Setelah lama terbengkelai, semoga saja ingatan saya belum
banyak yang terbuang.. tentang tahun baru 2012 yang lalu yang mana saya lalui
di Purbalingga. Berbeda dengan cerita tentang Tahun baru 2011 yang lalu di Pekalongan, kali ini kami mengajak Izul untuk ikut menikmati Tahun Baru. Kota
yang dikunjungi pun kotanya Rina, Purbalingga.
Hari pertama # Jumat 30 Desember 2011
Hari jumat yang tidak begitu cerah, beberapa saat setelah
pulang kantor, saya pun langsung menjemput rekan rekan saya yaitu Rina, Izul
dan Lintang. Sampai di kost saya, saya dan Lintang langsung menuju ke masjid
untuk shalat jumat.
Shalat jumat pun selesai dan sebelum berangkat, saya sempatkan
makan siang nasi rames yang dibawain sama Rina. Makan selesai, akhirnya setelah
sedikit packing, jam 12.45 kami sudah siap untuk go on menuju Purbalingga.
Belum apa apa, baru sekitar 500 meter perjalanan, tepatnya di depan Pabrik
Karoseri Laksana, hujan mengguyur dengan hebatnya. Kami pun tak kuasa untuk
melanjutkan perjalanan dan akhirnya kami ngeyup sejenak sekitar 10 menit. Hujan
sedikit reda dan kami melanjutkan perjalanan dengan memakai mantol.
Perjalanan kali ini, kami melalui rute Ungaran – Bandungan –
Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara – Purbalingga. Beberapa saat sebelum
sampai Bandungan, mampir sejenak untuk beli minum. Lanjut perjalanan dan kami
Alhamdulillah tidak dihadang dengan hujan. Bahkan sampai di daerah Sumowono.
Dan akhirnya kami sepakat untuk melepas mantol. Lanjut … perjalanan melewati
jalan dengan panorama yang indah dan hawa yang sejuk tentunya.
Beberapa saat sebelum sampai di Temanggung, hujan kembali
datang dengan intensitas yang cukup tinggi. Dan memaksa kami memakai mantol
lagi. Kami hanya bisa menerima ini semua dan melewati Kota Temanggung dengan
mantol. Huahuahua.. tidak sampai situ saja, bahkan sampai di Parakan. Lalu di
Parakan hujan ternyata sudah tidak jatuh, sembari mengisi BBM, kami melepas
mantol untuk melanjutkan perjalanan di kawasan cantik Kledung. Ya, memang
kawasan ini sangat indah karena berada di antara Gunung Sumbing dan Gunung
Sindoro. Belum sampai perbatasan Temanggung – Wonosobo, hujan kembali mendera.
Dan kami terpaksa lagi ngiyup untuk kemudian memakai mantel. Mendekati
perbatasan Temanggung – Wonosobo, kami mampir di sebuah warung kopi dengan
nama Sindoro Sumbing Coffee House and Trading yang dibilang sama Rina adalah Rumah Kaca.
Hujan yang begitu deras serasa membuat sendi sendi menjadi
kaku dan badan terasa ingin rehat dengan yang hangat hangat. Pesan 4 cangkir
kopi dengan beberapa macam menunya, gorengan yang satu bijinya seribu rupiah,
dan dua porsi nasi goreng untuk saya dan lintang, satu porsi mie goreng untuk
Izul, dan satu porsi mie rebus untuk Rina. Berhenti beberapa saat disitu ternyata
Alhamdulillah hujan mereda, setelah membayar 45K idr untuk porsi makan kami
tadi, kami lanjutkan perjalanan menurun ke arah Wonosobo. Perjalanan yang
dingin sampai di daerah Kretek. Dan lagi lagi hujan, pakai mantol lagi
akhirnya…
terus sampai di Kota Wonosobo, kami sempatkan mampir di SPBU untuk menunaikan shalat ashar. Setelah istirahat sejenak untuk shalat ashar, jarum jam menunjuk sekitar pukul setengah lima. Lalu tidak jauh dari situ, Lintang turun karena memang rumahnya dia di Wonosobo dan memang dia sengaja bareng untuk sampai Wonosobo saja. Kemudian, izul memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sendiri sementara Rina berada di jok belakang smash saya.
terus sampai di Kota Wonosobo, kami sempatkan mampir di SPBU untuk menunaikan shalat ashar. Setelah istirahat sejenak untuk shalat ashar, jarum jam menunjuk sekitar pukul setengah lima. Lalu tidak jauh dari situ, Lintang turun karena memang rumahnya dia di Wonosobo dan memang dia sengaja bareng untuk sampai Wonosobo saja. Kemudian, izul memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sendiri sementara Rina berada di jok belakang smash saya.
Perjalanan yang masih di temani dengan rintik hujan sembari
beberapa kali bercanda di jalanan, melewati kawasan sepi dan panjang Wonosobo –
Banjarnegara, kami lalui dengan badan yang capek dan lelah lebih lebih karena
hujan turun terus terusan. Bahkan, baju saya juga sampai basah meski sudah
memakai mantol.
Begitu sampai di SPBU Purwonegoro, Banjarnegara, izul mampir
untuk beli BBM, disitu ada kolam dengan koleksi ikan raksasa yang kira kira
besarnya bisa sama dengan tubuh manusia dewasa.. hiii.. tidak lama kami disitu lalu melanjutkan
perjalanan ke Purbalingga. Namun sesampainya di Klampok, ternyata hapenya Rina
jatuh.. dan dia langsung panik.. saya berusaha menenangkan dia dan akhirnya
Alhamdulillah hape tersebut ditemukan dalam kondisi tidak apa apa hanya lecet
sedikit..rupanya dia lupa menaruh di saku mantol.
Dari Klampok ke Purbalingga, memang tidak hujan. Dan rina
sesekali memberitahu ke Izul tentang tempat tempat yang (mungkin) pernah
diceritakannya sebelum izul kesini. Oiya, ini adalah pertamakalinya izul datang
ke Purbalingga. Sedangkan, saya ketigakalinya datang ke rumah Rina.
Belum sampai rumah Rina, ternyata gerimis, dan akhirnya
sekitar pukul setengah delapan malam kami sampai di rumah Rina dengan selamat sentosa.
Setelah sedikit mengobrol dengan ibunya Rina, kami lalu
langsung mandi dan ganti baju, tentunya setelah itu saya mengganti shalat
magrib yang tadi tidak saya jalankan. Saya dipersilakan untuk tidur di kamarnya
adiknya Rina yang berada di belakang sementara izul tidur dikamar rina sama
rina. Malam itu, kami tidak begitu banyak bercerita karena memang kami merasa
sangat capek.
Hanya menghabiskan minuman teh dan makan malam, setelah itu
ngobrol ngobrol tidak terasa sudah pukul 22, akhirnya saya pamit undur diri
untuk segera tidur..
Hari kedua # Sabtu, 31 Desember 2011
Pagi yang segar, diawali dengan bangun pagi pukul 5, lalu
dengan badan yang pegal pegal saya langsung mengambil air wudhu untuk shalat
subuh. Habis shalat subuh, saya kembali tidur tiduran seraya menunggu Rina dan
Izul siap siap. Ya, pagi ini kami hendak berjalan jalan ke Pasar Badog, yang
ada di Jl. Ahmadi, kawasan Bancar.
Waktu menunjukkan pukul 06.30, kami segera berangkat setelah
sebelumnya meminum teh buatan ibunya Rina. Perjalanan pagi melewati perumahan,
dan tidak lama langsung sampai di Kota untuk menuju ke pasar pagi tersebut.
Hanya sekitar 15 menit, kami sudah sampai di tempat yang dimaksud. Rina membeli
beberapa potong mangut , lalu kami membeli makanan makanan ringan ditempat yang
dulu juga saya pernah diajak beli.
Selesai berbelanja pagi ini, kami kembali melalui jalan
jalan di Kota Purbalingga dengan suasana paginya.
Dan kami juga melihat sebuah pengerjaan panggung di kawasan Stadion Gelora Goentoer Darjono yang merupakan titik pusat perayaan tahun baru nanti malamnya.
Dan kami juga melihat sebuah pengerjaan panggung di kawasan Stadion Gelora Goentoer Darjono yang merupakan titik pusat perayaan tahun baru nanti malamnya.
Begitu sampai di rumah Rina, kami memakan beberapa makanan
ringan yang kami beli tadi, dan kami tidak boleh lupa diri karena kami ada
jadwal ke Owabong hari ini.
Sekitar pukul 07.45 kami berangkat ke Owabong. Jaraknya
sekitar 6 km dari rumah Rina.
Sesampainya di sana, ternyata tempat parkir masih begitu sepi. Parkir motor lalu segera membayar 60K idr untuk tiket masuk kami bertiga.
Sesampainya di sana, ternyata tempat parkir masih begitu sepi. Parkir motor lalu segera membayar 60K idr untuk tiket masuk kami bertiga.
Begitu masuk, kami disuguhi dengan sebuah akuarium panjang
dan jalan paving dengan kanan kiri pepohonan yang rindang. Ternyata kawasan ini
adalah sebuah mata air alami, dan nama Owabong adalah kependekan dari Obyek
Wisata Air Bojongsari. Daearah situ memang namanya Bojongsari. Rina dan Izul
tampak tidak begitu menikmati suasana ini dan buru buru ke ruang ganti.
Sementara saya memilih sibuk melihat pemandangan tempat ini. Di dekat kolam
renang Olyimpic,
sebutan untuk kolam renang standar internasional, ada sebuah gedung yang berfungsi sebagai ruang ganti, bilas dan loker. Kami harus merogoh uang 5K idr untuk menyewa satu loker yang hanya satu kali kunci-buka. Jadi kami harus salin dulu, baru setelah salin, loker dikunci dan tidak bisa dikunci lagi kalau udah dibuka sekali. Hehehe..
sebutan untuk kolam renang standar internasional, ada sebuah gedung yang berfungsi sebagai ruang ganti, bilas dan loker. Kami harus merogoh uang 5K idr untuk menyewa satu loker yang hanya satu kali kunci-buka. Jadi kami harus salin dulu, baru setelah salin, loker dikunci dan tidak bisa dikunci lagi kalau udah dibuka sekali. Hehehe..
Setelah salin, kami langsung menuju ke sebuah kawasan yang
ada kolam arusnya dimana disitu banyak sekali anak anaknya, air disini dingin
sekali karena air alami. Lalu kami mendatangi sebuah flying fox yang bertarif
10K idr. Namun setelah nego nego sama Rina, akhirnya kami ditawari bertiga
bayar dua. Hehehe.. akhirnya dengan 20K idr, kami bertiga bisa meluncur diatas
sebuah kolam. Dan ini adalah pertamakalinya saya naik flying fox.. memang benar
benar merasa sebagai rubah terbang. Wkwkw..hanya sekitar 10 detik meluncur,
hingga akhirnya kami tercebur dikolam karena memang ujung kawat satunya
berakhir di tepian kolam dengan pengaman sebuah bantal angin raksasa.
Sudah meluncur, saatnya kami mencoba sebuah plosotan yang
kata Rina, ini lebih curam dari yang di water blaster, meskipun tidak terlalu
panjang. Naik, melalui sebuah tangga, akhirnya saya dan Izul memberanikan diri
menaiki plosotan ini. Sementara Rina bilangnya sudah kapok. Sampai diatas, saya
merasa harus bisa melawan ketakutan saya sendiri. Dan setelah mengambil posisi,
wusss.. tubuh serasa meluncur cepat melewati beberapa tikungan dan putaran dengan
sedikit goyangan papan plosotan yang menambah ngeri suasana. Sekitar setengah
menit kemudian, tercebur di kolam yang segar. Wuih.. ngeri banget.. saya aja
cukup kapok juga ini.. wkwkwk..
Setelah menikmati plosotan ngeri ini, kami bertiga menyewa
sebuah pelampung yang bisa kami gunakan untuk menikmati kolam arus.. untuk tiga buah pelampung, 15K idr tidak bisa ditawar lagi dan harus kami keluarkan dari saku celana yang basah. Kamipun
menikmati permainan kami bertiga yang seakan akan seperti sedang menjinakkan
seekor buaya. Hehehe.. cukup lama kami bermain main di kolam arus ini. Wahana
wahana lain yang kami coba adalah bantal raksasa yang kalau dinaiki kemudian diloncati kemudian diinjak oranglain maka orang pertama tadi akan terlempar. dan ember tumpah seperti di
kebanyakan waterpark.
Selain itu, di Owabong ini juga masih ada wahana lain yakni
jet coaster dan gokart.
Lama sekali kami menikmati wisata air ini sampai sekitar
pukul 10.00, habis itu kami menuju ke ruang bilas dan ganti pakaian, lalu
keluar dari obyek wisata ini.
Rasa puas dan senang rasanya cukup mengekspresikan liburan hari terakhir di tahun 2011 ini. Oya, di Owabong ini juga terdapat sebuah pesawat terpal yang diparkir untuk tujuan edukasi. Seperti di Taman Kyai Langgeng Magelang
Rasa puas dan senang rasanya cukup mengekspresikan liburan hari terakhir di tahun 2011 ini. Oya, di Owabong ini juga terdapat sebuah pesawat terpal yang diparkir untuk tujuan edukasi. Seperti di Taman Kyai Langgeng Magelang
Petualangan kami selanjutnya adalahke Taman Reptil yang kini
berganti nama menjadi Sanggaluri Park, yang saya ketahui dari bapak penjaga ruang ganti bahwa
lokasinya tidak jauh dari Owabong, yaitu hanya sekitar 2 kilometer saja.
Keluar dari owabong, kami jajan ojek dan ternyata Izul tidak
doyan sehingga dihabiskan sama saya.. hahaha..
ambil motor, lalu kamipun meluncur ke Sanggaluri Park.
ambil motor, lalu kamipun meluncur ke Sanggaluri Park.
Sesampainya di Sanggaluri Park, kami segera memarkir motor
dan membeli tiket 30K idr bertiga.
Begitu masuk, kami menjumpai sebuah ruangan besar dengan koleksi macam macam ular hidup yang dikurung dalam lemari kaca.
Ada juga ular piton besar warna cokelat dan kuning.
Selain ular, kami juga menemui macam macam hewan avertebrata, namun hewan hewan ini tidak ada yang hidup tetapi hanya awetan awetannya saja.
Hewan hewan ini diperoleh dari seluruh penjuru Indonesia. Selain itu, juga kami jumpai bermacam macam awetan kupu kupu.
Begitu masuk, kami menjumpai sebuah ruangan besar dengan koleksi macam macam ular hidup yang dikurung dalam lemari kaca.
Ada juga ular piton besar warna cokelat dan kuning.
Selain ular, kami juga menemui macam macam hewan avertebrata, namun hewan hewan ini tidak ada yang hidup tetapi hanya awetan awetannya saja.
Hewan hewan ini diperoleh dari seluruh penjuru Indonesia. Selain itu, juga kami jumpai bermacam macam awetan kupu kupu.
Menuju ruang kedua, kami temui sebuah kandang besar yang
disitu berisikan pohon, ular ular, dan burung burung, seakan akan mengatakan
bahwa mereka bisa hidup berdampingan dengan damai.. hehehe.. tidak jauh
darisitu kami juga menemui buaya buaya dan macam macam kadal, juga kura kura.
Menuju ke ruang lain, kami bertemu dengan seekor burung
kakaktua tidak jauh dari sebuah jembatan yang ternyata akhirnya menjadi akrab
sama saya. Wkwkwk..
Darisitu, kami menuju ke sebuah museum dengan nama Rumah Prestasi Purbalingga yang koleksinya
adalah bermacam macam piagam penghargaan yang diperoleh Kabupaten Purbalingga
dalam berbagai ajang dan kegiatan.
Dijamin nggak rugi kalau anda bisa mengunjungi tempat ini.
Puas dari museum uang, kami terjebak gerimis yang berangsur
angsur berubah menjadi hujan deras sehingga kami berpindah pindah berteduh,
hujan yang sangat deras ini akhirnya memaksa kami berteduh di depan kantor
pemasaran dan berbincang bincang dengan seorang pegawai sana. Hujan memang
tidak berhenti sehingga sekitar 1 jam kemudian kami nekat untuk menuju ke pintu
utama, darisitu, kami menunggu sejenak hujan reda kemudian memakai mantol untuk
pulang ke rumah Rina. Rencana kami untuk makan Soto Bancar yang paling terkenal
di Purbalingga pun harus kandas. :(
Perjalanan ini melewati tempat tempat yang belum saya kenal
sebelumnya hingga secara tiba tiba sudah berada di kawasan Terminal
Purbalingga. Dari situ, sudah dekat dan sesampainya dirumah Rina, kami segera
mandi karena dalam perjalanan pulang ini kami lagi lagi kehujanan.
Kira kira pukul 4 sore, setelah kami makan mie instan, duren
yang belum begitu matang akhirnya menjadi andalan kami selanjutnya, dengan
bantuan bapak Rina, akhirnya dua butir duren berhasil kami santap meski tidak
sampai habis. Hehehe..
Sore ini, kegiatan kami tidak begitu padat, dan juga badan
kami serasa begitu capek setelah berbasah basah di Owabong ditambah dengan
hantaman air hujan menjadikan kami nyaman untuk berada ditempat tidur masing
masing.
Malam terakhir di tahun 2011, kami masih saja capek dan
sedikit mengobrol di teras depan. Kami juga ditemani oleh seorang keponakannya
Rina yang bernama Dea.
Hujan rintik rintik membuat kami malas untuk pergi malam
ini, akhirnya sekitar pukul 09.00 kami keluar dengan mobil yang dikemudikan
oleh bapak Rina. Malam itu kami keliling di seputar kota sembari Rina dan bapak
menjelaskan tempat tempat di Kota Purbalingga ini. Salah satunya adalah SMP N 3 Purbalingga tempat bapak mengajar dulu dan tempat Rina menuntut ilmu duduk di bangku SMP. :)
Sekitar satu jam kemudian, jalan jalan pun berakhir dan saya
langsung menuju kamar untuk segera tidur.
#hari ketiga, Minggu, 1 Januari 2012
Duer duerrrr… treeeeet……… dor dor..!!
Suara suara kembang api yang terdengar tidak jauh dari rumah
membangunkan saya, memang rumah Rina tidak begitu jauh dari stadion, hanya
sekitar 1 km, itupun hanya dibatasi hamparan sawah. Badan merasa sangat capek
sehingga saya mengurungkan niat saya untuk sekedar melihat kembang api dari
kejauhan….
Lagi lagi saya bangun pukul 5 pagi dan shalat subuh lalu
kembali tiduran. Pagi ini kami hendak jalan jalan ke Alon Alon.
Jam 6 lebih sedikit, kami sudah siap untuk berangkat jalan
jalan pagi dengan motor. Hehehe.. Dea dan Faiq (keponakannya Rina juga) ikut.
Tidak jauh memang perjalanan menuju alon alon ini dan akhirnya kami pun sampai
di alon alon dengan suasana pagi yang segar bugar.
Jalan jalan memotong alon alon (karena bukan memutar), dan tidak lupa berfoto di depan terompet untuk menguatkan tema perjalanan saya kali ini yaitu Tahun Baru. Hehehe..
Jalan jalan memotong alon alon (karena bukan memutar), dan tidak lupa berfoto di depan terompet untuk menguatkan tema perjalanan saya kali ini yaitu Tahun Baru. Hehehe..
Disalah satu sisi Alon alon, lagi lagi saya berhasil
memotret peta Kota Purbalingga yang ada di sebuah pos polisi, sama persis
kejadiannya seperti di Pekalongan.
Pagi ini, kami selain jalan jalan, juga sekalian akan
mencari sarapan pagi. Akhirnya terpilihlan sebuah warung Bubur Ayam yang
menjadi langganan bapaknya Rina. Sarapan bubur ayam yang sangat nikmat menurut
saya, dengan segelas free air putih, cukup mengisi perut kami pagi ini.
Habis sarapan, kami segera pulang karena pagi ini Izul
hendak pulang ke Tegal.
Dirumah, kami segera mandi dan bersiap siap untuk mengantar
Izul ke Purwokerto. Izul sendiri ternyata belum pernah ke Purwokerto, apalagi
melewati jalan ke arah Tegal. Setelah sarapan (lagi), kami pun berangkat.. baru
masuk kota Sokaraja, ditempat sentra oleh oleh getuk goreng, setelah kami
membeli beberapa besek getuk goreng untuk oleh oleh, ternyata lagi lagi didera
hujan. Kami pun harus rela memakai mantel lagi untuk melanjutkan perjalanan ke
Purwokerto. Kota yang lumayan besar ini akhirnya dapat sedikit saya hafal
jalannya, tidak lama kemudian, kami sampai di perbatasan Kota. Disitu ada
sebuah jembatan dan kami harus berpisah dengan Izul..
Selepas Izul pergi, saat itu pula mantol kami pun ikut kami
lepas karena cuaca sudah agak bersahabat. Kami pulang melalui kawasan Unsoed
Pabuaran dan ternyata kami sempat kesasar sehingga kami harus tanya dengan
seorang bapak bapak. Cukup satu kali tanya, akhirnya kami dapat melanjutkan
perjalanan dengan lancar jaya melewati daerah dimana mbaknya Rina dulu pernah
ngekost. .
Darisitu, perjalanan melewati sebuah jalan alternatif dan
tak berapa lama, sampai juga di Purbalingga via Padamara. Pagi ini, saya hendak
sekalian membeli handphone karena charger handphone siemens saya sudah rusak.
Rina juga sekalian mencari kado.
Pilihan jatuh di kawasan Jl. A. Yani Purbalingga. Di sebuah
swalayan besar bernama Indorizky, akhirnya kado pun didapat, dan tidak jauh
darisitu juga, uang 180K idr berhasil saya barter dengan handphone samsung
baru.
Hari sudah siang, sampai di rumah lagi sudah pukul 10.30an,
kami harus segera bergegas untuk mengepak kado. Suasana siang itu ramai sekali
karena sedang ada acara keluarga, jadi mau tidak mau saya harus bertemu dengan
saudara saudaranya Rina.
Pukul 11.30 sudah, kami harus segera berangkat. Siang ini
saya harus kembali ke Semarang, sementara Rina harus kondangan di daerah
Banjarnegara. Akhirnya setelah packing, sayapun berpamitan dengan ibu Rina
untuk pulang ke Semarang, Rina bonceng saya dan saat saat kebersamaan ini
sangat menyenangkan mengingat kemarin kemarin kami tidak bisa berduaan karena
ada Izul :D.. hahahahaha
Perjalanan melewati Bukateja dan melalui sebuah jalan yang
bukan merupakan jalan utama. Dikiri kanan jalan masih membentang persawahan,
dan jam 12 lebih sedikit, setelah beberapakali ragu ragu, akhirnya kami bertemu
dengan Widya, temannya Rina yang sudah pulang kondangan. Kamipun berusaha
mencari sendiri tempat nikahan itu. Melalui sebuah jalan akhirnya kami
sampailah disebuah Balai Desa, namun ternyata acara resepsi sudah selesai. Dan
kami diantar ke rumah yang punya gawe.
Disana, Rina ketemu temen temen kuliahnya dan mengobrol
ngobrol sejenak sembari kami menikmati makan siang kami.
Setengah jam kemudian, kami berpamitan hendak pulang, kami melewati sebuah bendungan Mrican dan tidak jauh darisitu, sudah sampai juga jalan Raya Banjarnegara – Purbalingga. Kamipun harus rela untuk berpisah. Tidak lama menunggu, akhirnya datanglah bus yang akan mengantarkan Rina ke Purbalingga. Sayapun masih harus berjibaku dengan medan ini menunggangi smash sampai Semarang.
Setengah jam kemudian, kami berpamitan hendak pulang, kami melewati sebuah bendungan Mrican dan tidak jauh darisitu, sudah sampai juga jalan Raya Banjarnegara – Purbalingga. Kamipun harus rela untuk berpisah. Tidak lama menunggu, akhirnya datanglah bus yang akan mengantarkan Rina ke Purbalingga. Sayapun masih harus berjibaku dengan medan ini menunggangi smash sampai Semarang.
Baru sampai di Banjarnegara, saya istirahat shalat dhuhur
hujan kembali menerjang. Berhubung masih rintik rintik, sayapun memacu smash
agak kenceng dan sampai di Kota Banjarnegara, hujan deras mengguyur. Lagi lagi
saya harus memakai mantol untuk melanjutkan perjalanan. Di perbatasan
Banjarnegara – Wonosobo, hujan yang sangat deras membuat jiwa serasa tersiksa.
Saya pun memilih untuk berjalan pelan dibelakang truk untuk memperkecil
intensitas serangan hujan dari depan.
Sampai di Wonosobo, saya pun bertemu dengan Lintang, masih
dalam kondisi hujan deras. Lintang yang kemarin ikut kami, sekarang ikut saya lagi untuk bareng sampai di Semarang. kami langsung memacu smash ke arah Temanggung.
Perjalanan ini terasa begitu ramai karena Lintang tidak henti hentinya mengajak
bercerita. Akhirnya sampailah di Parakan dan saya menawari Lintang untuk
gantian mengemudi smash. Sementara saya di belakang, kami memilih rute reguler
melewati Temanggung, Pringsurat, karena jika melewati Sumowono takut ada
kriminal mengingat hari sudah sore dan hampir gelap.
Berada di belakang jok smash membuat saya merasa sedikit
lega dan bisa sedikit mengantuk. Perjalanan yang jauh ini akhirnya terhenti di
Bawen untuk kembali ganti pengemudi. Saya berada di depan untuk mengantarkan
Lintang ke Unnes sementara habis itu saya kembali ke Ungaran. Akhirnya jam
19.00 saya dengan sukses telah kembali ke kost.
Perjalanan yanng melelahkan dan pengetikan yang melelahkan
pula… :D
Wah..mantep sodara..
ReplyDeletesemangat menjelajah!!
haha..
@ mas david nugroho :
ReplyDeletehahaha.. thanks sodara atas partisipasi kunjungan dan komentarnya..
sudah lama tidak jumpa ini.. heheh..
haha..
ReplyDeletesaya udah beberapa kali baca blog anda..
masih g berubah kaya jaman SMP, hobi menuliskan pengalaman..
mantep2, bwt referensi jalan2 jg..
iya ini..kangen reunian TRB..
hehe
hehehe, hoo yo vid, mbiyen kan senengane greatest memory yasika FM, funkiest romantic show.. wkwkwk..
Deleteya bagus sodara, terimakasih atas apresiasinya.. mana blog anda? biar bisa berbagi lebih jauh..
hehe, kapan2 reunian TRB yuk?
Wah, saya tahun baru malah di puncak gunung kelud e. berada dalam kesunyian.
ReplyDelete@Nahdhi : wah hebat mas.. ada beritanya tidak mas??
ReplyDelete