Kamis, 10 Mei 2018
Tepat
pukul lima lebih seperempat saya menggeber motor smash menuju arah timur. Berangkat
dari Ungaran, tujuan saya kali ini adalah ke Ngawi via Sarangan dalam rangka
single touring. Sudah lama ini saya memang tidak pernah bermotor sendirian. Terakhir
kali ya hampir tiga tahun lalu ke Ngawi via Blora.
Smash saya
sudah beberapa bulan belakangan tidak pernah keluar. Mumpung saya ada waktu
sendiri karena anak istri sedang dirumah mbahnya, makanya kali ini saya
yakinkan hati kembali menggeluti hobi yang lama terbengkelai.
Perjalanan
sangat lancar dan jam enam pagi saya telah sampai di pusat kota Boyolali. Melintasi
patung kuda kencana sambil memotret, saya selanjutnya dibuat kaget dengan deru
mesin motor yang berangsur mati. Ya motor saya mogok saudara. Padahal semalam
sudah saya cuci bersih. Kesalahan! Karena kemarin sore habis ganti ban juga
tapi nggak sekalian servis.
Saya menepi
dan memarkir motor di depan Kantor Dinas Kesehatan. Berulangkali merestart
mesin motor tapi hasilnya nihil. Karena saya hidup di jaman kekinian, saya pun
membuka smarphone dan mengabari istri kalau saya jadi terlambat. Setelah itu,
saya ingat bahwa saya pernah join grup facebook lokal bernama Boykot (Boyolali
Kota) beberapa waktu lalu. Niat join waktu itu kalau ada saat-saat seperti ini.
Dan ternyata benar saja, saya lalu posting di grup tersebut dan minta bantuan.
Selain
melalui media sosial, saya juga melalui lambe konvensional. Sampai ditawarin
motor dibawa ke Polsek oleh seorang polisi yang tengah berpatroli. Tidak lama,
dua orang pemuda datang dan saya mintai bantuan. Salah satu dari dua pemuda
tersebut mengaku masih sekolah di STM jurusan otomotif. Wah! Pas nih..
Setelah
mengganti busi dan tetek bengek, motor belum juga nyala. Padahal saya sudah
disana satu jam lebih. Akhirnya bantuan kedua datang. Seorang bermotor matik
bernama Yanto yang akhirnya mendorong motor saya ke sebuah bengkel di sudut
kota. Bengkel tutup, tetapi karena mas Yanto kenal dengan mekanik bengkel
tersebut, akhirnya pintu pun dibuka.
“Biasa
mas, Suzuki kalau mati mesin, aki ngedrop harus mancing. Itu kelemahan suzuki..”
Kata mas
mekaniknya setelah berhasil menyalakan motor saya. Namun begitu, saya tetap
disarankan ganti aki. Jadilah saya dibonceng mas Yanto ke sebuah toko aki
langganannya dengan harga yang relatif paling murah di pasaran.
Perjalanan
kami melewati Stadion Pandanaran yang pada waktu itu tengah membangun stage
untuk gelaran konser Europe. Saya bahkan ditawarin tiket kelas festival seharga
125 ribu. Tetapi tanggal tersebut bertepatan dengan nikahan adik di Ngawi sana.
Ya sudah saya tolak dengan halus tawaran tersebut.
Pukul delapan
pagi, motor saya telah siap kembali melaju.
Waktu saya
terbuang dua jam. Mas Yanto saya ajak ngopi sejenak tetapi tidak mau. Akhirnya saya
pun capcus melanjutkan perjalanan.
Melewati Colomadu |
**
Sudah lama
saya tidak ke Tawangmangu. Terakhir sekitar tahun 2011 dan saat ini saya
kembali lagi ingin melalui jalan itu kesana naik motor. Berhubung sekarang
jamannya google, maka sebelum pukul 9 saya telah membelokkan motor parkir di
depan warung soto karang. Yang populer di google maps.
Sembari
istirahat, saya memesan soto, teh panas, dan beberapa lauk. Rupa rupanya,
tempat makan dan parkiran dipenuhi oleh rombongan konvoi matik gambot. Semacam N
Max dan Aerox. Ah, saya jadi sempat kepikiran mau nyewa Nmax di Kota Solo terus
ikutan konvoi. Wkwk..
Soto karang
ini lebih mirip sup iga sapi karena memang dicemplung potongan iga sapi. Rasanya..
Hmm sangatlah maknyus! Kalau masalah harga bisa dibilang masih sangat ramah
dikantong, euy. Saya makan soto, teh dan dua gorengan bayar 14 ribu saja.
Puas sarapan,
saya melanjutkan mendaki gunung Lawu. Ini adalah kali pertama saya bermotor
melebihi Tawangmangu. Setelah daerah Tawangmangu, saya melewati jalur-jalur
utama saja karena lebih landai dan lebih lebar. Selain itu, saya baru pertama
lewat jadi harus hati-hati.
Tidak jauh
dari Tawangmangu, tampak hamparan datar penuh dengan warung dan keramaian
dengan view yang sangat bagus. Thats Cemoro Kandang, basecamp pendakian Lawu
via jalur barat.
Setelah
melewati perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur, saya tidak lama kemudian menemukan
Cemoro Sewu. Sebuah kawasan keramaian dengan jalan yang lebar lengkap dengan
median, dan banyak bangunan. Seperti kota kecil. Tempat ini boleh dibilang
adalah jalur utama pendakian ke Gunung Lawu.
**
Dari Cemoro
Sewu ke Sarangan, pemandangan berupa hutan-hutan dengan pohon-pohon yang
menurut saya sangat endemik dan unik sekaligus menyeramkan. Perjalanan didominasi
turunan berkelok hingga sampai di Sarangan. Dekat, ternyata. Tak kira jauh.
Hehehe..
Di sepanjang
jalan lereng lembah Sarangan, banyak berderet warung-warung. Saya pun pada
pukul 11,00 akhirnya mampir di salah satu warung dan memesan kopi hitam. Pas sekali,
menyeruput kopi panas di tengah hawa dingin, sambil memandang telaga sarangan
di kejauhan. Masya Allah..
Inilah
tujuan saya yang sebenarnya. Berangkat pagi dari Ungaran untuk minum kopi di
pinggir Telaga Sarangan. Akhirnya tercapai juga setelah perjalanan yang
panjang.
Akhirnya tiba di Ngawi pukul 12,30! |
Berhubung smash suka mogok, besok pulang ke Ungaran naik ini |
seru banget ya jalan jalan naik motor
ReplyDeletecustomer service axis