Salah satu view Merapi dari daerah Selo. Pribadi |
Minggu,
17 Juni 2018
Mendekati
tengah hari, sudah pukul 10,30 siang hari ke tiga lebaran tahun 2018. Mobil tua
saya menanjak dari Kota Boyolali ke arah Selo, hendak ke Magelang. Baru ini
saya beranikan diri mengendarai mobil lewat sini. Kalau urusan skill, saya kira
saya berani saja, tapi urusan mobil, nanti dulu karena saya bawa Corolla yang
usianya lebih tua tiga tahun dari usia saya.
Selepas
melewati jembatan bailey karena jembatan Cepogo yang tengah di rehab, terdengar
suara berdesis dari kap mobil saya.
Jembatan Cepogo, sumber KR Jogja |
“Mas,
mas, ada apa ini kok mobile ngeses.. kemebul kape..(translate : mas, ada apa
ini kok mobilnya bunyi berdesis, ada asap keluar dari kap)” perangah istri saya
keheranan.
Saya
segera melihat indikator suhu bahwa ia bergerak naik, dan kap mobil mulai
menyemburkan asap.
Dengan
sigap, saya segera mencari tempat yang aman untuk menepi.
Panik?
Tentu saja, terlebih istri saya, takut mobilnya terbakar mungkin ya. Tapi saya
berusaha tenang, karena saya percaya pasti ada solusi dari permasalahan yang
sedang saya hadapi. Saya buka kap mobil dan menemukan air panas memancar dari
sebelah belakang mesin, dekat dengan waterpump. Setelah air berhenti, saya
lihat radiator dan air ternyata sudah habis. Segera saya isi kembali namun
ternyata air tersebut langsung mengucur lewat sebelah bawah mesin.
Lokasi dimana mobil saya mogok. Pribadi |
“Mobil
ini tidak bisa dipaksa jalan. Harus menunggu bantuan” ucap saya kepada istri
yang mulai tenang. Kami berhenti di sebuah tikungan jembatan dengan pemandangan
lereng gunung Merapi serta jurang. Ditemani tanaman tembakau yang menghijau.
Tidak ada pemukiman, hanya sawah dan lalu lintas yang ada.
**
Seminggu
sebelumnya, kami mudik dari Semarang ke Ngawi via tol fungsional Salatiga –
Solo. Rasa-rasanya, mobil kami adalah mobil tertua yang lewat jalan ini.
Hahaha.. Meski begitu, mobil masih anteng dibawa hingga 120 km/h. Tapi sayanya
aja yang takut. Saya bertahan sekitar 100 km/h selama di tol. Sesampainya di
tanjakan Kalikenteng, yang sedang viral kala itu, mobil kami melaju dengan
mantap dan tidak ada kendala. Hingga akhirnya perjalanan ke Ngawi yang butuh
5-6 jam, bisa kami tempuh 3,5 jam saja.
Dan
hari minggu selepas lebaran ini akan kami gunakan untuk mengunjungi orang tua
saya di Magelang. Via Boyolali – Selo – Ketep. Baru ini sih, karena ada tol
fungsional dari Ngawi hingga Boyolali, sehingga sengaja menghindari daerah
Klaten Jogja yang rawan macet. Jalur Boyolali – Magelang via Selo memang
ekstrim, tetapi informasi yang saya dapat, sekarang jalannya sudah bagus karena
sudah di cor. Benar saja, yaa hanya ada kendala perbaikan jembatan di Cepogo
tadi.
**
Saya
berusaha meminta bantuan di grup facebook Boyolali dan grup Motuba. Ada
beberapa referensi nomor montir yang mungkin bisa membantu. Tapi dari
kesemuanya, nihil karena memang suasana lebaran, dari yang bengkel tutup hingga
yang sedang ‘badan’. Maklum sih sayanya.
Akhirnya
saya memanfaatkan solusi terakhir yaitu telepon bapak mertua yang punya banyak
rekan di Boyolali. Empat jam kami menunggu dengan jemu. Tapi saya harus tetap
semangat dan tidak ingin memperlihatkan kejemuan saya kepada anak istri.
Terlebih, yang harus saya lakukan adalah membuat Dayu tenang, tidak rewel. Syukurlah
selama empat jam tersebut, ia rewel sedikit saja.
Akhirnya,
ada rekan bapak yang datang dan mengecek apa yang terjadi. Setelah berdiskusi
sesaat dan diketemukan penyebabnya, ia lalu turun ke pusat keramaian terdekat,
Cepogo mencari montir.
Pak
Nasir namanya, seorang montir dari Cepogo akhirnya menyumpel lobang yang ada di
housing waterpump. Sebuah lubang berdiameter kurang lebih 1 cm yang muncul
karena karat dan ditambah guncangan selama melewati jembatan bailey tadi, saya
kira. Nyumpelnya bikin saya senyum sekaligus takjub. Pakai kayu gagang sapu
dilapisi plastik bekas snack. Setelah itu, radiator lantas di jog dan mobil
bisa dijalankan minimal bisa sampai rumah pak Nasir. Syukurlah sampai rumahnya
yang berjarak kurang lebih 3 Km tersebut si mobil nggak naik temperaturnya,
ngeses, iya karena masih ada kebocoran air radiator.
Sementara
rekan bapak tadi, yang bernama Andri dan seorang bapak yang saya lupa namanya, memandu
arah di depan. Kami sampai di bengkel yang sebenarnya masih tutup.
“Ini
bisa diakali mas, bisa ditambal, tetapi nunggu keringnya agak lama bisa sampai
nanti malam” kata Pak Nasir menawarkan solusi.
“Ngaten
mawon pak, niki kulo tilar, lha niki kulo mbeto balita, kulo tak pados leren
riyen ting Boyolali, benjang mugi mugi pun dados kulo parani mriki..”
(translate : gini saja pak, ini saya tinggal berhubung saya bawa balita, saya
tak cari penginapan dulu untuk istirahat di Boyolali, besok semoga sudah jadi
saya samperin kesini)
**
Akhirnya
oleh mas Andri kami diantar ke Boyolali kota dan mencari penginapan. Awalnya
mau menginap di Pondok Indah, tetapi karena penuh, akhirnya kami menginap di Hotel Puri Merbabu Asri, dekat terminal.
Check
in, mandi kemudian kami bersiap untuk mencari makan. Laper euy belum makan
sedari siang. Kenyang karena makan masalah. Hahaha.. untungnya, di dekat hotel
ini ada rumah sakit sehingga banyak penjual kios kios warung makan. Kami pun
memutuskan untuk makan di sebuah warung di depan rumah sakit tersebut.
**
Senin 18 Juni 2018
Selamat
pagi Boyolali. Tidak sengaja kami nunut bermalam disini. Keluarga baik di Ngawi
maupun di Magelang sudah kami hubungi. Sehingga kami sedikit tenang. Yang jadi
masalah adalah, saya salah menyimpan nomor telepon pak Nasir. Kurang satu digit
sehingga tidak bisa mengontrol perbaikan mobil saya sampai mana.
Rencananya,
kami pagi ini selepas sarapan akan langsung mencari grabcar untuk ke Cepogo,
mengambil mobil lalu lanjut perjalanan ke Magelang. Tetapi, kami di telepon
Andri untuk berkunjung sebentar ke rumahnya. Ketemu bapaknya yang adalah teman
bapak mertua saya, pak Wiyanto namanya.
Jadilah
kami dijemput dan diajak ke rumahnya untuk silaturahmi. Bersyukur, Dayu tidak
rewel. Ia malah ikut bermain di kolam ikan dengan Angga, adiknya Andri. Hingga
akhirnya sekitar satu jam kemudian, kami diajak bertolak mencari sarapan.
Tujuan pertama ke Soto di dekat bundaran patung kuda kencana, tetapi karena
habis, kami lalu memutuskan makan di Soto Nggoper. Nama yang aneh.
Namun
ternyata, di balik warungnya yang sederhana, ini adalah soto yang sangat enak.
Lebih enak dari versi soto seger. Yang parkir juga mobil-mobil, motor-motor
banyak. Pilihan menunya beragam mulai dari soto, gudangan, maupun semacam ramesan.
Dan pilihan lauknya tu lho... Sungguh beragam. Mantap lah.
**
Pukul
setengah sepuluh kami sampai di rumah Pak Nasir kembali. Saya telepon, ia
ternyata sedang belanja sparepart di Salatiga. Istri pak Nasir yang baik hati,
mempersilakan kami menunggu di ruang tamu yang masih suasana lebaran.
Pukul
sepuluh Pak Wi dan Andri pulang sementara kami masih menunggu kabar dari pak
Nasir yang pulang setelah dhuhur. Selama itu, saya menunggu dengan Dayu saya
ajak bermain mobil mobilan. Hawa Cepogo yang dingin menjadi cocok sehingga Dayu
tidak rewel. Syukurlah.. selain itu, makanan juga lengkap. Hehehe..
Ternyata
Pak Nasir mendapatkan part yang cocok dengan part saya yang rusak. Lantas
sekitar jam dua siang, mobil saya segera di kerjakan. Sebenarnya yang kemarin
sudah ditambal, tetapi berhubung pas ada part yang cocok, ya lebih baik
diganti. Setuju!
Atas : baru, bawah : lama yang sudah di tambal |
Pukul
tiga siang, mobil saya jadi. Saya test dan alhamdulillah jalan normal, tidak
rembes. Syukurlah.. akhirnya jam tiga sore tersebut kami kembali melaju ke atas
ke arah Selo dan mata saya selalu melirak lirik indikator suhu, memastikan suhu
tidak naik. Untung, sampai puncak tanjakan yaitu daerah Selo, suhu stabil di
tengah. Dan waktu turun ke arah Ketep-Blabak, suhu turun karena memang cuaca
sore dan hawa dingin.
Setengah
lima sore, saya mampir shalat asar di daerah Sawangan kemudian jam lima
alhamdulillah kami sampai di Muntilan, Magelang dengan selamat.
Catatan
:
Harga
housing waterpump : 275,000
Seal : 15.000
Jasa
montir dan wira wiri : 150.000
TOTAL
440,000
Pak
Nasir Montir Cepogo 081548580146
No comments:
Post a Comment