2014
Pertamakali mudik bareng Tika yaitu tahun 2014 saat
itu ia belum jadi istri karena masih pacaran.
Saat itu mudik kami berawal dari Ungaran karena Tika sudah kerja di
Ungaran. Kami naik Suzuki Smash 110 cc karena hanya itu kendaraan yang saya
punya. Tepatnya waktu itu di hari terakhir Tika bekerja sampai sore dan sekitar
jam lima sore kami baru bisa berangkat ke timur. Melewati Bawen Salatiga via Jalan
Lingkar Salatiga (JLS). Sampai JLS sudah maghrib aja dan akhirnya kami mampir
sekedar membatalkan puasa dengan beli minum serta sedikit camilan. Perjalanan
pun dilanjutkan dengan tenggorokan yang sudah segar dan kami berhenti sebelum
JLS berakhir untuk shalat maghrib di sebuah mushola.
Perjalanan berlanjut melalui Tingkir – Gemolong. Waktu
itu jalan belum mulus masih banyak aspal rusak. Dan saat itu juga jalur ini
lumayan ramai karena tol Salatiga – Solo belum ada. Sesampainya di Karanggede
kami mampir untuk makan karena merasa sudah saatnya makan. Kami menepikan smash
di depan sebuah rumah sakit dimana disitu ada beberapa warung makan. Kami pun
memilih salah satunya. Lupa makan apa, tetapi yang pasti kami makan macam –
macam. Ketika dihitung, dan ternyata ada yang terlewat yaitu tahu goreng, kata
penjualnya malah dibilang itu bonus. Wkwkk..
Perjalanan saat itu termasuk salah satu perjalanan
romantis saya dan Tika sebelum menikah. Karena sepanjang jalan dia bisa memeluk
saya. Hehehe.. kami beristirahat sebentar di SPBU daerah Klego dan kemudian
melanjutkan perjalanan. Istirahat selanjutnya yaitu di SPBU Ngrampal, Sragen
sekedar untuk merenggangkan otot. Saat itu kami sampai di Ngawi sudah larut
malam yaa.. kira-kira pukul setengah sebelas.
**
H-1 lebaran 2014 saya mudik sendiri dari Ngawi ke
Magelang karena sehabis nganter Tika tadi. Kembali smash saya geber berangkat
setelah dhuhur. Perjalanan saat itu saya kira lancar saja. Saya melewati
kota-kota, Sragen Solo Klaten Jogja dan sampai di Muntilan menjelang maghrib.
Saya ingat saya mampir beli es buah di dekat RSPD Muntilan.
H4, saya kembali mengendarai smash kembali ke Ngawi.
(niat banget ya saya wkwkwk) ya intinya saat itu saya kembali ke Ngawi karena
ingin lebaran disana dan sekaligus mengantar Tika kembali ke Ungaran bareng
sama saya. Hehehe..
Saat itu saya iseng mengambil rute yang agak ekstrim
yaitu melewati Blabak – Selo – Boyolali yang baru pertama itu saya coba. Wah
mendebarkan sekali saudara-saudara. Pemandangan sangatlah hwelok tapi harus
ekstra hati-hati.
Sepulangnya dari Ngawi, kami kembali berboncengan
menuju Ungaran dengan Smash dan melewati rute mudik pertama kami yaitu lewat
Gemolong. Saat itu, kami beristirahat shalat di sebuah masjid di Andong, dan
beristirahat makan siang di daerah Suruh.
2015
Mudik pertama setelah menikah. Saat itu Tika tengah
hamil, sesuai kesepakatan kami, mudik harus gantian, Magelang – Ngawi, Ngawi –
Magelang dan seterusnya berawal dari 2015 itu. Jatah pertama adalah ke
Magelang. Tika saya pesankan tiket travel Sumber Alam yang berangkat dari depan
P2 PAUD Dikmas, Ungaran. Sementara itu, saya menggeber smash sendiri ke Muntilan.
Ealah tak dinyana, Tika malah sampai duluan. Tak kirain bakalan macet tetapi
ternyata enggak.
Perjalanan dari Magelang ke Ngawi saat itu, kami
dibantu agen Arvis untuk menuju pinggir jalan raya (ia gantian memboncengkan
kami berdua). Dari pinggir jalan raya batikan, kami naik bis Widodo Putro
tanggung ke Terminal Magelang. Sedangkan dari Magelang kami naik bus Eka yang
akan membawa kami langsung menuju ke Ngawi.
Bus Eka saat itu melaju cukup pelan karena traffic
lebaran memang ramai. Selain itu, bus Eka juga tidak melayani penumpang Jogja,
hanya langsung ke Solo karena via Cangkringan – Prambanan yaitu alternatif
tanpa melalui kota Jogja. Jika tidak salah ingat kami berangkat sekitar pukul
delapan, dan sampai di Ngawi menjelang pukul tiga sore. Kami turun di Rumah
Makan Duta yang merupakan tempat istirahat Bus Eka, lalu dijemput Kakung
(panggilan kepada mertua) dengan panther ijo yang saat itu njemputnya bareng
sama Mumun, adik istri saya.
Ealah, ternyata ada sebuah masalah yaitu tas kami
entah sengaja atau tidak, terbawa orang yang turun beberapa saat sebelum kami
turun. Tas kami itu berisi beberapa baju, dan sandal. Akhirnya kami susul ke
tempat turunnya penumpang tadi yaitu di Sidowayah namun menurut tukang becak
yang ada, rombongan tadi ternyata dijemput sehingga kami kehilangan jejak. Ah
yasudahlah..
2016
Mudik pertama bersama Dayu Anjani Anwar, anak saya. Alhamdulillah
saat itu udah kebeli motuba yang memang saya sengaja agak paksakan demi si buah
hati supaya aman dan nyaman kalau mau mudik mudik begini.
Mudik pertama, kami berangkat dari Ungaran pagi hari
aja. Mudik yang repot ketika membawa bayi karena harus bawa berbagai macam
peralatan. Tetapi tidak repot juga sih karena sekali lagi, saat itu udah kebeli
motuba sedan kesayangan itu. Dari Ungaran kami mudik melalui jalan nasional
Salatiga Solo. Sesampainya di Ngasem sebelum kota Solo, kami mengikuti petunjuk
tol fungsional antara Solo (Ngemplak) hingga Sragen yang saat itu masih dalam
proses pengerjaan dan dibuka sementara satu jalur. Saat itu kami sudah sangat
senang karena bisa menjajal sebagian tol ini. Perjalanan dari tol Solo hingga
Sragen hanya pelan pelan saja, masih banyak perlintasan warga dan kualitas
beton juga baru lapisan sementara. Tapi sudah cukup membantu, lah.. Sepanjang
Sragen dari Ngawi ini yang cukup padat. Tetapi seperti kebiasaannya, banyak
rest area yang nyaman buat istirahat di daerah hutan Mantingan, meski kami juga
belum pernah nyoba, sih.
**
Dari Ngawi kami ke Magelang. Berangkat dari Ngawi
sekitar pukul sembilan pagi, dan kembali melewati tol fungsional Sragen – Solo
(Ngemplak). Selepas pintu tol, kami menyusuri jalan kembali ke Ngasem dan saya
beristirahat sebentar di sebuah minimarket. Ohya saat itu hari jumat sehingga
saya harus segera jumatan di sebuah masjid tidak jauh dari minimarket tersebut.
Setelah jumatan, barulah perjalanan kami lanjut
melalui reguler Kartasura – Klaten – Jogja. Terjadi penumpukan kendaraan kami
harus sering berjalan pelan bahkan berhenti karena macet. Sempatkan shalat asar
sebentar di sebuah masjid di Delanggu, mobil saya menyerempet papan petunjuk
parkir. (karena belum mahir nyetir wkwkw).
Dayu saat itu usianya belum ada satu tahun sehingga
masih rentan. Dan yang saya khawatirkan terjadi yaitu Dayu agak panas dan
batuk. Sementara selama daerah Prambanan lalu lintas begitu padat dan sangat
lama sekali untuk beranjak. Akhirnya saya putuskan memilih melalui Prambanan –
Cangkringan – Tempel yang merupakan alternatif menghindari Jogja. Sampai di
sebuah warung makan, kami makan sebentar dan kap mobil saya buka biar nggak
panas. Maghrib-maghrib, kami baru sampai di daerah Turi. Kami maghriban
sebentar di sebuah masjid dan Dayu yang baru bisa merangkak, cukup dihibur
dengan melihat cicak. Hehehe.. setelah itu, kami sempatkan juga membelikan obat
demam untuk Dayu karena sangat kasihan perjalanan luama pol dan kalau dia saat
itu sudah bisa ngomong pasti udah protes. Mudik terlama sepanjang rekor saya
ini akhirnya sampai rumah Muntilan menjelang jam sembilan malam.
Kembalinya ke Ungaran, kami memantau banyak traffic
tersendat sehingga kami mlipar mlipir yaitu menghindari simpang Artos,
menghindari Payaman Secang, dan tembus langsung ke Grabag. Alhamdulillah
lancar.
2017
Mudik lagi! Mudik tahun 2017 adalah jatah mudik ke
Magelang sekaligus pertama kalinya Dayu Anjani Anwar akan berlebaran pertama di
Magelang. Kelihatannya tahun itu mudik kami tidak begitu berkesan alias biasa
saja. Intinya saat itu perjalanan dari Ungaran ke Magelang lancar jaya, dan
perjalanan dari Magelang ke Ngawi kami mulai pagi hari sekitar jam tujuh.
Nggak disangka, baru sampai di Tempel, traffic udah
ramai aja. Yaudah akhirnya kami putuskan tidak lewat Jogja, tapi alternatif
lagi via Turi – Pakem – Prambanan. Agak lancar sih.. tapi ramai. Sepanjang
Klaten hingga Kartasura saat itu ramai lancar dan kami tidak bisa menjajal tol
fungsional Kartasura – Ngawi karena saat itu sudah digunakan untuk arus balik.
Jadinya kami lewat kota kota saja. Tetapi kabar baiknya, traffic tidak begitu
menumpuk karena sudah terpecah dengan adanya tol fungsional tadi.
Perjalanan mudik itu, kami beristirahat makan bakso di
daerah Masaran Sragen dan sepanjang Sragen hingga Ngawi, kepadatan lalu lintas
biasa saja sehingga sore hari kami sudah sampai di Ngawi dengan selamat.
Perjalanan pulang ke Ungaran!
Sambil penasaran, kami menjajal trek tol yang dibuka
sementara dari Gendingan (Ngawi) hingga Kartasura. Perjalanan yang menyenangkan
karena itu pertama kalinya kami merasakan kecepatan perjalanan menggunakan
jalan tol. Kalau biasanya Ngawi – Solo butuh dua jam, kini sampai Kartasura
hanya satu jam saja. Tika malah saking senengnya sampe nyetatus di WA apa BBM
ya waktu itu. BBM kayaknya wkwkwk.. intinya perjalanan arus balik saat itu
lancar dan tiada gangguan. Tersendat saat masuk kota Boyolali dan sepanjang
Boyolali hingga Salatiga perjalanan relatif padat merayap.
2018
Mudik tahun lalu, yang berawal dari pulang ke Ngawi
terlebih dulu. Progres pembangunan tol Trans Jawa ruas Bawen Salatiga sudah
selesai, Salatiga Solo fungsional, Solo Sragen berbayar dan Sragen Ngawi masih
fungsional. Tahun 2018 adalah pertama kalinya kami bisa melewati tol dengan
tanpa putus. Kami masuk melalui Salatiga, tetapi dari sana tidak bisa langsung
menuju arah Solo. Akhirnya kami harus ke Bawen, keluar tol lalu masuk lagi.
Hahaha.. kalau masuk dari Bawen, dari Salatiga ke Solo yang fungsional bisa
buka dan ada gerbang sementara untuk ngetap kartu. Dari Salatiga, ada tanjakan
Kalikenteng yang saat itu viral. Untung skill saya sudah bagus jadi tanjakan
itu kami lahap dengan mudah saja. Sepanjang penglihatan, tol ini akan jadi
salah satu tol yang sedikit naik turun dan pemandangannya lumayan bagus.
Perjalanan kami saat itu, kami terus menerus
memanfaatkan tol ini hingga sampai di Ngawi. Sebuah perjalanan panjang yang
sangat cepat dan tanpa macet. Alhamdulillah..
Dari Ngawi ke Magelang, entah karena apa, saya manteb
aja pingin mencoba jalur Boyolali – Selo – Blabak (Magelang) saat itu kondisi
motuba bisa dibilang tidak begitu fit karena air radiator suka berkurang
sendiri meski sudah saya servis. Dan puncaknya adalah bagian waterpump protol
di jalan sehingga kami harus menginap semalam (cerita lengkap bisa baca disini)
Lebaran di Magelang tidak begitu ada kasus berkesan.
Hanya saja, ini pertamakalinya motuba saya ajak ke rumah pakdhe saya yang
lokasinya ada di perbukitan pedalaman. Dan akhirnya sedan saya sampai gasruk
sehingga radiatornya kebuka sedikit dan air nya ada sebagian tumpah. Tapi
untunglah tidak terjadi apa-apa.
2019
Mudik tahun ini. Berawal dari perjalanan ke Magelang
tanpa kendala, berlanjut nanjak ke rumah pakde tanpa kendala, dan berlanjut
lagi perjalanan ke Ngawi via tol. Jika saya pikir pikir, kalau dari Magelang
harus ke Jogja – Kartasura baru masuk tol, akan rugi waktu karena sering
terjadi kemacetan di daerah Prambanan hingga Delanggu. Akhirnya saya putuskan
perjalanan dari Muntilan pagi-pagi sekali langsung ke Salatiga (1,5 jam)
termasuk istirahat dua kali makan dan buang air. Kemudian masuk tol Salatiga
dan keluar di tol Ngawi membutuhkan waktu 1,5 jam juga sehingga total hanya
tiga jam. Tapi... tolnya bayarnya mihil.. 119 ribu. Ya nggak papa deh kan dapet
THR..
Ohya, cerita kembali dari Ngawi ke Ungaran sementara
belum saya ceritakan karena kemarin saya pulang sendiri naik motor dari Ngawi
setelah maghrib, sampai Ungaran jam setengah 11 malam. Besuk, Tika dan Dayu
baru akan saya jemput weekend ini.
No comments:
Post a Comment