Kebahagiaan
anak adalah salah satu kebahagiaan dalam hati dan sekaligus keluarga saya.
Maka, dengan adanya rejeki yang berlimpah kemarin (alhamdulillah), maka tidak
ada salahnya foya-foya sedikit. Awal tahun ini, ada sih rencana bepergian
kemana gitu tetapi melihat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan dimana
cuaca tidak menentu, bencana alam dimana-mana dan ditambah lagi dengan
ketidakstabilan politik di Amerika Serikat sana, membuat saya memending dulu
buat refreshing. Tapi alasan yang paling kuat sebenarnya karena nggak punya
uang, sih. Uangnya habis buat kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Nasib pegawairendahan..
Keinginan
saya kemarin hanya satu sebenarnya, mengajak Dayu naik kereta api. Karena dia
kalau dirumah, suka sekali nyanyi lagu itu, dan berulang-ulang menyebut kata
Surabaya. Mungkin dia pingin ke Surabaya. Saking pinginnya, bahkan ketika makan
ikan bandeng, dia pasti langsung nyeletuk “Bandeng Surabaya, ya?” ah kamu bikin
bapak makin nggak tega dan pingin segera mengajak naik kereta ke Surabaya. Eh
tapi kejauhan.. ke Solo aja lah ya yang murah.
Saya
bertiga sampai Poncol masih gasik, sekitar jam tujuh lebih sedikit. Sementara,
jadwal kereta api Semarang – Solo dengan KA Kalijaga masih nanti jam 9. Saya
masih ingat betapa merdekanya naik KA ini. Kaki bisa selonjoran, tempat duduk
bisa pindah-pindah, dan berasa gerbong milik sendiri. Ya, karena saya dulu
pernah menjajalnya pas awal-awal trayek ini di buka. Dulu tiketnya 25 ribu
sekarang turun jadi 10 ribu saja.
Kami
ke Poncolnya naik bis ¾ Ambarawa Semarang dan dari rumah ke jalan raya naik
motor dinas, dan dititipin di Pasar Babadan. Syukurlah perjalanan ke Poncol
sangatlah lancar. Ini pertamakalinya Dayu kami ajak jalan-jalan yang agak jauh
naik kendaraan umum.
**
Hati
saya tiba-tiba mak tratap saat saya mendekati loket penjualan langsung (Go
Show) karena disana tertulis pengumuman yang berbunyi “MOHON MAAF TIKET KERETA
API KALIJAGA PONCOL – SOLO BALAPAN HARI INI SABTU 10 FEBRUARI 2018 SUDAH
HABIS”. What the fuck is this? Umpat
saya dalam hati.
Saya
lalu menghampiri Tika, sementara Dayu sudah kelihatan senang sekali melihat
Stasiun dan kereta api yang terparkir. Sekali lagi Tika memastikan ke petugas
loket dan ternyata hasilnya nihil. Lemes, saudara-saudara!
Terbersit
di pikiran Tika untuk ke Solo naik travel seharga 60 ribu. Jika, tidak mengajak
Dayu, saya pasti mengiyakan. Tetapi ini menyangkut urusan bermain hati, je. Jujur
saya telah terbiasa dengan permainan hati seperti ini karena saya ini
ekstrovert. Benar sih, kapan-kapan kami bisa naik kereta lain kali. Lha tapi
saya sudah terlanjur pesen hotel dan pesen rentalan motor, je. Dan yang paling
mengganjal di hati saya adalah, bagaimana perasaan anak saya jika kali ini
tidak jadi naik kereta api sementara saya sudah menjanjikan beberapa hari
sebelumnya.
“Kok
tidak pesen jauh-jauh hari sih?” tanya Tika.
“Lha
iya karena KA ini tidak muncul di aplikasi KAI Access, dan karena sifatnya
kereta lokal, maka tiket hanya dijual 3 jam sebelum pemberangkatan”
Tidak
hanya kami sih yang kecelik. Banyak malahan.
Owalah,
pelan-pelan saya mulai menyadari bahwa kereta ini berbeda dengan saat awal
diluncurkan. Saat ini okupansinya sudah sangat bagus. Mungkin karena harganya
murah. Bayangkan jika naik bis Semarang – Solo, butuh 30 ribu, sedangkan dengan
waktu tempuh yang hampir sama, bisa lebih hemat 20 ribu kalau naik kereta api. Nyaman,
lagi.
Saya
seketika melihat-lihat apakah ada kereta api lain yang memungkinkan untuk kami
tumpangi? Dan akhirnya saya melihat ada pemberangkatan KA Ambarawa Ekspress
yang akan berangkat pukul delapan menuju Cepu. Bablas ke Surabaya. Saya
langsung membayangkan bahwa Cepu berada di timur Purwodadi dan Blora, sementara
Purwodadi berada di atasnya Solo. Berarti Cepu ke Solo itu dekat.
Tetapi
tiketnya flat, 75 ribu. Dan saya tidak ingin berpikir panjang. Saya
memprioritaskan Dayu harus bisa naik kereta hari ini, dan hari ini pun saya
harus sampai Solo, entah lewat mana. Segeralah kami tebus tiket ke Cepu berdua
seharga 150 ribu.
**
Melihat
Dayu yang sumringah saat masuk ke Peron, rasa sesal karena mengeluarkan uang
yang terlampau banyak, sedikit terobati. Dia terlihat sangat senang dan pingin
segera naik ke kereta.
Pukul
8 tepat, kereta beranjak meninggalkan Stasiun Poncol. Dan gantian saya yang
pusing untuk menyusun rencana. Terus terang, saat bersama si kecil adalah saat
yang susah untuk konsentrasi. Baru browsing sedikit, hape sudah direbut, baru
berfikir sebentar, sudah diajak nyanyi dan bermain tayo, mainan bis kesayangannya
itu.
“Maaf
nak, bapak baru cari informasi travel atau bis dari Cepu ke Solo nanti”
Kereta
kami melaju pelan dan saya mulai sadar bahwa dari Cepu ke Solo itu ya nggak
dekat dekat amat. Bisa sih via Cepu Ngawi Solo, tapi kok ya gimanaa gitu karena
kalau ke Ngawi ya sama aja pulang kampung. Kalau enggak ya Cepu – Blora –
Purwodadi – Solo. Ah tapi nggak ada bis yang langsung. Bis patas juga nggak
ada. Apa nge-grab aja ya dari Cepu ke Solo?
“Ngomongo
dewe..” timpal Tika.
“Eh
bentar-bentar.. Gimana kalau kita turun di Stasiun yang dekat Purwodadi aja.
Dari Purwodadi kan gampang kalau cuma mau naik bis ke Solo. Ini, Kradenan..”
usul saya kepada Tika.
Tika
yang mulai bete dan kesal akhirnya manut saja.
Akhirnya
mendekati stasiun Ngrombo. Kalau saya lihat di google map, stasiun ini adalah
yang terdekat dengan jalan raya Purwodadi-Solo. Ah.. This is it..
“Gimana
kalau kita turun disini saja?” tanya saya ke Tika
“Yawes
lah pokoke aku manut kamu, mas..”
Peron Stasiun Ngrombo, Grobogan |
**
Syukurlah
Dayu mau mengerti kami turun disitu karena sedikit terpaksa. Kami naik kereta
baru kurang lebih empat puluh lima menit. Dan Dayu juga kelihatannya sudah
cukup puas. Hal ini tentu saja menjadikan saya lebih tenang. Begitu turun, kami
harus jalan kaki sejenak sekitar sepelemparan kenthos untuk mencapai jalan raya.
Kami
bertiga bagaikan traveler gembel yang tersesat di kota lain. Jalan beton,
dengan suasana yang aneh, aneh karena masih teringat habis mengeluarkan uang
150 ribu. Hehehe..
Sabarlah nak, semua pasti ada hikmahnya.. |
Setelah
menunggu lima belas menitan, kami lalu mencegat bis Rela, bis bumel jurusan
Purwodadi-Solo. Begitu naik, kami harus terpisah jarak. Di bis dengan kursi 2-3
ini, saya duduk sendiri sementara Tika duduk memangku Dayu. Dayunya diem saja.
Mungkin ia merasa sumuk dan aneh.
Sesekali,
ia gantian minta dipangku saya. Dan di sela-sela tidur, dia malah nyanyi-nyanyi
lagu selamat ulang tahun sama Ruri Abangku. Wkwkwk..
Bis
melaju membelah hutan jati. Saya dulu pernah lewat sini naik motor dari
Purwodadi ke Solo. Dan saya juga baru sadar jika kontur tanah dan model
geografis disini benar benar mirip jalan antara Cepu – Ngawi. Seru!
Sepanjang
jalan, saya melihat sekitar betapa banyak bertebaran rumah-rumah khas wilayah
setempat seperti di daerah kecamatan Toroh dan Geyer. Rumah tersebut biasanya
berlantai rendah, banyak yang berlantai tanah, dengan model joglo atap rendah dan
berdinding kayu jati. Sungguh pesona eksotisme yang luput dari jepretan kamera
saya, karena sibuk megangin Dayu.
Ternyata
eh ternyata, dari Ngrombo ke Solo butuh dua jam. Awalnya saya kira hanya
setengah jam saja. Bersyukurlah saya tidak jadi turun di Cepu. Coba kalau
sampai Cepu jam 10 siang, mondar-mandir sebentar, jam 12 berangkat dari Cepu,
mungkin sampai Solo sudah habis maghrib saya-nya.
**
Mendekati
tengah hari, kami sampai di Terminal Tirtonadi. Seketika kami langsung menuju
pintu keluar di belakang dan saya mengkontak rentalan motor. Ah, saya
sebenarnya agak malu karena sudah mencla mencle. Bilang jemput pukul 12, terus
ganti bilang kalau mau ke Cepu dulu, dan akhirnya malah jam 11,30 saya sudah sampai
Solo.
Berhubung
masnya masih nganterin motor lain, akhirnya kami relakan beristirahat sambil
menunggu motor rentalan yang datang satu jam kemudian. Sebenarnya saya sering
kasihan sama Dayu pada saat – saat seperti ini. Ia minta naik becak lah, minta
prosotan di tanjakan parkiran terminal, lah, tapi di saat yang sama ia belum
makan. Cuma ngemil doang.. Sembari menunggu, Tika saya suruh gmaping buat nyari referensi tempat
makan yang lesehan dan yang rekomended. Karena kuota saya sudah habis buat
yutuban sama Dayu.
Akhirnya,
tepat pada jam yang dijanjikan, mas rentalan motor datang juga. Motor matic Mio
GT langsung berpindah ke saya setelah saya meninggalkan tiga identitas, SIM A,
NPWP dan kiss. Eh KIS.
Foto yang diambil pihak rental untuk jaga-jaga jika saya membawa kabur motornya.. |
Pada
jalan-jalan dahulu kala ke Solo, jaman belum secanggih ini. Jamannya udah
canggih ding, tapi waktu dulu saya belum punya hape yang canggih. Nah sekarang
ini, kami benar-benar merasa terbantu dari g
maps. Tinggal nyalakan driving mode,
lalu saya bisa mengikuti peta untuk menuju Lesehan Aldan, rekomendasinya Tika
karena reviewnya bagus.
Ada di
Jl. RM Said, tempat ini tampak ramai. Kami langsung menuju lesehan di ruang
tengah dan memesan aneka macam masakan, nggak mahal-mahal kok. Kenapa kami
harus memilih lesehan, karena jika makan sama anak kecil dan nggak lesehan itu
pasti repot. Harus mangku, takut makanannya jatuh dan lain sebagainya.
Paket
ayam goreng sambel tempe tahu, dua mangkuk sup ayam, tiga potong tempe, tiga
potong ceker bacem, dua gelas es teh jumbo, dua sambel korek, serta satu ceting
nasi hanya kami bayar seharga 45,500 belum termasuk PPN. Omai omai omai, murah
bingit.. apalagi dari citarasanya yang sungguh enak dan nikmut. Rumah makan ini
kami rekomendasikan untuk kalian yang pingin makan enak dan murah di kota Solo.
**
Selanjutnya,
kami menunda shalat dhuhur pada pukul dua siang karena mepet dan takut
kehujanan. Sudah mendung, je.
Saya
segera belokkan motor masuk ke parkiran Zaen Hotel Syariah. Di bagian depan
hotel, merupakan sebuah butik dan as
usual, Dayu ketakutan saat melihat manekin. Ia merengek minta gendong
“takut anekin” katanya.
Saya
segera melakukan check in dan kunci
kamar bernomor 214 segera berpindah ke saya. Cus langsung segeralah kami
meluncur ke kamar untuk indehoy.
Ruangan
yang cukup luas, dengan satu bed besar, 32’ LG tv, shower dan almari yang
ternyata masih menyimpan satu dus roti khas Solo. Tapi sudah tercabik sedikit
di pojoknya.
“kelihatannya
masih enak nih.. dari aromanya” kata Tika
“Iya
nih, mungkin baru tadi malem tamunya nginep. Ah, tapi biarin aja lah, takutnya
ada apa-apanya. Atau mau diambil lagi sama yang punya” jawab saya. Hehehe
Berarti
ini murni karena kurang telitinya clean
up yang dilakukan pegawai hotelnya. Nggak terlalu masalah sih kalau buat
saya.
Saya
segera mandi dan pingin beristirahat sembari nonton pernikahannya Vicky dan
Angel Lelga, tapi tak dinyana, Dayu malah ngajakin mainan Tayo sekaligus
mengajak keluar melihat ikan di luar. Memang, di tengah hotel ini ada kolam
ikan yang cukup besar dengan berbagai ikan koi warna-warni yang sudah pasti
disukai anak kecil. Ah, yasudah namanya kenikmatan jalan-jalan sama anak ya
begini ini. Rencananya, saya pingin mengajak renang ke Royal Park Sukoharjo
tapi kok lelah banget.. Diluar malah nggak lama kemudian hujan.. Ya sudah
cocoklah untuk istirahat aja sampai sore nanti.
Zaen Hotel Syariah lantai 2 |
**
Jujur
kalau mengikuti keinginan, saya pinginnya malam itu pengen makan macem-macem
yang viral-lah. Seperti sate kere, pergi ke Galabo, atau gudeg bu kasno. Tapi
wong sorenya aja kami makan sisa sopnya Dayu, juga bekal nasi telur dari rumah
sudah kekenyangan ya sudah mending kami pergi ke SGM nyari es krim tentrem aja,
deket sih kalau dari hotel ke SGM jalan kaki Cuma sekitar 20 menit. Ya mending
naik motor, lah yha..
Dari
lantai ke lantai, kami susuri pelan pelan dan ternyata kami tidak menemukan
gerai es krim legendaris di Solo itu. Usut punya usut setelah mengusut seorang cleaning service, diketahui bahwa gerai
itu sudah tutup lumayan lama. Review terakhir di gmaps sih 9 months ago. Padahal
statusnya di gmaps masih aktif dan
masih buka. Hal ini menjadi bukti betapa teknologi secanggih apapun ada saatnya
tidak berkutik dimentahkan oleh seorang cleaning
service. Allohu akbar!
Sementara
itu, Dayu merengek-rengek minta naik kereta yang keliling di mol, pingin naik boneka
yang bisa jalan, sama pingin beli boneka Tayo. Untunglah, kami menemukan
Fantasy Kindom di lantai atas. Sebuah playground
indoor yang selama ini selalu diidolakan Dayu. Iya, dia memang sukanya kalo
nyetel yutub, selalu lihat anak main di play
ground. Dan ini saatnya ia kami lepas biar bermain sendiri. Eh ya tapi
masak tega.. Ya udah saya dampingin. Mulai dari naik mobil mobilan, naik-naik
ke rintangan, hingga ocot ocot alias prosotan. Satu hal yang paling ia sukai
sedari kecil. Puas, rasanya bisa melihat Dayu bersukaria ditempat yang ia suka.
Pulangnya,
belum apa-apa baru ngambil motor di parkiran, Dayu sudah merem karena kecapekan
setelah main sekitar dua jam. Hehehe.. nggak papa nak, yang penting kamu
senang.. :D
Di
tengah cuaca grimis yang mulai mengundang, kami nelisip-nelisip gang kembali ke
hotel dan mencari sesuap nasi kucing atau HIK, jika di Solo. Setelah membungkus
makan malam, kami pun kembali ke hotel dan makaannnnnn! Lapar, euy..
**
Menyambangi
Es Krim New Tentrem
Setelah didera kelelahan yang amat
sangat setelah muter-muter belanja batik di Pusat Grosir Solo (PGS), saya
melihat jika masih ada waktu yang cukup untuk njajan sebentar sebelum motor
saya kembalikan. Akhirnya, kami pun meluncur ke perempatan Ngarsopuro.
Parkir motornya mudah karena bisa
parkir di trotoar khusus yang disediakan untuk parkiran motor. Tempat menikmati
es krim ini, dahulunya ada di Jalan Urip Sumohardjo namun entah sudah sejak
kapan membuka gerainya dengan nama New Tentrem di sini. Begitu masuk, kami
langsung disambut pelayan yang cantik cantik.
“Untuk berapa orang, mas?”
“Emm.. tiga orang. Empat kalau sama
mbaknya..”
“Silakan ya meja satu, ini daftar
menunya..”
Sejurus kemudian kami langsung menuju
sebuah meja dengan tiga kursi yang mepet ke jendela kaca dengan pemandangan
Jalan Ngarsopuro. Tempat ini cukup luas, ada beberapa set meja kursi kayu dan
salah satu dekorasi temboknya merupakan jendela krepyak kayu yang di cat warna
warni.
Dayu terlihat langsung senang dan
tidak sabaran menunggu es krim pesanan dibuat. Ia memilih menu es krim upin
ipin yang merupakan dua scope es krim
vanila yang dibentuk menyerupai kepala tokoh rekaan buatan negeri jiran
tersebut.
Es krim di tentrem ini memang enak
rasanya. Pun begitu es dewa mabuk pesanan Tika yang porsinya benar-benar bikin
mabuk. Bentuknya seperti kapal dan es serutnya buanyakk. Kombinasi isinya
antara lain duren, ketan hitam, santan, susu, kismis, nangka, dan lain
sebagainya. Sementara pesanan saya adalah red planet yang merupakan tiga scope es krim buah-buahan yang segar
membahana. Ada strawberry, anggur dan kopyor. Masih dipadu dengan kecutnya
strawberry dan renyahnya wafer cokelat.
Sungguh di tempat ini kami benar-benar
bisa menikmati es krim dengan sebenar-benarnya nikmat yang telah diberikan
Allah SWT.
Pukul setengah satu siang, kami telah
kembali ke terminal Tirtonadi dimana motor akan dijemput kembali oleh empunya.
Sebagaimana orang hidup yang akan kembali kepada Yang Maha Pencipta, begitu
juga motor rentalan kami ini.
Akhirul kalam, perjalanan kami pun berakhir
dengan menaiki bis Raya dari Solo ke Ungaran selama dua setengah jam. Dengan
demikian berakhirlah sudah cerita perjalanan kali ini.
Sampai jumpa pada perjalanan selanjutnya! |
Waaaahhh..... betah nih si kecil ada es kriiim tentrem hiihi..dari fotonya aja keliatan yummy tuh, pelayan2nya cantik2 ya ga kefoto hehehe. Seneng banget jln2 ke Solo naik kereta api ya trus muter2 naik becak segala, nyewa sepeda motor. Itu difoto beneran ya sama si rentalnya? wkwkwkwk takut ilang dia motornya :D Slm kenal, mas.
ReplyDeletePelayannya nggak difoto takut menyakiti hati istri hehehe :D
Deletebeneran itu di foto sama rentalnya, saya biasa ngerental motor dimana-mana, jadi udah hafal perlakuan pebisnis rentalan. Malah fotonya biasanya saya mintain wkwkk..
Salam kenal juga.. thanks sudah mampir
meski ada sedikit trouble, anak2 mah biasanya enjoy aja kalo diajak jalan ya mas :)
ReplyDeleteiya, karena belum mudeng.. taunya ya seneng-seneng aja.. Hehehe :D
Deletewaduh, dapet sedikit msalah nih traveling nya! tapi walaupun begitu sepertinya berjalan lancar an penuh dengan pengalaman. enak tuh si kecil, masih muda udah penuh pengalaman, jadi ngiri soalnya waktu kecil jarang diajak jalan-jalan,.... hehehe :D
ReplyDeleteUntunglah, memang benar pepatah ada banyak jalan ke Roma.. alias ke Solo. Hehehe.. Sama , saya kecilnya juga jarang diajak jalan. Tuanya balas dendam wkwkwk
Deletewaduh bvahaya tuh. tapi pembalasan yang manis itu kang! ntar kalau saya sudah punya anak saya juga mau balas dendam :D
DeleteKalau gitu segeralah punya anak, mas! Hehe
Delete