Wednesday, July 11, 2018

Mudik 2018 : Pengalaman Mogok di Gunung



Salah satu view Merapi dari daerah Selo. Pribadi
Minggu, 17 Juni 2018

Mendekati tengah hari, sudah pukul 10,30 siang hari ke tiga lebaran tahun 2018. Mobil tua saya menanjak dari Kota Boyolali ke arah Selo, hendak ke Magelang. Baru ini saya beranikan diri mengendarai mobil lewat sini. Kalau urusan skill, saya kira saya berani saja, tapi urusan mobil, nanti dulu karena saya bawa Corolla yang usianya lebih tua tiga tahun dari usia saya.

Selepas melewati jembatan bailey karena jembatan Cepogo yang tengah di rehab, terdengar suara berdesis dari kap mobil saya.
Jembatan Cepogo, sumber KR Jogja

“Mas, mas, ada apa ini kok mobile ngeses.. kemebul kape..(translate : mas, ada apa ini kok mobilnya bunyi berdesis, ada asap keluar dari kap)” perangah istri saya keheranan.
Saya segera melihat indikator suhu bahwa ia bergerak naik, dan kap mobil mulai menyemburkan asap.
 
Ilustrasi, sumber : cintamobil
Dengan sigap, saya segera mencari tempat yang aman untuk menepi.

Panik? Tentu saja, terlebih istri saya, takut mobilnya terbakar mungkin ya. Tapi saya berusaha tenang, karena saya percaya pasti ada solusi dari permasalahan yang sedang saya hadapi. Saya buka kap mobil dan menemukan air panas memancar dari sebelah belakang mesin, dekat dengan waterpump. Setelah air berhenti, saya lihat radiator dan air ternyata sudah habis. Segera saya isi kembali namun ternyata air tersebut langsung mengucur lewat sebelah bawah mesin.

Lokasi dimana mobil saya mogok. Pribadi
“Mobil ini tidak bisa dipaksa jalan. Harus menunggu bantuan” ucap saya kepada istri yang mulai tenang. Kami berhenti di sebuah tikungan jembatan dengan pemandangan lereng gunung Merapi serta jurang. Ditemani tanaman tembakau yang menghijau. Tidak ada pemukiman, hanya sawah dan lalu lintas yang ada. 


**
Seminggu sebelumnya, kami mudik dari Semarang ke Ngawi via tol fungsional Salatiga – Solo. Rasa-rasanya, mobil kami adalah mobil tertua yang lewat jalan ini. Hahaha.. Meski begitu, mobil masih anteng dibawa hingga 120 km/h. Tapi sayanya aja yang takut. Saya bertahan sekitar 100 km/h selama di tol. Sesampainya di tanjakan Kalikenteng, yang sedang viral kala itu, mobil kami melaju dengan mantap dan tidak ada kendala. Hingga akhirnya perjalanan ke Ngawi yang butuh 5-6 jam, bisa kami tempuh 3,5 jam saja.

Dan hari minggu selepas lebaran ini akan kami gunakan untuk mengunjungi orang tua saya di Magelang. Via Boyolali – Selo – Ketep. Baru ini sih, karena ada tol fungsional dari Ngawi hingga Boyolali, sehingga sengaja menghindari daerah Klaten Jogja yang rawan macet. Jalur Boyolali – Magelang via Selo memang ekstrim, tetapi informasi yang saya dapat, sekarang jalannya sudah bagus karena sudah di cor. Benar saja, yaa hanya ada kendala perbaikan jembatan di Cepogo tadi.

**
Saya berusaha meminta bantuan di grup facebook Boyolali dan grup Motuba. Ada beberapa referensi nomor montir yang mungkin bisa membantu. Tapi dari kesemuanya, nihil karena memang suasana lebaran, dari yang bengkel tutup hingga yang sedang ‘badan’. Maklum sih sayanya.

Akhirnya saya memanfaatkan solusi terakhir yaitu telepon bapak mertua yang punya banyak rekan di Boyolali. Empat jam kami menunggu dengan jemu. Tapi saya harus tetap semangat dan tidak ingin memperlihatkan kejemuan saya kepada anak istri. Terlebih, yang harus saya lakukan adalah membuat Dayu tenang, tidak rewel. Syukurlah selama empat jam tersebut, ia rewel sedikit saja.

Akhirnya, ada rekan bapak yang datang dan mengecek apa yang terjadi. Setelah berdiskusi sesaat dan diketemukan penyebabnya, ia lalu turun ke pusat keramaian terdekat, Cepogo mencari montir.

Pak Nasir namanya, seorang montir dari Cepogo akhirnya menyumpel lobang yang ada di housing waterpump. Sebuah lubang berdiameter kurang lebih 1 cm yang muncul karena karat dan ditambah guncangan selama melewati jembatan bailey tadi, saya kira. Nyumpelnya bikin saya senyum sekaligus takjub. Pakai kayu gagang sapu dilapisi plastik bekas snack. Setelah itu, radiator lantas di jog dan mobil bisa dijalankan minimal bisa sampai rumah pak Nasir. Syukurlah sampai rumahnya yang berjarak kurang lebih 3 Km tersebut si mobil nggak naik temperaturnya, ngeses, iya karena masih ada kebocoran air radiator.

Sementara rekan bapak tadi, yang bernama Andri dan seorang bapak yang saya lupa namanya, memandu arah di depan. Kami sampai di bengkel yang sebenarnya masih tutup.

“Ini bisa diakali mas, bisa ditambal, tetapi nunggu keringnya agak lama bisa sampai nanti malam” kata Pak Nasir menawarkan solusi.

“Ngaten mawon pak, niki kulo tilar, lha niki kulo mbeto balita, kulo tak pados leren riyen ting Boyolali, benjang mugi mugi pun dados kulo parani mriki..” (translate : gini saja pak, ini saya tinggal berhubung saya bawa balita, saya tak cari penginapan dulu untuk istirahat di Boyolali, besok semoga sudah jadi saya samperin kesini)

**
Akhirnya oleh mas Andri kami diantar ke Boyolali kota dan mencari penginapan. Awalnya mau menginap di Pondok Indah, tetapi karena penuh, akhirnya kami menginap di Hotel Puri Merbabu Asri, dekat terminal.

Check in, mandi kemudian kami bersiap untuk mencari makan. Laper euy belum makan sedari siang. Kenyang karena makan masalah. Hahaha.. untungnya, di dekat hotel ini ada rumah sakit sehingga banyak penjual kios kios warung makan. Kami pun memutuskan untuk makan di sebuah warung di depan rumah sakit tersebut.

**
Senin 18 Juni 2018

Selamat pagi Boyolali. Tidak sengaja kami nunut bermalam disini. Keluarga baik di Ngawi maupun di Magelang sudah kami hubungi. Sehingga kami sedikit tenang. Yang jadi masalah adalah, saya salah menyimpan nomor telepon pak Nasir. Kurang satu digit sehingga tidak bisa mengontrol perbaikan mobil saya sampai mana.
 
Menu sarapan di hotel yang habis dilahap Dayu
Rencananya, kami pagi ini selepas sarapan akan langsung mencari grabcar untuk ke Cepogo, mengambil mobil lalu lanjut perjalanan ke Magelang. Tetapi, kami di telepon Andri untuk berkunjung sebentar ke rumahnya. Ketemu bapaknya yang adalah teman bapak mertua saya, pak Wiyanto namanya.

Jadilah kami dijemput dan diajak ke rumahnya untuk silaturahmi. Bersyukur, Dayu tidak rewel. Ia malah ikut bermain di kolam ikan dengan Angga, adiknya Andri. Hingga akhirnya sekitar satu jam kemudian, kami diajak bertolak mencari sarapan. Tujuan pertama ke Soto di dekat bundaran patung kuda kencana, tetapi karena habis, kami lalu memutuskan makan di Soto Nggoper. Nama yang aneh.

Namun ternyata, di balik warungnya yang sederhana, ini adalah soto yang sangat enak. Lebih enak dari versi soto seger. Yang parkir juga mobil-mobil, motor-motor banyak. Pilihan menunya beragam mulai dari soto, gudangan, maupun semacam ramesan. Dan pilihan lauknya tu lho... Sungguh beragam. Mantap lah.
 
Aneka lauk di Soto Nggoper, sumber : kabarkuliner
**
Pukul setengah sepuluh kami sampai di rumah Pak Nasir kembali. Saya telepon, ia ternyata sedang belanja sparepart di Salatiga. Istri pak Nasir yang baik hati, mempersilakan kami menunggu di ruang tamu yang masih suasana lebaran.

Pukul sepuluh Pak Wi dan Andri pulang sementara kami masih menunggu kabar dari pak Nasir yang pulang setelah dhuhur. Selama itu, saya menunggu dengan Dayu saya ajak bermain mobil mobilan. Hawa Cepogo yang dingin menjadi cocok sehingga Dayu tidak rewel. Syukurlah.. selain itu, makanan juga lengkap. Hehehe..

Ternyata Pak Nasir mendapatkan part yang cocok dengan part saya yang rusak. Lantas sekitar jam dua siang, mobil saya segera di kerjakan. Sebenarnya yang kemarin sudah ditambal, tetapi berhubung pas ada part yang cocok, ya lebih baik diganti. Setuju!
 
Pak Nasir tengah mengganti housing waterpump saya

Atas : baru, bawah : lama yang sudah di tambal
Pukul tiga siang, mobil saya jadi. Saya test dan alhamdulillah jalan normal, tidak rembes. Syukurlah.. akhirnya jam tiga sore tersebut kami kembali melaju ke atas ke arah Selo dan mata saya selalu melirak lirik indikator suhu, memastikan suhu tidak naik. Untung, sampai puncak tanjakan yaitu daerah Selo, suhu stabil di tengah. Dan waktu turun ke arah Ketep-Blabak, suhu turun karena memang cuaca sore dan hawa dingin.

Setengah lima sore, saya mampir shalat asar di daerah Sawangan kemudian jam lima alhamdulillah kami sampai di Muntilan, Magelang dengan selamat.

Catatan :
Harga housing waterpump : 275,000
Seal             : 15.000
Jasa montir dan wira wiri   : 150.000
TOTAL 440,000

Pak Nasir Montir Cepogo  081548580146



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...