Curug Terong, Foto oleh : Nico 1922 (googlemap) |
Rambut
sudah mulai berantakan, dan istri sudah ngomel melulu menyuruh saya segera
potong rambut.
“Ya
mam nanti sepulang kantor tak mampir ke gentho-ne”
istilah
guyonan saya yang merujuk pada salah satu barbershop langganan di bilangan
Asmara, Ungaran.
Menunggu
sebentar, kemudian tiba saatnya saya di layani. Sepertinya saya masih belum
begitu familier dengan pegawai barber yang satu ini, mungkin baru. Pemuda
kisaran belasan tahun yang mendapat giliran untuk memotong rambut saya.
Seketika
tirai pelindung ditangkupkan ke tubuh dan terasa bekas bekas potongan rambut
menyusup melalui pori pori baju.
“Biasa
mas, bros atas satu pinggir setengah” ucap saya kepada pemotong rambut kemudian
langsung ia mengambil filter mesin potong rambut dan seketika melibas rambut
saya.
“Musiknya
dong mas, di setel” pinta saya karena tidak biasanya speaker hanya dianggurkan
saja di pojok kaca. Seketika ia langsung menyetel musik genre koplo, yang saya
sendiri juga cukup suka.
**
Barbershop
langganan saya ini saya kenal sejak sekira empat tahunan yang lalu dimana
pemiliknya memiliki tampang yang sangar dan garang, tetapi sangat sopan dan
santun. Bahasa jawanya ‘grapyak’. Pelanggannya selalu disapa, minimal ditanyai
rumahnya mana, ini dari mana mau kemana.. Pertanyaan basa basi seperti itu bagi
saya adalah point plus tersendiri yang akan bisa membuka keakraban antara
pemotong rambut dengan pelanggannya. Karena tidak dipungkiri, banyak pelanggan
yang merasa sungkan atau malu untuk sekedar membuka perbincangan. Padahal,
kalau diem-dieman juga kurang bagus. Maka sejak itulah saya menjadi pelanggan
setia di tempat potong rambut yang kini membuka beberapa cabang tersebut.
**
Sayangnya
saya lupa bertanya siapa nama pemotong rambut saya kali itu. Ia mengaku berasal
dari Kendal, lebih tepatnya Kecamatan Sukorejo. Sukorejo bagi saya entah
mengapa selalu mengundang penasaran saya untuk menelisik lebih jauh. Bagi saya,
kota kecil perlintasan antara jalur tengah dan jalur Pantura ini menjadi
menarik karena beberapa alasan tertentu.
“Sukorejo
sekarang ramai, ya, mas?” buka saya mengawali perbincangan tentang Sukorejo
“Iya
mas, lumayan.. ya minimal di sekitar bundaran itu. Sekarang mulai ditata
sehingga ramai”
“Saya
sering lewat sana dulu, mas. Kalau prostitusi di daerah sana sekarang gimana mas?”
“Ya
masih seperti dulu mas. Dulu sempat ramai karena geger dengan salah satu ormas
keagamaan, sekarang sudah biasa lagi. Itu yang berada di daerah Alaska (Alas
Karet)”
“Oh
itu.. Saya juga sering lihat ada beberapa hotel di Sukorejo tapi kelihatannya
kok kayak hotel mesum, ya mas?”
“Hehehe..
Ya memang begitu, mas. Paling kalau ada yang nginap ya semacam sales antar
kota, selain itu buat begituan, mas. Kalau hotel yang bagus untuk wisatawan sih
memang nggak ada mas”
**
Inilah
yang menarik menurut saya. Kenapa ada banyak hotel di sana, sementara kota
Sukorejo hanya sekelas kota Kecamatan kecil, ditempat yang jauh dari kota
besar. Jika kita jeli, ketika perjalanan memasuki Sukorejo dari arah Bawah
(Weleri) maka kita akan menjumpai beberapa hotel di kanan kiri jalan. Begitu
juga di seputar kota. Saya pernah iseng lihat review hotel hotel tersebut di
google maps. Rata-rata tidak banyak review dan juga hotel-hotel biasa saja.
“Sukorejo
itu potensial lho mas menurut saya untuk dikembangkan” Usul saya kepada pemotong
rambut yang mengaku lebih dari satu tahun itu meninggalkan kampung halamannya.
“Potensial
untuk dikembangkan wisatanya. Kotanya adem, punya wisata andalan, Curug Sewu,
dan saya kira bisa diandalkan juga dari wisata lainnya” sambung saya.
“Iya
bener banget mas. Sekarang sih mulai ada kesadaran kecil kecilan dari pemuda
kampung, mas. Salah satunya adalah Curug Terong. Lokasinya dari kota arah ke
Batang, nanti naik terus. Aksesnya masih biasa, mas. Tapi bagus lah curugnya,
terlebih setelah ada perhatian dari pemerintah (mungkin maksudnya kucuran dana
desa) yang bisa digunakan untuk sekadar menata jalan masuk ke obyek wisata.
Coba mas lihat di google udah banyak fotonya” tidak lama ia segera berhasil
menjadi duta wisata kecamatan Sukorejo untuk saya.
Ini
tentu menarik untuk saya ikuti karena bagi saya, salah satu perkembangan wisata
suatu daerah jika bisa dikelola dengan baik, maka akan menunjang kemajuan daerah
tersebut. Dengan catatan perlu pemikiran ekstra tentang dampak lingkungan yang
mungkin timbul dari pengembangan kawasan wisata tersebut.
“Menurut
saya tempat wisata alam, harus ada istirahatnya mas. Minimal seminggu dua
minggu dalam setengah tahun diistirahatkan. Supaya rumput bisa kembali tumbuh
dan menjaga keasrian” Usul saya yang sebenarnya terkesan sok-sokan tersebut.
Hwehehe..
“iya
betul juga, mas. Kalau di eksploitasi terus ya nanti lama lama rusak” jawabnya
setuju.
**
Hari
sudah mulai sore ketika selesai potong rambut. Saya lupa menanyai namanya
karena terlena dengan obrolan lain dan saya diberikan potongan harga 3.000,-
Bundaran Sukorejo (google streetview)/tangkapan layar pribadi |
Sukorejo,
dahulunya merupakan salah satu pusat Kawedanan yang membawahi beberapa
kecamatan di sekitarnya. Gedung Kawedanan sekarang masih ada dan berada di
salah satu sisi bundaran Sukorejo. Selain itu, Sukorejo juga memiliki peran
sejarah dimana dahulu pernah terjadi peperangan antar pejuang RI dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan. Dikutip dari Wikipedia, hari Jumat Kliwon 5
September 1947, pusat pemerintahan Kabupaten Kendal dipindahkan sementara di
Sukorejo dengan menempati kantor Kawedanan.
Entah
apa arti penting Sukorejo bagi Belanda, kota Sukorejo dibombardir oleh pasukan
Belanda, meskipun beberapa usahanya tidak membuahkan hasil, seperti penyerangan
melalui Weleri, dari arah Bawang, maupun melalui Patean. Namun pada akhirnya
dari serangan melalui daerah Gemuh, pejuang akhirnya kewalahan dan mengosongkan
kota Sukorejo demi menghindari korban yang lebih banyak, dan memindahkan pusat
pemerintahan ke Kenjuran Purwosari.
**
Pemerintah
Kabupaten Kendal sendiri hingga hari ini kelihatannya belum begitu tertarik
untuk menggarap sektor pariwisata di sekitar Sukorejo dengan serius. Mungkin
terbentur dengan biaya juga bisa, namun sebenarnya biaya bisa dialihkan dengan
jalur investasi swasta. Saya sering membayangkan Kota Batu Malang, yang
dahulunya hanya sebuah kecamatan di Kabupaten Malang yang kini bisa berdikari
dengan industri wisata yang begitu besar dan hebat. Sukorejo pun bisa.
Tata
kota Sukorejo sudah terbilang cukup bagus. Bisa diakses dari Semarang,
Temanggung – Magelang, Kendal, Pekalongan dengan kondisi jalanan yang cukup
mudah dan tentu saja kontur jalan pegunungan yang menawarkan pemandangan indah
menuju kota Sukorejo. Curug Sewu di kecamatan Patean, mungkin bisa dijadikan
branding kuat untuk mengangkat nama kota Sukorejo. Saya kesana beberapa tahun
silam, namun prihatin karena obyek wisata itu tidak terlalu serius. Ada
beberapa wahana yang ndongkrok. Ada hotel juga hotel (maaf) jelek.
Kembali
lagi ke niat daerah setempat untuk maju. Jika bisa menggandeng investor, tentu
wahana di sekitar Curugsewu bisa dioptimalkan menjadi wisata buatan baru yang
bersanding dengan wisata alamnya.
Tidak
jauh dari Curug Sewu, juga ada obyek wisata taman buah Plantera yang hingga
kini kurang terdengar gaungnya. Sementara kota Sukorejo terkesan hanya sebagai
penonton saja. Padahal ia merupakan kota yang cukup besar dan bisa disiapkan
untuk menampung wisatawan. Misalnya dengan penataan kota dan penginapan.
Memang,
pengembangan kota seperti ini tidak mudah dan butuh peran serta publik
masyarakat serta stakeholder terkait. Namun, bukan tidak mungkin. Kota Sukorejo
bisa dipoles untuk misalnya, membuat sentra kuliner khusus atau sentra
kerajinan khusus dimana pada malam hari orang bisa berbelanja dan makan di
kota. Sebagai imbalnya, wisatawan akan mau menginap di Sukorejo, (dengan
fasilitas penginapan yang lagi-lagi harus disiapkan juga tentunya).
**
Intinya
dalam angan-angan saya, ada potensi untuk mengembangkan kota Sukorejo lebih
jauh dengan melihat sektor pariwisata. Saya membayangkan suatu saat nanti akan
ada wisatawan dengan rencana perjalanan sebagai berikut :
- Hari pertama datang ke Sukorejo,
menikmati wisata trekking ke air terjun / Curug Terong, kemudian disambung
dengan wisata sembari makan siang di pinggir Danau Banaran.
Danau Banaran di Kecamatan Sukorejo, foto oleh : Hisabikaraulrezdian Rezdian (googlemap) |
- Menjelang sore bisa berwisata ke Curug
Sewu dan taman permainan / wahana di Curug Sewu hingga menjelang sore hari.
- Malamnya bisa menikmati kuliner /
suasana malam di sekitar bundaran / alun-alun Sukorejo.
- Hari selanjutnya, wisata pagi hari
menuju ke Taman Buah Plantera, jangan kesiangan takut kepanasan
- Perjalanan pulang menuju Pantura, bisa
ngadem / mampir sejenak di Goa Maria Besokor untuk umat Katholik dapat
sekaligus wisata rohani.
- Untuk yang perjalanan pulang ke arah
Temanggung, bisa mampir ke obyek wisata percandian yang ada di Candi Pringapus
Ngadirejo, atau Situs Liyangan Temanggung.
**
Semoga!
suka banget baca baca disini
ReplyDeletekuota belajar axis