Friday, June 13, 2014

Dua Hari di Kediri, 7 - 8 Juni 2014


Hari Pertama # Sabtu 7 Juni 2014

“Nganjuk, Nganjuk persiapaan.. Terminal Nganjuk..” ah, teriak kondektur bis membangunkan saya. Kami, saya dan Tika bergegas segera menggendong tas dan bersiap turun. Jam setengah lima pagi, di hari Sabtu awal bulan Juni 2014, kami sampai di Nganjuk setelah menempuh perjalanan bersama bis ngebut Sumber Selamat dari Ungaran selama 5,5 jam.

Setelah menyempatkan sholat subuh di mushola terminal dan makan bekal, kami segera menuju jalur pemberangkatan bis tanggung Kawan Kita. Bis jurusan Nganjuk – Blitar ini akan membawa kami ke Kediri.

Sepanjang jalan, saya disuguhi panorama kota Nganjuk, dan suasana sunrise di persawahan perbatasan Nganjuk – Kediri, serta gunung Wilis yang gagah di sebelah barat. Satu yang saya suka dari pelayanan bis adalah, meski bis ini tampak tua dan maaf-kurang bersih, tapi penumpang tetap diberi tiket. Satu jam kemudian kami telah sampai di Kota Kediri dan turun di perempatan Jl. Kawi.

Perempatan Jalan Kawi pagi itu
“halo saya sudah sampai di perempatan Jl. Kawi”
telpon saya ke bu Ermina, pengusaha rental motor yang pagi ini janjian untuk mengantar motor ke saya. Barangkali sepuluh menit berlalu dan motor suzuki nex warna putih ini siap kami tunggangi untuk keliling kota Kediri.

**
Kediri, kota sedang di tengah Jawa Timur ini sudah lama saya harapkan untuk saya kunjungi. Bahkan sudah setahun belakangan gagal terus. Akhirnya hari ini impian saya kesampaian. Nex mengantar kami membelah kota tahu ini untuk pertama kali. Perasaan saya pertama kali, kota ini lebih kecil dari yang saya duga. Mungkin saya memang belum bisa membayangkan aturan skala pada peta. Hehehe. Beberapa waktu sebelumnya saya rajin nguprek google earth untuk mendapatkan gambaran kemana saya harus mengemudikan motor. Dan semua tampak normal. Meski baru pertama ke Kediri, saya sudah bisa merasakan kemana saya harus melangkah. Melihat di beberapa titik, tampak pasir yang masih mengotori jalanan kota. Sisa erupsi Kelud beberapa waktu lalu.

Menyusur Jalan Kawi, kami belokkan ke kiri pas di perempatan sebuah gereja besar. Kiri kanan berdiri gedung-gedung pemerintahan dan sekolah-sekolah. Tidak lama, kami sampai di Jembatan Lama Kediri. Jembatan yang berumur 145 tahun ini membentang membelah Sungai Brantas sepanjang kurang lebih 180 meter. Sementara di sebelahnya tampak pengerjaan konstruksi jembatan baru.  
Jembatan Lama Kediri

Saya menganggap setelah sampai di ujung jembatan, kami berada di kota timur dengan dominasi bangunan-bangunan pusat ekonomi dan hiburan. Mudah saja kami melewati beberapa ruas jalan satu arah dan karena kami membawa peta, akhirnya kami berhasil sukses sampai di Kampung Dalem Gang 5 yang terletak tidak jauh dari Alun-alun kota.
 
Omah Kampoeng Kost & Homestay namanya. Terletak di ujung jalan gang. Kami segera di sambut mbak Enin dan selesai mengurus administrasi dia mempersilakan kami memasuki kamar untuk beristirahat. Ada beberapa kamar di belakang rumah utama yang digunakan sebagai kost dan homestay. Saya sudah pesan untuk check in lebih awal karena jam 7 sepagi ini kami telah sampai di Kediri.

Satu jam berlalu, artinya waktu kami untuk istirahat dan mandi telah usai. Kami segera menggeber nex untuk kembali menyusuri jalan-jalan dalam kota. Tujuan kami yang pertama adalah cari makan! Yup, akhirnya dua porsi nasi pecel dan segelas teh yang kami temui di pinggir Jalan PB Sudirman, terasa cukup untuk memulai aktivitas pagi ini.



Lanjut ke "Prosodan di Gumul Paradise Island Kediri"

Lanjut ke "Candi Tegowangi Kediri"

**
Satu jam kemudian, kami sampai di Masjid Agung Kota Kediri. Masjid dengan bentuk modern ini dilengkapi dengan menara yang tinggi. Bangunannya cukup monumental jika dilihat khususnya dari Jalan PB Sudirman. Selesai sholat, saya baru sadar bila ada jembatan penghubung antara masjid dengan alun-alun yang ada di depannya. Alun-alun kota ini, dalam hemat saya, tampak tidak seperti alun alun. Dengan rimbunnya pepohonan dan banyaknya pernak-pernik kegiatan ekonomi, lebih tampak sebagai taman. Terlebih, ditengah alun-alun berdiri tegak patung Mayor Bismo dengan warna keemasan.
 

Badan terasa capek. Siang ini, kami manfaatkan waktu untuk tidur siang. Tidak tanggung-tanggung, kami tidur hingga pukul empat sore. :D ngantuk sekali sih.

Inilah saat yang saya nantikan. Kunjungan utama saya ke Kediri ini adalah untuk mensurvey bioskop Golden Theater. Jam setengah lima sore sebelum kami sempat shalat ashar, kami sudah mandi dan sudah wangi untuk lagi-lagi jalan jalan. Tidak sengaja kami sampai di Jalan Penanggungan dan menunaikan sholat asar di sebuah musholla.

Tika kebetulan sedang kurang nyaman perutnya sehingga tidak berani makan yang pedas-pedas. Kemudian, sop ayam Klaten menjadi pilihan kami. Yaaaa.. benar sekali. Kami jauh-jauh datang ke Kediri hanya untuk makan sop ayam Pak Min Klaten. Apa-apaan -__-. Tapi lupakan, ini benar-benar ide yang muncul tiba-tiba dan suasananya mendukung. Sore ini, hanya tinggal beberapa porsi saja. Saya memilih sop dengan paha potong-potong sementara Tika memilih sop kepala. Rumah Makan yang ada di Jl. Jaksa Agung Suprapto ini didindingnya terpasang informasi yang memberitahu kami bahwa belum lama dibuka cabang di Jl. Kilisuci alias dekat dengan tempat kami menginap. Hahaha :D

Matahari ternyata sudah tenggelam. Lampu-lampu kota mulai menyala dan selamat malam minggu Kota Kediri! Kami menyempatkan sholat maghrib di masjid kompleks eks. Polwil Kediri dan selanjutnya langsung menuju ke Golden Swalayan. Gampang saja, Golden ini terletak berseberangan dengan Mal Kediri.

KLanjut ke "Menikmati Bioskop Klasik di Golden Theatre Kediri"

Keluar dari bioskop, kami mengarahkan motor ke apotek di dekat stasiun untuk membeli obat. Kami juga sempat jalan-jalan sejenak di alun-alun sementara para penjual menggulung dagangannya. Sudah hampir pukul setengah sepuluh malam. Akhirnya kami selesaikan malam minggu ini dengan kembali ke penginapan dan tidur.

**
Hari Kedua # Minggu 8 Juni 2014

Selamat pagi Kota Kediri, Kota Tahu. Pagi ini ada beberapa spot yang ingin saya datangi. Saya mengajak Tika dan dia mengemudikan motor di depan sehingga saya bisa leluasa memotret suasana kota dari jok belakang. Tujuan pertama kami adalah ke Monumen Simpang Lima Gumul (SLG).

Cukup membayar 2 ribu rupiah sebagai tiket parkir motor, kami lalu masuk ke sebuah lorong bawah tanah yang menghubungkan tempat parkir dengan bangunan inti. Bangunan gagah ini mengadopsi arsitektur  L Arc de Triomphe di Prancis. Memang, suasananya terasa Eropa banget. Di sisi-sisinya ada relief kebudayaan khas Indonesia (mungkin khas Kediri) dan juga sebuah  relief tentang kerukunan umat beragama. Sementara itu, di pojok-pojok sisinya, terlihat menjulang patung Ganesha yang melambangkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Memang, berdasar pantauan saya, Ganesha seakan terasa menjadi cirikhas Kabupaten Kediri. Patung ini juga dijumpai di gerbang kantor Bupati Kediri dan gambarnya juga dipakai sebagai bagian dari Logo Kabupaten Kediri.

Menurut informasi yang saya baca, bangunan ini dilengkapi lift untuk menuju ke lantai atas yang digunakan sebagai ruang serba guna. Secara dimensi, saya kira ukuran masing-masing sisi persegi bangunan ini sekitar 25-30 meter dengan ketinggian 25 meter. Di masing – masing sisi terdapat pintu tinggi besar ke ruangan tengah.

Melihat suasana sekeliling, memang tampaknya kawasan ini sedang dikonsep sebagai ‘kota baru’. Di dekatnya dibangun sebuah terminal, gedung Bank, dan juga sebuah gedung besar yang belum saya ketahui untuk apa :D.

Puas menikmati suasana pagi di SLG, kami belokkan motor karena penasaran dengan pasar pagi yang terletak di sebelah parkiran motor. Kami sempat menyesal karena sudah mengambil motor sehingga harus parkir dua kali yang terakhir di dekat area pasar pagi. Beragam barang kebutuhan dijual disini layaknya pasar tiban minggu pagi di daerah lain. Pilihan kami jatuh pada penjual pecel tumpang yang bisa kami nikmati sembari duduk-duduk di taman dengan rerumputan. Saya melihat betapa bahagianya warga sini yang mendapat fasilitas taman yang indah ini. Mereka yang rata-rata tampak seperti pulang olahraga pagi, terlihat sangat menikmati suasana di taman ini ditemani berbagai macam sarapan pagi. Ah, syahdunya :D hehehe.
Monumen SLG dari pasar pagi

 makan pecel tumpang di taman kawasan SLG
**
Tepat pukul sepuluh pagi, kami check out dari Omah Kampung dan mengendarai Nex untuk pulang. Sebelum pulang, kami ampirkan dulu motor di pojok alun-alun kota yang menyediakan oleh-oleh. Dua macam kerupuk goreng pasir dan dua getuk pisang melengkapi perjalanan siang kami. 
Pojok oleh-oleh di Alun alun Kota Kediri
Selain itu, kami juga mampir untuk membeli tahu kuning dan pisang brentel khas kediri yang bisa kami temui di sepanjang Jl. Yos Sudarso. Oke! Barang bawaan sudah menumpuk. Kami segera melaju ke perempatan Jalan Kawi. Disana Bu Ermina dan anaknya telah menunggu. Segera saja kami kembalikan motor dan mensetop bis Kawan Kita untuk kembali ke Nganjuk.

Alangkah beruntungnya kami, di parkiran pemberangkatan tampak bis Sumber Grup jurusan Surabaya Semarang hendak berangkat. Langsung kami dapat tempat duduk yang cukup nyaman. Bis dengan body discovery-nya Laksana ini terlihat masih cukup baru. Sepanjang jalan, saya beberapa kali terkantuk.

Akhirnya, pukul setengah enam sore kami berhasil tiba di Ungaran tanpa ada halangan yang berarti. Alhamdulillah :)

More Pics :

Gunung Wilis dari Perempatan Dhoho Plaza/Dhoho Square

Kelenteng Tjoe Hwie Kiong

Tugu Adipura pertigaan Kantor Pos Kediri

Masjid Agung Kediri dari Jl PB Sudirman


Pasar Pahing Kota Kediri


Gerbang Kantor Bupati Kediri dengan ornamen patung Ganesha

view Cantik di kawasan Simpang Lima Gumul

Arca Totok Kerot dalam perjalanan ke Tegowangi



Jembatan Lama, di malam hari

Depan kantor pusat PT Gudang Garam

DEPO Pertamina Kediri

Joyoboyo Square (?)

Sepanjang jalan kawasan Gudang Garam Jl. Singosari/KKO Usman

Sasana Krida Surya Kencana Kediri

Monumen SLG pagi itu







Saya di depan Kantor Bupati Kediri

Stadion Brawijaya

Mal Kediri

Eks. Bioskop Jaya, Jl Brawijaya



Gereja Merah, bundaran Sekartaji (?)

Kediri Syu

Kediri Town Square

Eks. Garuda Theater, Jl. Yos Sudarso


Tika, perjalanan pulang


Daftar tautan :




Credits:
Rental Motor Kediri
Mojoroto, Kota Kediri
HP. 0812 1729 414

Omah Kampoeng Kost & Homestay
Kampung Dalem Gang 5 
Alun alun Kota Kediri
HP. 081 554 9940 59
Read More..

Candi Tegowangi Kediri


Sebelumnya





Petugas parkir GPI memberitahu saya bahwa untuk menuju ke Candi Tegowangi, kami harus mengikuti petunjuknya. Petunjuknya simpel saja. Hanya belok kiri-kanan-kiri, tunggu perempatan bangjo, dan ambil kanan. Spekulasi saya bilang, paling hanya maksimal 15 menit sampai. Ternyataaa… jalan lurus hingga menemui bangjo petunjuk itu saya rasa hampir sekitar 20 Km! dan bangjo yang dimaksud adalah bangjo perempatan Kecamatan Plemahan. Dari situ, masih ada sekitar lima kilo lagi kami harus melaju. Akhirnya papan petunjuk ke arah candi sangat lengkap. Tidak perlu tanya ke orang lagi, akhirnya kami sampai di Candi Tegowangi.
Papan informasi Candi Tegowangi
Adalah Bre Matahun yang diperkirakan hidup pada era Majapahit dan dilakukan pendarmaannya pada tahun 1400 dengan dibangunnya candi ini. Secara umum, bangunan yang berada di tengah hamparan rumput hijau ini berbentuk bujur sangkar dengan masing-masing panjang sisi sekitar 11 meter. Tangga untuk naik ke tubuh candi  dengan tinggi 4 meter ini sudah rusak sehingga dipasang larangan untuk mendaki candi. Di salah satu sisinya, berdiri dalam kondisi rusak sebuah candi perwara. Sementara beberapa arca dan puing bebatuan candi yang tidak bisa di rekonstruksi tampak tertata rapi di sekeliling candi.
Candi Perwara
Tatanan batuan di sekeliling candi
Siang ini cukup sepi. Di tengah cuaca yang terik, rupanya hanya saya saja yang terlihat menikmati dan menjeprat-jepret beberapa bagian candi. Pengelola parkirpun tidak ada, hanya ada seorang penjual pentol dan beberapa pengunjung yang memarkir motor sembari melihat candi dari tempat yang teduh.

Menarik sekali, pada masing-masing sisi bawah kaki candi, tampak ukiran relief makhluk yang terlihat seperti menyangga bangunan candi. Setelah saya putari, ternyata di semua sisi ada. Bentuk sosok makhluknyua pun berbeda beda. Saya belum tahu artinya :D
Sosok makhluk penyangga 1

Sosok makhluk penyangga 2
Saya mengamat-amati bagian candi sembari memotret sekitar setengah jam lamanya. Setelahnya, kami segera beranjak pulang untuk kembali ke kota.

More Pics :
Jalan masuk



Yoni dengan motif cerat kepala Naga


Relief




Sampai Jumpa lagi! :D


 Credit :
Candi Tegowangi
Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan
Kabupaten Kediri 


Selanjutnya
Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...