Setelah memarkir motor saya segera mandi dan shalat maghrib sambil menunggu shalat isak. Dan akhirnya saya sekalian shalat isak. Sehabis isak, saya dan Rina telah siap untuk jalan jalan di Surakarta pada malam hari.
Waktu menunjukkan pukul 19.30. Saya sudah tidak sabar hendak menikmati malam ini dengan pacar saya. Dan kami pun keluar mengikuti Jalan Dr. Radjiman. Spekulasi saya sudah agak hafal dengan jalan jalan khususnya di pusat Kota Solo. Tujuan pertama kami adalah mencari makan. Kami pun menyusuri Jl. Slamet Riyadi yang katanya merupakan Jalan lurus terpanjang dalam kota se Jawa Tengah. Benar atau tidaknya terus terang saya belum mengukur. Hehehe.. sesampainya di pojok kami ke arah Balai Kota dimana disana ternyata ada bus tingkat yang digunakan untuk pariwisata. Namanya Werkudara, dengan warna merah dan gambar wayang. Terus terang kami ingin sekali ikut naik, namun karena keterbatasan informasi dan keterbatasan waktu akhirnya kami merelakan untuk tidak naik.
Akhirnya saya sampai di Jl. RM. Said. Disitu banyak penjual di emper emperan toko. Kamipun akhirnya memilih makan di warung makan Pak Mul, kami pesan 2 nasi, 2 ayam goreng + lalap, dan 2 gelas esteh. Mungkin karena kami kelaparan atau tidak, tapi saya akui makanan ini enak enak. Akhirnya makan pun selesai, dengan uang yang ada, walaupun takut kemahalan, akhirnya kami puas dan merasa pantas untuk mengeluarkan 28,5K idr untuk porsi makan kami tadi.
Makan pun selesai, dan tujuan kami selanjutnya adalah ke Solo Grand Mall yang merupakan mal terbesar di Kota Surakarta ini (kenapa tidak Surakarta Grand Mall ya?, mungkin jadi aneh seperti Yogyakarta Expo Center.. hehehe) berdasar jurus kira kira, akhirnya kami sampai juga di SGM. Parkir di basement lalu masuk dan menemui hypermart. Dari situ kami bisa naik ke atas dan jalan jalan di mall lima lantai ini. Di depan SGM sedang ada pertunjukan musik yang diselenggarakan oleh Suzuki. Oya, di lantai teratas mal ini juga ternyata ada tempat bilyard. Dan bioskop 21 di sini namanya Grand 21.
Setelah terobati penasarannya, kami pun akhirnya memutuskan untuk keluar untuk menonton konser musik di Alon Alon utara Solo. Kami pun turun sekitar jam 21.00 dan menuju ke Alon Alon utara. Disana sedang ada konser musik yang menampilkan Superman Is Dead dan J-Rocks. Kami memarkir motor di gerbang Gladak lalu berjalan diantara ribuan outsiders dan Jrs. Ticket box sudah ditutup namun kami bisa melihat di layar yang menampilkan aksi mereka di panggung. Rina yang merupakan outsiders akhirnya sangat menikmati acara ini. Sedangkan saya terus terang ingin jogat joget nggak karuan namun masih bisa jaga diri untuk tidak ikut seperti itu. Hahaha.. akhirnya kami malah dapat beberapa teman yaitu Hani Prasetyo, Gunawan, dan Babi Pecundank bersama geng nya yang minta foto foto.
Saat pertunjukan J-Rocks, suasana sedikit slow sehingga kami yang sudah capek akhirnya memutuskan untuk pulang ke penginapan. Tepat pukul 22.30 kami sampai di penginapan dan beristirahat…
# Day 2nd , Minggu, 16 Oktober 2011
Pagi yang cerah di Kota Surakarta. Pagi yang indah ini berawal pukul 05.30 dimana saya shalat subuh lalu bersiap siap untuk jalan jalan. Rina pun sudah bangun dan jam 6.15 kami sudah siap untuk berjalan jalan pagi ini bernafas dengan angin Solo. (halah?!) kami asal keluar dan melewati Jl. A. Yani. Tujuan kami yaitu ke Stadion Manahan. Walaupun pertaman kali saya keliru jalan, akhirnya kami temukan juga stadion yang berada di Jl. Adisucipto ini.
Setelah memarkir sepeda motor dengan tanpa kunci stang (karena untuk mengatur parkir yang sangaat padat) kami pun menikmati stadion yang mirip pasar pagi ini. Bayangkan saja. Beragam penjual tumplek blek disini. Mulai dari makanan kecil, makanan besar, ikan, pakaian, aksesoris, sampai orang jualan hamster dan jualan puyuh pun ada disini. Disana juga kebetulan sedang ada event barongsai yang diadakan oleh Suzuki. Kami hanya membeli cilok 3K idr dengan rasanya yang khas dan menurut saya enak, sambil jalan jalan kami mencari tempat untuk sarapan. Berdasarkan saran Rina, akhirnya kami sarapan dengan nasi liwet dengan lauk gorengan dan kerupuk, dan dua teh manis. Di sela sela acara sarapan kami, kami sempat berbincang dengan orang yang sama sama wisatawan yaitu bapak bapak dengan putrinya yang cantik yang mengaku berasal dari Klaten dan kebetulan sedang acara sekalian berlibur.
Tidak butuh waktu lama mengingat sarapan adalah breakfast alias berhenti tapi cepat. Dan saya pun membayar 12K idr. Tidak jauh darisitu seraya melanjutkan perjalanan saya tertarik membeli susu kedelai yang akhirnya membuat saya mual. Dengan tenaga yang tersisa, saya membeli sebuah celana pendek dengan harga 20K idr dan Rina membeli sebuah kalung dengan harga 10K idr. Sekedar untuk kenang kenangan murah dari Kota Surakarta ini.
Setelah itu saya tidak bisa menikmati perjalanan ini karena saya merasa amat pusing sehingga kami putuskan untuk segera balik ke penginapan. Foto foto pun sudah tidak semangat lagi. Saat terbebas dari ribuan orang yang berduyun duyun itu saya merasa bisa bernafas lega sehingga saya menyimpulkan bahwa saya tidak bisa berada dalam keramaian.
Perjalanan dari Manahan menuju ke penginapan ternyata cukup mudah. Dan pukul 08.30 sesampainya di penginapan saya langsung minum kopi yang sudah tersedia di depan kamar. Dengan sepotong roti yang tidak saya makan. Saya langsung mandi dan merasa sangat segar. Singkat cerita, waktu menunjukkan pukul 09.30 dan kami sudah siap untuk melanjutkan aktivitas kami.
Jadwal kami hari ini adalah mengunjungi Karaton Kasunanan Surakarta. Sejarah Karaton Surakarta ini kurang lebih sebagai berikut :
Pada waktu kekuasaan Mataram Islam di tanah Jawa yang berpusat di Yogyakarta, karena adu domba pemerintah VOC / Belanda waktu itu, dengan perjanjian Giyanti, akhirnya Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua yakni Karaton Yogyakarta Hadiningrat dan Karaton Kasunanan Surakarta. Yogyakarta dipimpin oleh Hamengku Buwono, sedangkan Surakarta dipimpin oleh Paku Buwono. Pusat Karaton Surakarta dahulunya adalah Karaton Kartasura yang ada di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Namun akibat pemberontakan orang etnis Cina, pada saat pemerintahan Paku Buwono II, Karaton akhirnya dipindahkan ke Desa Solo. Proses pemindahan Karaton ini juga tidak mudah yakni dengan bantuan orang pintar dan ditentukan pada hari baik. Akhirnya dipilihlah Desa Solo sebagai pusat Kerajaan dengan beberapa faktor pertimbangan salah satunya adalah dekatnya dengan sungai Bengawan Solo. Pada tahun 1700an, Karaton mulai dibangun dan oleh sang raja, negeri baru itu dinamakan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Adapun Karaton Kartasura kini sudah rusak dan terus terang sangat sulit untuk mendeteksi bangunan aseli dari keraton ini.
Oke, back to cerita lah yaa..
Hari ini saya dan Rina sengaja memakai tema baju kotak kotak yang dibuka kancingnya. Hehe.. dan perjalanan tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kompleks keraton peninggalan Kerajaan Mataram ini. Ternyata model wisata di Keraton Solo dan Keraton Yogyakarta berbeda. Kalau di Yogyakarta kami bisa menikmati bagian depan keraton yang disebut dengan pagilaran yang menampilkan aneka kostum kerajaan dan waktu itu kami tidak sempat masuk ke Keraton utamanya. Sedangkan di Keraton Surakarta ini, pagilaran tidak ada yang bisa dikunjungi melainkan semacam pendopo dan tidak pernah dikunjungi selain waktu ada event tertentu.
Setelah bertanya dengan bapak bapak yang ramah, kami akhirnya bisa memasuki Keraton dengan memutari pagilaran tadi melewati sebuah jalan yang disana dikenal dengan istilah sapiturang yang menurut saya itu jalan melingkar lonjong menyerupai tangan kepiting. Disitu kami langsung bisa masuk ke Kraton. Setelah memarkir motor, kami langsung jeprat jepret bagian depan Karaton Kasunanan Surakarta ini. Setelah itu, melihat dua orang prajurit yang bisa diajak foto foto, kamipun tertarik untuk berfoto bersama mereka dengan membayar kas seikhlasnya. Selesai berfoto, Rina memberi uang 4K idr. Habis itu, berdasar info dari petugas, kami diharuskan membeli tiket disebelah kanan. Ternyata tiketnya menurut saya mahal. 10K idr untuk satu orang. Lalu mengikuti rute wisatanya yaitu masuk ke Museum Keraton melewati jalan timur.
Begitu masuk, kami disuguhi patung salah satu Raja Keraton Surakarta yakni Paku Buwono X.
Setelah melewati tiket pass dengan pelayanan ramah, kamipun masuk melihat lihat koleksi. Ruang pertama adalah benda benda peninggalan jaman dahulu. Kemudian ruangan ruangan lain disini menyimpan koleksi antara lain : macam macam kereta, macam macam tandu, dayung perahu, patung keramat, dan foto foto maupun lukisan raja raja.
Di pelataran keraton juga ada sumur air suci. Saya juga sempat merasa aneh dengan salah satu kereta yang hampir rusak dimana ornamennya seperti ornamen eropa. Dan di salah satu ruangan, guide menerangkan tentang upacara pernikahan menurut adat solo basahan. Bila hari selasa kliwon, ketika ada tarian yang diperagakan oleh sembilan gadis, maka seakan akan kita akan melihat sepuluh orang. Barangkali yang satu itu adalah Ratu Kidul. Hiii.. serem juga yak??
Kami juga sempat menjumpai seorang turis asing yang dijelaskan oleh guide yang pinter bahasa inggris. Hehe.. menurut kami turis itu sangat antusias sekali lho.
Bagian selanjutnya adalah masuk ke bangunan utama Keraton yang suasananya rindang
Untuk masuk tempat ini kami diharuskan untuk melepas alas kaki kecuali sepatu. Dan juga kami diharuskan untuk menggunakan pakaian sopan. Bila pakai celana pendek maka akan dikasih semacam jarit.
Disitu kami jumpai pepohonan yang dibeberapa pohon ada semacam kendi dan juga kami jumpai pula semacam tempat ritual di depan keraton. Menurut guide, dalam bangunan keraton ini dulunya pada Februari 1985 dilanda kebakaran. Namun karena faktor energi positif atau keajaiban beberapa tiang utama masih utuh dan digunakan sampai sekarang dan ditandai dengan kain kuning.
Lalu untuk sesaji di depan keraton adalah bentuk komunikasi dengan Ratu Kidul yang bila datang dengan kereta kencana, maka kereta akan di tambatkan di salah satu pohon. Kemudian untuk menara adalah tempat pertapaan sang raja khususnya untuk berkomunikasi dengan Ratu Kidul. Dalam hal ini, komunikasi adalah bentuk toleransi antara manusia dan jin agar saling menghormati dan saling menghargai. Jadi salah besar apabila orang bilang di Karaton banyak kemusyrikan. Bahkan karaton yang menjunjung tinggi adat jawa adalah berlaku ramah dan sopan dengan sesama makhluk Tuhan. Tidak terkecuali jin.
Tidak jauh dari situ, juga dijumpai abdi dalem yang sedang menyiram halaman.
Lelah berwisata di kraton, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dan mencari minum.
Namun kami malah ditawari keliling dengan becak ke Alon alon Kidul melihat Kerbau Bule. Akhirnya kami iyakan saja itung itung melengkapi perjalanan lah. hehe.. dan kami melaju menikmati perjalanan suasana keraton sekitar 30 menit keliling dan membayar 15K idr. Harga yang menurut saya terlalu mahal. Tapi oke lah, untuk menutup wisata keraton.
Dengan sisa semangat, kami akhirnya keluar untuk mencari minimarket untuk membeli air putih yang dingin yang akhirnya kami beli di alfamart 4k idr berdua.
Siang yang panas ini adalah pukul 11.00 dimana kami harus bingung hendak kemana. Akhirnya kami pergi untuk memutar mutar mencari tempat jualan es duren dengan nama mendem duren. Huaaah.. setelah muter muter akhirnya kami temukan juga dan kami beli dua porsi 20K idr.
Setelah itu kami lelah dan mencari tempat yang enak untuk menikmati es duren yang tadi kami bungkus. Dan akhirnya ditemukan juga di salah satu ruas Jl. Slamet Riyadi. Kami menikmati es duren yang enak ini lalu setelah selesai langsung kembali ke penginapan mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 12.30.
Istirahat dan shalat dhuhur, akhirnya pukul 14.00 kami check out dan bermaksud untuk pulang ke Semarang. Perjalanan kali ini kami melewati jalur reguler yaitu Solo – Kartasura – Boyolali – Salatiga – Bawen – Ungaran – Unnes.
Di dekat perbatasan Sukoharjo – Boyolali, kami mampir di Alfamart untuk lagi lagi beli air putih dingin 4K idr karena memang kami sangat dehidrasi sekali. Lalu masih di daerah boyolali, kami sempatkan makan siang mie ayam berdua 11K idr.
Perjalanan yang lelah ini ditambah lelah ketika menyadari bahwa saat sampai daerah Ampel Boyolali, motor saya bocor. Dan kami harus menunggu tambal ban sekitar setengah jam. Sehabis tambal ban, kami melanjutkan perjalanan menuju Semarang dengan aman dan nyaman.
Sampai di kost saya Ungaran sekitar pukul 17.00 dan Rina langsung tertidur pulas sementara saya mandi dan beres beres barang bawaan. Dan sehabis isak baru saya antar Rina ke kostnya.
Akhirnya selesai juga nulisnya… what a beautiful life?!
Laporan Keuangannya disini
Back to Part I
Akhirnya saya sampai di Jl. RM. Said. Disitu banyak penjual di emper emperan toko. Kamipun akhirnya memilih makan di warung makan Pak Mul, kami pesan 2 nasi, 2 ayam goreng + lalap, dan 2 gelas esteh. Mungkin karena kami kelaparan atau tidak, tapi saya akui makanan ini enak enak. Akhirnya makan pun selesai, dengan uang yang ada, walaupun takut kemahalan, akhirnya kami puas dan merasa pantas untuk mengeluarkan 28,5K idr untuk porsi makan kami tadi.
Makan pun selesai, dan tujuan kami selanjutnya adalah ke Solo Grand Mall yang merupakan mal terbesar di Kota Surakarta ini (kenapa tidak Surakarta Grand Mall ya?, mungkin jadi aneh seperti Yogyakarta Expo Center.. hehehe) berdasar jurus kira kira, akhirnya kami sampai juga di SGM. Parkir di basement lalu masuk dan menemui hypermart. Dari situ kami bisa naik ke atas dan jalan jalan di mall lima lantai ini. Di depan SGM sedang ada pertunjukan musik yang diselenggarakan oleh Suzuki. Oya, di lantai teratas mal ini juga ternyata ada tempat bilyard. Dan bioskop 21 di sini namanya Grand 21.
Setelah terobati penasarannya, kami pun akhirnya memutuskan untuk keluar untuk menonton konser musik di Alon Alon utara Solo. Kami pun turun sekitar jam 21.00 dan menuju ke Alon Alon utara. Disana sedang ada konser musik yang menampilkan Superman Is Dead dan J-Rocks. Kami memarkir motor di gerbang Gladak lalu berjalan diantara ribuan outsiders dan Jrs. Ticket box sudah ditutup namun kami bisa melihat di layar yang menampilkan aksi mereka di panggung. Rina yang merupakan outsiders akhirnya sangat menikmati acara ini. Sedangkan saya terus terang ingin jogat joget nggak karuan namun masih bisa jaga diri untuk tidak ikut seperti itu. Hahaha.. akhirnya kami malah dapat beberapa teman yaitu Hani Prasetyo, Gunawan, dan Babi Pecundank bersama geng nya yang minta foto foto.
Saat pertunjukan J-Rocks, suasana sedikit slow sehingga kami yang sudah capek akhirnya memutuskan untuk pulang ke penginapan. Tepat pukul 22.30 kami sampai di penginapan dan beristirahat…
# Day 2nd , Minggu, 16 Oktober 2011
Pagi yang cerah di Kota Surakarta. Pagi yang indah ini berawal pukul 05.30 dimana saya shalat subuh lalu bersiap siap untuk jalan jalan. Rina pun sudah bangun dan jam 6.15 kami sudah siap untuk berjalan jalan pagi ini bernafas dengan angin Solo. (halah?!) kami asal keluar dan melewati Jl. A. Yani. Tujuan kami yaitu ke Stadion Manahan. Walaupun pertaman kali saya keliru jalan, akhirnya kami temukan juga stadion yang berada di Jl. Adisucipto ini.
Setelah memarkir sepeda motor dengan tanpa kunci stang (karena untuk mengatur parkir yang sangaat padat) kami pun menikmati stadion yang mirip pasar pagi ini. Bayangkan saja. Beragam penjual tumplek blek disini. Mulai dari makanan kecil, makanan besar, ikan, pakaian, aksesoris, sampai orang jualan hamster dan jualan puyuh pun ada disini. Disana juga kebetulan sedang ada event barongsai yang diadakan oleh Suzuki. Kami hanya membeli cilok 3K idr dengan rasanya yang khas dan menurut saya enak, sambil jalan jalan kami mencari tempat untuk sarapan. Berdasarkan saran Rina, akhirnya kami sarapan dengan nasi liwet dengan lauk gorengan dan kerupuk, dan dua teh manis. Di sela sela acara sarapan kami, kami sempat berbincang dengan orang yang sama sama wisatawan yaitu bapak bapak dengan putrinya yang cantik yang mengaku berasal dari Klaten dan kebetulan sedang acara sekalian berlibur.
Tidak butuh waktu lama mengingat sarapan adalah breakfast alias berhenti tapi cepat. Dan saya pun membayar 12K idr. Tidak jauh darisitu seraya melanjutkan perjalanan saya tertarik membeli susu kedelai yang akhirnya membuat saya mual. Dengan tenaga yang tersisa, saya membeli sebuah celana pendek dengan harga 20K idr dan Rina membeli sebuah kalung dengan harga 10K idr. Sekedar untuk kenang kenangan murah dari Kota Surakarta ini.
Setelah itu saya tidak bisa menikmati perjalanan ini karena saya merasa amat pusing sehingga kami putuskan untuk segera balik ke penginapan. Foto foto pun sudah tidak semangat lagi. Saat terbebas dari ribuan orang yang berduyun duyun itu saya merasa bisa bernafas lega sehingga saya menyimpulkan bahwa saya tidak bisa berada dalam keramaian.
Perjalanan dari Manahan menuju ke penginapan ternyata cukup mudah. Dan pukul 08.30 sesampainya di penginapan saya langsung minum kopi yang sudah tersedia di depan kamar. Dengan sepotong roti yang tidak saya makan. Saya langsung mandi dan merasa sangat segar. Singkat cerita, waktu menunjukkan pukul 09.30 dan kami sudah siap untuk melanjutkan aktivitas kami.
Jadwal kami hari ini adalah mengunjungi Karaton Kasunanan Surakarta. Sejarah Karaton Surakarta ini kurang lebih sebagai berikut :
Pada waktu kekuasaan Mataram Islam di tanah Jawa yang berpusat di Yogyakarta, karena adu domba pemerintah VOC / Belanda waktu itu, dengan perjanjian Giyanti, akhirnya Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua yakni Karaton Yogyakarta Hadiningrat dan Karaton Kasunanan Surakarta. Yogyakarta dipimpin oleh Hamengku Buwono, sedangkan Surakarta dipimpin oleh Paku Buwono. Pusat Karaton Surakarta dahulunya adalah Karaton Kartasura yang ada di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Namun akibat pemberontakan orang etnis Cina, pada saat pemerintahan Paku Buwono II, Karaton akhirnya dipindahkan ke Desa Solo. Proses pemindahan Karaton ini juga tidak mudah yakni dengan bantuan orang pintar dan ditentukan pada hari baik. Akhirnya dipilihlah Desa Solo sebagai pusat Kerajaan dengan beberapa faktor pertimbangan salah satunya adalah dekatnya dengan sungai Bengawan Solo. Pada tahun 1700an, Karaton mulai dibangun dan oleh sang raja, negeri baru itu dinamakan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Adapun Karaton Kartasura kini sudah rusak dan terus terang sangat sulit untuk mendeteksi bangunan aseli dari keraton ini.
Oke, back to cerita lah yaa..
Hari ini saya dan Rina sengaja memakai tema baju kotak kotak yang dibuka kancingnya. Hehe.. dan perjalanan tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kompleks keraton peninggalan Kerajaan Mataram ini. Ternyata model wisata di Keraton Solo dan Keraton Yogyakarta berbeda. Kalau di Yogyakarta kami bisa menikmati bagian depan keraton yang disebut dengan pagilaran yang menampilkan aneka kostum kerajaan dan waktu itu kami tidak sempat masuk ke Keraton utamanya. Sedangkan di Keraton Surakarta ini, pagilaran tidak ada yang bisa dikunjungi melainkan semacam pendopo dan tidak pernah dikunjungi selain waktu ada event tertentu.
Setelah bertanya dengan bapak bapak yang ramah, kami akhirnya bisa memasuki Keraton dengan memutari pagilaran tadi melewati sebuah jalan yang disana dikenal dengan istilah sapiturang yang menurut saya itu jalan melingkar lonjong menyerupai tangan kepiting. Disitu kami langsung bisa masuk ke Kraton. Setelah memarkir motor, kami langsung jeprat jepret bagian depan Karaton Kasunanan Surakarta ini. Setelah itu, melihat dua orang prajurit yang bisa diajak foto foto, kamipun tertarik untuk berfoto bersama mereka dengan membayar kas seikhlasnya. Selesai berfoto, Rina memberi uang 4K idr. Habis itu, berdasar info dari petugas, kami diharuskan membeli tiket disebelah kanan. Ternyata tiketnya menurut saya mahal. 10K idr untuk satu orang. Lalu mengikuti rute wisatanya yaitu masuk ke Museum Keraton melewati jalan timur.
Begitu masuk, kami disuguhi patung salah satu Raja Keraton Surakarta yakni Paku Buwono X.
Setelah melewati tiket pass dengan pelayanan ramah, kamipun masuk melihat lihat koleksi. Ruang pertama adalah benda benda peninggalan jaman dahulu. Kemudian ruangan ruangan lain disini menyimpan koleksi antara lain : macam macam kereta, macam macam tandu, dayung perahu, patung keramat, dan foto foto maupun lukisan raja raja.
Di pelataran keraton juga ada sumur air suci. Saya juga sempat merasa aneh dengan salah satu kereta yang hampir rusak dimana ornamennya seperti ornamen eropa. Dan di salah satu ruangan, guide menerangkan tentang upacara pernikahan menurut adat solo basahan. Bila hari selasa kliwon, ketika ada tarian yang diperagakan oleh sembilan gadis, maka seakan akan kita akan melihat sepuluh orang. Barangkali yang satu itu adalah Ratu Kidul. Hiii.. serem juga yak??
Kami juga sempat menjumpai seorang turis asing yang dijelaskan oleh guide yang pinter bahasa inggris. Hehe.. menurut kami turis itu sangat antusias sekali lho.
Bagian selanjutnya adalah masuk ke bangunan utama Keraton yang suasananya rindang
Untuk masuk tempat ini kami diharuskan untuk melepas alas kaki kecuali sepatu. Dan juga kami diharuskan untuk menggunakan pakaian sopan. Bila pakai celana pendek maka akan dikasih semacam jarit.
Disitu kami jumpai pepohonan yang dibeberapa pohon ada semacam kendi dan juga kami jumpai pula semacam tempat ritual di depan keraton. Menurut guide, dalam bangunan keraton ini dulunya pada Februari 1985 dilanda kebakaran. Namun karena faktor energi positif atau keajaiban beberapa tiang utama masih utuh dan digunakan sampai sekarang dan ditandai dengan kain kuning.
Lalu untuk sesaji di depan keraton adalah bentuk komunikasi dengan Ratu Kidul yang bila datang dengan kereta kencana, maka kereta akan di tambatkan di salah satu pohon. Kemudian untuk menara adalah tempat pertapaan sang raja khususnya untuk berkomunikasi dengan Ratu Kidul. Dalam hal ini, komunikasi adalah bentuk toleransi antara manusia dan jin agar saling menghormati dan saling menghargai. Jadi salah besar apabila orang bilang di Karaton banyak kemusyrikan. Bahkan karaton yang menjunjung tinggi adat jawa adalah berlaku ramah dan sopan dengan sesama makhluk Tuhan. Tidak terkecuali jin.
Tidak jauh dari situ, juga dijumpai abdi dalem yang sedang menyiram halaman.
Lelah berwisata di kraton, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dan mencari minum.
Namun kami malah ditawari keliling dengan becak ke Alon alon Kidul melihat Kerbau Bule. Akhirnya kami iyakan saja itung itung melengkapi perjalanan lah. hehe.. dan kami melaju menikmati perjalanan suasana keraton sekitar 30 menit keliling dan membayar 15K idr. Harga yang menurut saya terlalu mahal. Tapi oke lah, untuk menutup wisata keraton.
Dengan sisa semangat, kami akhirnya keluar untuk mencari minimarket untuk membeli air putih yang dingin yang akhirnya kami beli di alfamart 4k idr berdua.
Siang yang panas ini adalah pukul 11.00 dimana kami harus bingung hendak kemana. Akhirnya kami pergi untuk memutar mutar mencari tempat jualan es duren dengan nama mendem duren. Huaaah.. setelah muter muter akhirnya kami temukan juga dan kami beli dua porsi 20K idr.
Setelah itu kami lelah dan mencari tempat yang enak untuk menikmati es duren yang tadi kami bungkus. Dan akhirnya ditemukan juga di salah satu ruas Jl. Slamet Riyadi. Kami menikmati es duren yang enak ini lalu setelah selesai langsung kembali ke penginapan mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 12.30.
Istirahat dan shalat dhuhur, akhirnya pukul 14.00 kami check out dan bermaksud untuk pulang ke Semarang. Perjalanan kali ini kami melewati jalur reguler yaitu Solo – Kartasura – Boyolali – Salatiga – Bawen – Ungaran – Unnes.
Di dekat perbatasan Sukoharjo – Boyolali, kami mampir di Alfamart untuk lagi lagi beli air putih dingin 4K idr karena memang kami sangat dehidrasi sekali. Lalu masih di daerah boyolali, kami sempatkan makan siang mie ayam berdua 11K idr.
Perjalanan yang lelah ini ditambah lelah ketika menyadari bahwa saat sampai daerah Ampel Boyolali, motor saya bocor. Dan kami harus menunggu tambal ban sekitar setengah jam. Sehabis tambal ban, kami melanjutkan perjalanan menuju Semarang dengan aman dan nyaman.
Sampai di kost saya Ungaran sekitar pukul 17.00 dan Rina langsung tertidur pulas sementara saya mandi dan beres beres barang bawaan. Dan sehabis isak baru saya antar Rina ke kostnya.
Akhirnya selesai juga nulisnya… what a beautiful life?!
Laporan Keuangannya disini
Back to Part I
No comments:
Post a Comment