Sudah
lama saya pingin ke Sumatera Barat. Enggak tahu kenapa. Yang jelas karena salah
satu rumah makan Padang langganan saya disini, sering nyetel lagu-lagu minang. Terutama
yang bergenre pop dan slow rock. Sungguh enak didengar. Bahkan ketika pelayan
datang membawakan pesanan kita, dan kebetulan lagu yang disetel dengan tambahan
tivi layar datar berukuran besar menyetel lagu minang yang yahud, pasti banyak
pekerjanya ikut menyanyi. Saya juga sih karena sudah terlanjur hafal beberapa
lagunya. Ya, selera musik memang beda-beda ya, karena teman-teman kantor
termasuk istri terkadang suka mencibir kalau saya nyetel musik minang. Tanda
bahwa mereka tidak bisa dewasa dalam menerima perbedaan.
Saya jadi
sering kepo di youtube tentang lagu-lagu minang dan banyak juga ternyata yang
saya suka. Dan nggak hanya lagu minang yang saya kepo, malah jadi kepo kemana
mana termasuk vlog-vlog tentang wisata minang.
“Asik
juga nih kalau kapan-kapan wisata ke Sumbar” gumam saya dalam hati.
Akhirnya
saya pun berusaha merencanakan perjalanan sekeluarga ke Sumatra Barat. Setelah dihitung-hitung
transportasi bertiga, wah kayaknya jauh panggang dari api. Berat, bos.. akhirnya
hal itu hanya masih menjadi mimpi-mimpi saja. Bahkan mimpi yang betulan terjadi
saat saya tidur. Beneran, saya pernah mimpi dua malam berturut-turut pergi ke
Bukittingi. Entah karena memang saking pinginnya atau gimana...
Daripada
sekedar menjadi impian yang tak akan terwujud, saya akhirnya pelan pelan menabung,
dengan harapan suatu saat nanti bisa berkunjung ke Sumatera Barat.
Nah,
saya pribadi karena saking banyaknya lihat lihat konten tentang Sumbar di
youtube, akhirnya bisa membuat itinerary apa adanya, jikalau memang bisa kesana
suatu saat nanti. Cekidot!
Hari
Pertama # Senin Malam
Saya berangkat
dari Semarang Senin siang, dan sampai Bandara Minangkabau empat jam kemudian. Perjalanan
pertama untuk kami sekeluarga yang belum pernah naik pesawat sebelumnya. Saya segera
mengkontak nomor travel yang sengaja saya browsing jauh-jauh hari sebelumnya. Ia
sudah standby di parkiran.
Setelah
mengisi perut sejenak, malam itu juga, kami perjalanan ke Bukittingi karena
kami berencana mengeksplor daerah itu dahulu di hari-hari pertama. Sopir travel
berbicara dengan logat bahasa yang unik karena kami belum pernah mendengar
sebelumnya. Penumpangnya sebagian adalah perantau dari yang sehari hari bekerja
di Jakarta.
Tiga jam
lamanya, kami berjalan dengan jalanan yang saya lihat sempit. Malam hari tidak
banyak yang bisa dilihat. Paling-paling saya hanya melihat plang masuk Kota
Padang Panjang. Dari Padang Panjang ke Bukittinggi, supir menyetel lagu minang
yang sedikit nge-house. Agak kedangdut-dangdutan dengan cengkok khas minang.
Kami
menginap di sebuah hotel di pusat kota. Dan karena sudah sangat malam, kami
hanya bersih-bersih dan langsung beristirahat.
#Hari
Kedua, Selasa
Selamat
pagi, Bukittinggi. Yang selama ini hanya ada dalam impian dan kini menjadi
kenyataan. Kami bangun cukup pagi, sekitar jam setengah enam kemudian segera
berjalan-jalan ke Jam Gadang. Ikon kota. Kami baru ngeh bahwa model rumah
minang diterapkan dimana-mana. Dari warung-warung, rumah makan, bank hingga
Plaza Bukittinggi.
Sumber : wisatania.com |
Beberapa
orang terlihat mengantar anak menuju ke sekolah, beberapa lainnya menyiapkan
dagangan. Sembari browsing-browsing di google map, kami menemukan sebuah tempat
sarapan yang unik, Pical Ayang. Dalam bahasa jawa semacam pecel. Kami kesana
dengan memesan ojek online. Dekat, kok dari Jam Gadang.
**
Setelah
sarapan kami lantas kembali ke penginapan dan bersiap-siap. Tujuan kami hari
ini adalah mengunjungi Kelok 9 di Payakumbuah, kemudian menjelang sore menuju
Pusat Informasi dan Dokumentasi Kebudayaan Minangkabau di Padang Panjang. Untuk
menuju kesana, kami merental sebuah mobil supaya lebih fleksibel.
Jalan –
jalan penghubung kota/kabupaten di Sumbar rata-rata masih sempit, tidak seperti
di jawa. Kami berjalan pelan pelan sembari menikmati pemandangan. Dan sekira
dua jam kemudian kami baru sampai di Kelok 9. Sebuah jembatan megah yang
diresmikan oleh Presiden SBY beberapa tahun silam. Jembatan ini adalah sebuah
mahakarya yang mendukung transportasi antara Sumbar dan Pekanbaru sehingga
lebih nyaman di lewati. Dahulu, jalanan ini berkelak kelok dan terjal sementara
kini dibuat jembatan layang dengan konsep sedikit memutar namun landai. Di sepanjang
jalan, tampak warung-warung untuk beristirahat, dan di sebelah tengah, ada
sebuah taman untuk beristirahat. Kami pun beristirahat di taman tersebut.
Sumber : idntimes |
**
Setelah
dhuhur kami sampai di Padang Panjang. Kami mapir sejenak disebuah warung di
pusat kota. Menu makan siang, ya makanan khas minang, seperti nasi padang, tetapi
disini tidak ada tulisan nasi padang. Hehehe.. Puas mengisi perut dengan
citarasa maksimal, kemudian kami melaju ke sekitar pinggir kota dan menemukan
sebuah bangunan khas Minangkabau yang sangat elok dan megah. Itulah gedung
Pusat Informasi dan Dokumentasi Kebudayaan Minangkabau. Disana kami bisa
melihat pernak pernik adat kebudayaan Minang, membaca sejarah tentang
Minangkabau. Dan lain sebagainya. Masuknya gratis dan tempat wisata yang
dikelola pemerintah setempat ini sangat edukatif, menurut saya.
Sumber Hoponindonesia |
**
Menjelang
sore, kami kembali ke Bukittingi namun kami bablaskan ke Danau Maninjau. Tempat
wisata yang sangat ingin saya kunjungi dan saya inapi. Hehehe.. dari
Bukittinggi ke Maninjau, jalanan relatif sempit dan mengingat hari sudah sore,
kami harus hati-hati. Dan tibalah kami di jalanan menurun berkelak kelok yang
disebut kelok ampek puluah ampek atau kelok 44. Dari atas, di setiap kelokan itulis
secara berurutan kelok 44, kelok 43, kelok 42, dan seterusnya. Mumpung belum
maghrib, kami mampir di sebuah warung pinggir jalan dan memesan mie rebus serta
kopi, tentu saja untuk mengusir lelah. Sementara cuaca yang bersahabat, membuat
kami bisa memandang danau Maninjau dari kejauhan. Suasana yang sangat cantik.
Sumber : lampungpro |
Sesampainya
di Maninjau kami segera mencari penginapan yang sudah kami telusuri beberapa
waktu saat di perjalanan. Kami memilih sebuah penginapan yang dekat dengan
danau dan meningat waktu sudah malam dan badan kami sudah sangat lelah, kami
langsung beristirahat saja. Makan malam juga sudah.
#Hari
Ketiga, Rabu
Pagi
hari, kami bangun teramat pagi ketika embun embun masih menempel di dedaunan. Segar
sekali suasana pagi di Maninjau. Sebuah dataran tinggi yang memiliki danau. Anak
saya lari-larian di sekitar hotel dan mendapati pinggiran danau yang dikiranya
adalah pantai. Lantas bermain air dan lupa bahwa sebenarnya dingin. Sembari menikmati
sarapan yang ditelah disiapkan oleh penginapan, kami menemukan bahwa tidak jauh
dari sini juga ada Museum Buya Hamka. Maka kamipun sembari perjalanan pulang
dari Maninjau mampir sejenak untuk melihat lihat.
Museum
ini adalah rumah Buya Hamka sejak lahir hingga sebelum ia pindah ke Padang
Panjang. Bangunannya sebagaimana umumnya model minang, dengan ketinggian yang
lebih tinggi dari jalan raya, dan menghadap ke Danau Maninjau. Isinya adalah
benda-benda peninggalan Buya Hamka sekaligus riwayat hidupnya. Disana, kami
bertemu dengan beberapa turis asing dari Malaysia dan Brunei Darussalam, yang
tidak seperti turis asing.
Kami
tidak punya waktu banyak karena jam 9 kami harus segera berangkat perjalanan
jauh ke Solok Selatan. Ke tempat pakdhe saya. Saya sejauh ini belum pernah tahu
rumahnya dan ini akan berspekulasi saja kesana.
Dalam perjalanan
kami mampir sejenak saat mendekati Padang Panjang. Disana kami menemukan sebuah
warung Bika Talago, yaitu sebuah kue yang dimasak menggunakan peralatan tanah
liat, dengan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Kue ini bisa dibilang
tradisional dan rasanya sungguh nikmat.
Ternyata
perjalanan sangat jauh. kami berangkat jam 9, sampai di sebuah jalan dengan
tepian danau yang panjang yang ternyata adalah Danau Singkarak jam 1 siang
kemudian beristirahat sembari menikmati indahnya pemandangan. Dari situ, kami
ternyata masih menemukan dua buah danau kecil yang tidak kalah cantiknya, yaitu
Danau Diateh dan Danau Dibawah. Disana juga terlihat plang tempat wisata yang
bernama Kebun Teh Alahan Panjang, yang saya pernah dengar pernah dinyanyikan
dalam sebuah lagu minang.
Sumber : Saribundo |
Menjelang
maghrib kami baru sampai di Solok Selatan. Oleh Mas Juki, anak menantu pakdhe
saya yang asli Padang, kami dipersilakan segera istirahat dan dibuatkan kopi. Tentu
setelah mandi dan beristirahat. Sementara anak kami sudah sangat lelah dan
tidur terlelap, saya terlibat obrolan panjang dengan keluarga di Sumbar hingga
larut malam. Solok Selatan, kota yang sepi dan menenangkan jiwa.
#Hari
Keempat, Kamis
Paginya
kami diantar oleh mas Juki mengunjungi sebuah lokasi wisata yang sedang
dipromosikan pemerintah setempat. Rumah Saribu Gadang. Disini adalah sebuah
kawasan dimana rumah-rumah gadang tua sedang berusaha di lestarikan, lengkap
dengan peraturan adat untuk penghuninya. Benar-benar sebuah tempat yang sangat
eksotis.
Sumber : Saribundo |
Sebenarnya
kami ingin berlama-lama disana, namun waktu sudah sangat mepet kami harus
segera pulang ke Padang untuk mengejar penerbangan kembali ke Semarang. Perjalanan
ini tidak lagi melewati Danau Singkarak, namun melewati jalan tembus ke Kota
Padang. Sesuai dengan arahan google map. Perjalanan yang sepi dengan
jalan-jalan khas Sumbar yang sempit dan cenderung sepi.
Akhirnya,
begitu sampai kembali di Padang, kami langsung menuju Bandara dan menunggu
pemilik mobil sejenak untuk kembali mengambil mobil rentalan. Dan akhirnya
perjalanan impian ini pun selesai disini.
**
Sejauh
saya browsing, saya belum menemukan adanya hotel Reddoorz di Sumatera Barat,
namun saya berharap dalam waktu dekat, jaringan Reddoorz akan segera hadir
disana, karena selama ini saya sering menginap di Reddoorz ketika harus
bermalam baik urusan pekerjaan maupun pribadi di kota-kota di Jawa, dan saya
kira Reddoorz adalah salah satu pelopor hotel budget yang telah banyak
memuaskan konsumennya karena linen selalu bersih, kamar mandi selalu bersih,
perlengkapan mandi lengkap, televisi selalu tersedia dan lancar, serta Wifi
gratis. Semoga!
indah banget jadi pengen ke sumbar deh
ReplyDeletecara memperpanjang masa aktif kartu axis