Monday, November 27, 2017

Si Kenang : Bus Wisata Baru Kota Semarang



“Yok sesuk dewe dolan nang Semarang, njajal bis wisata anyar, ben Dayu seneng”
“Ah tapi aku ra duwe duit”
“Gratis kok bis-e. Paling duit gawe jajan wae”
“Tapi duite kowe yo?”
“Duitku yo entek je. Yowes lah gampang. Kan ijeh iso utang”

Berawal dari obrolan ringan saya dengan istri sembari nyuci piring jumat sore, akhirnya Sabtu (25/11) kemarin kami fiks berangkat ke Semarang mruput gasik demi menuntaskan rasa penasaran pingin naik bis wisata Semarang terbaru.

Tidak seperti biasa yang males-malesan, pagi hari yang dingin saya segera melepaskan pelukan istri lalu mengajak Dayu ke dapur. Bikin air panas, nyuci dot, mandiin Dayu, lalu menyiapkan sarapan buat Dayu.

**

Sebuah bus double decker berwarna dominan merah pagi itu sudah terparkir di halaman Museum Mandala Bhakti, Tugu Muda. Pagi itu saya toleh tangan saya yang ternyata tidak ada jam tangannya, setelah melihat smartphone, jebul baru jam tujuh kurang seperempat. Lha kami sengaja gasik berangkat dari rumah jam enam, takut kesulitan dapat tiket je.
Sejak di luncurkan awal Oktober lalu, bus wisata terbaru milik Pemkot Semarang ini kebanjiran animo masyarakat. Di hari libur atau akhir pekan misalnya, - berdasarkan informasi dari media, antrian tiket pemberangkatan terpagi bisa sampai seratusan meter. Itupun tidak menjamin akan dapat tiket. Gratis, soalnya. Malahan, menurut salah satu testimoni, ada warga yang mengantri tiket sejak jam empat pagi hanya supaya bisa ikut keliling dengan bis wisata bernama Si Kenang tersebut di jam pemberangkatan pertama.

Setelah memarkir coro di halaman belakang museum, saya tergopoh – gopoh segera melangkahkan kaki menuju sebuah pos tenda milik Dinas Perhubungan. Dua petugas terlihat melayani antrian yang hanya beberapa orang saja pagi kemarin. Akhirnya, saya pun mendapatkan tiket dengan menukarkan KTP. Satu KTP bisa untuk dua tiket. Tiket berkode A, berarti pemberangkatan jam 8, tiket berkode B berangkat jam 11, dan tiket C untuk pemberangkatan terakhir, pukul tiga sore.
 
Masih ada waktu satu jam seperempat sebelum kami bisa naik. Kami pun motrek motrek sejenak penampakan bus bermesin Scania dengan balutan karoseri dari Nusantara Gemilang tersebut.
 
“air mancur, air mancur!” teriak Dayu

Owalah dia menunjuk-nunjuk air mancur yang ada di bundaran Tugu Muda. Rupanya ia tertarik untuk mendatanginya.

Pagi itu, cuaca relatif mendung. Aktivitas lalu lintas di bundaran Tugu Muda terpantau lancar. Perlahan namun pasti, butiran air hujan mulai turun tanda bahwa pagi itu tidak begitu bersahabat. Akhirnya hujan pun tak dapat di tunda lagi.

**
Petugas berkaus putih terlihat memberi tanda kepada kami bahwa bus sudah siap. Para peserta yang beruntung mendapatkan tiket umumnya adalah ibu-ibu yang mengajak anaknya. Kami pun berlari – lari kecil masuk ke dalam bus dan mencari tempat duduk. Sesuai dengan tiket yang telah kami bawa, urutan 1 hingga 61 mendapatkan tempat di bagian atas, adapun sembilan penumpang terakhir, bisa duduk di bawah.
 
Bus berangkat dari Tugu Muda melalui Jalan Imam Bonjol. Pelan namun pasti, sembari membelah hari yang gerimis, bus melewati Stasiun Poncol dan Tawang. Dari sana, Si Kenang kemudian merangsek masuk ke kompleks Kota Lama dan berhenti di Taman Srigunting, sebelah Gereja Blenduk.

“Silakan peserta boleh turun dan makan minum, kami beri waktu lima belas menit. Mengingat hari hujan, bagi yang tidak ingin turun tidak apa-apa. Peserta diharap masuk kembali ke bis saat ada bunyi telolet” Suara petugas melalui pengeras suara.

Dayu baru saja tertidur. Maklum ia pagi itu bangun pukul tiga. Ndilalah kok ya pas hujan. Jadilah kami tidak turun waktu di Kota Lama. Lagian saya bisa dibilang sudah tuwuk kalau Cuma ke Kota Lama.

Gerimis berangsur reda saat Si Kenang melanjutkan perjalanan kembali ke arah selatan melalui sepanjang Jalan Pemuda. Sebelum berhenti di pemberhentian ke dua yaitu Kampung Pelangi, bis ini sengaja muter-muter menyusuri Jalan Pandanaran hingga Simpang Lima dan memutar balik lagi ke Tugu Muda.
 
Sampailah kami di Kampung Pelangi yang akhir-akhir ini tengah hits terutama di kalangan pecinta foto dan suka pamer foto-foto di instagram.

Daerah Kalisari ini sudah lama  merupakan sentra penjual bunga hias atau florist. Kampung di belakanganya yang menjulang tinggi berada di lereng bukit tersebut, kini telah disulap sedemikian rupa hingga berwarna-warni. Dengan dukungan dari pemerintah kota setempat, kampung ini dikonsep sebagai kampung tematik dengan menampilkan atraksi warna-warni pelangi di sekujur kampung.


Untunglah, sudah tidak hujan. Dayu juga sudah bangun. Kami turun dan sekedar membeli jajan sebagai pengganjal perut. Dayu sih sudah sarapan tadi sembari perjalanan berangkat. Saya sama Tika membeli satu bungkus mie goreng (bukan mie instan lho!) dan beberapa potong gorengan. Mengingat waktu kami tidaklah lama, kami memilih makan saja lah alih-alih jalan-jalan.

Total waktu yang dibutuhkan Si Kenang dalam sekali muter-muter adalah dua jam. Seselesainya dari Kampung Pelangi tadi, Si Kenang melanjutkan jalan-jalan melewati sepanjang jalan Kaligarang, Pamularsih, Sam Poo Kong, kemudian muter balik di Bundaran Kalibanteng. Selanjutnya kami kembali ke halaman Museum Mandala Bakti.

Jika kalian ingin nyoba bus wisata ini, perhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)    Untuk akhir pekan (Jumat sampai Minggu) ada empat kali pemberangkatan, yang terakhir malam jam 19,00
2)    Jika datang akhir pekan dan ingin naik yang paling pagi, datanglah gasik. Sekitar satu-dua jam sebelum jam 8. Takut kehabisan tiket.
3)    Jangan lupa membawa KTP asli.
4)    Jangan makan minum selama di dalam bus. Jadi nggak usah repot bawa makanan/snack.
5)    Jika turun di Kota Lama atau Kampung Pelangi, jangan lupa waktu dan jangan jauh-jauh. Kalian bisa ditinggal.
6)    Jaga kebersihan bis dan obyek wisata.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...