anak yang banyak semprotan air mancur bersama teman barunya, pelampung
bebek yang diperolehnya hasil merengek ke bapaknya.
**
Tidak
terasa, hari pertama liburan ke Banyumas ini sungguh sangat melelahkan. Nyaris
sejak dini hari tadi saya benar-benar tanpa istirahat. Namun saya percaya esok
hari saya pasti akan kembali segar karena zat-zat racun dalam tubuh telah
diikat dan dikeluarkan oleh Natsbee Honey Lemon.
makasih udah share ya kak
ReplyDeletedownload axis net