Tuesday, August 13, 2013

Tiga Kali Tersesat Menuju Kresek


Perjalanan

Menjelang siang ini, masih di bulan puasa, saya dan Tika bermaksud jalan – jalan. Ya, sudah sejak kemarin sore saya berada di Ngawi dan untuk kedua kalinya, kami berjalan jalan ke Madiun, kota terbesar di eks. Karesidenan Madiun. Memang, menurut beberapa referensi di internet, tidak banyak tempat wisata yang dapat kami kunjungi di Kota Gadis itu. Sementara cuaca diluar lumayan akrab, mio soul merah itu segera mengantar kami melewati hamparan jalan jalan berlubang yang merupakan alternatif Paron – Geneng. Sepanjang perjalanan pun dihiasi dengan canda dan tawa – halaah! *Ngetiknya sambil ketawa*

Kurang dari satu jam kemudian kami telah sampai di Kota Madiun. Saya hanya berdasar spekulasi saja bahwa tempat yang kami putuskan untuk kunjungi – Monumen Kresek, berada di sebelah tenggara kota. Masuk Kota, saya asal saja mengambil jalan serong melewati sebuah jalan dengan tanggul sungai di sebelah kanan. Di sepanjang tanggul yang kurang lebih satu kilometer ini terpampang iklan salah satu operator seluler berwarna merah. Hehe

Tidak jauh sebelum kami menemukan perempatan dengan patung ibu ibu, saya menemukan bangunan tua. Rupa rupanya, kawasan situ memang kawasan bangunan lama. Juga berdiri megah di sebelah sana sekolah Yayasan Bernardus dengan menara gereja yang kokoh. 
Kami pun juga melewati Kodim, dan Taman Makam Pahlawan lalu kemudian tiba tiba kami sampai di Jl. Imam Bonjol. Klik klik browsing sambil istirahat karena merasa tersesat, kamipun memutuskan untuk lurus menuju daerah kecamatan Wungu. Benar juga. Tiga menit kemudian kami sudah sampai di ujung kota dan menemukan SMP N 2 Wungu. Tapi rasa rasanya kami tersesat (lagi) sehingga bertanya kepada seorang bapak bapak. Berdasar informasinya, kami harus sedikit memutar melewati tanjakan dan turunan untuk kemudian belok kiri pada pertigaan kedua (hahaha. Bingung) untuk menuju ke Dungus.

Yup akhirnya kami sampai juga di Jl. Raya Dungus. Siang ini matahari tepat berada diatas helm sementara kami masih ‘males malesan’ untuk menuju tempat wisata yang menurut saya lokasinya sudah hampir sampai ini. Sampai di Pasar Dungus, kami masih tidak memperoleh rambu rambu petunjuk (bahkan sejak kami dari Kota Madiun). Akhirnya bablas melintasi hutan karet dan masuk ke Kecamatan Pare! Nahlo!

Kami rupanya sadar kalo kesasar lagi dan berdasarkan informasi mas mas disitu, kami mesti balik lagi barang 5 kilometer lalu belok kiri. Yaaa pantesan aja  kesasar. Papan petunjuk aja nggak ada? Koreksi nih untuk Pemerintah Kabupaten Madiun khususnya Dinas Pariwisatanya. ;)

Ternyata kami harus masuk gang di sebelah Pos Polisi Dungus dan tidak jauh dari situ kami pun sampai di Monumen Kresek! Yeaaay!
Monumen Peristiwa Madiun - Kresek

Monumen di lereng Gunung Wilis ini ternyata tidak ada sistem tiket masuknya. Kami tinggal memarkir sepeda motor dan langsung masuk ke area Monumen.  Kami masuk tidak melalui pintu utama dengna gapura khas Jawa Timuran itu, 
Gapura khas Jawa Timuran

 
tetapi langsung menuju monumen dengan patung korban dengan tulisan nama nama di belakangnya. Salah satunya adalah Kolonel Marhadi yang kini namanya digunakan sebagai salah satu nama Jalan Protokol di Kota Madiun dan patungnya berdiri tegap di Alun Alun Kota. Suasana siang ini tidak begitu ramai, hanya terlihat beberapa pasangan anak alay muda yang berpacaran dan beberapa mobil plat luar kota yang sepertinya singgah dalam rangka mudik. 
Patung korban yang berserakan. Ngeri juga kan? :D
 
Selain taman yang hijau, kawasan dengan luasan kira kira tiga hektar ini juga dilengkapi dengan pendopo, toilet, dan patung utama yang ada di ketinggian. Kami harus menapaki beberapa anak tangga untuk sampai di atas. Patung utama menggambarkan keganasan seorang PKI yang sedang mengayunkan pedang ke orang lemah yang sedang berlutut dibawahnya. Dibelakangnya terdapat pahatan tulisan yang kurang lebih bunyinya seperti ini
 “Monumen keganasan PKI ini kita persembahkan untuk generasi muda untuk mengingatkan kepada kebrutalan dan kekejaman musuh musuh pancasila dan perjuangan bangsa. Lanjutkan dan pertahankan Pancasila dan UUD 1945. Kresek, 10 Juni 1991, Gubernur Jawa Timur, SOELARSO”
Suasana dari ketinggian

Peristiwa Madiun sendiri adalah peristiwa disaat tahun 1948, pada waktu itu Muso seorang pemimpin komunis yang pulang dari Uni Sovyet, yang bermaksud mengadakan kudeta terhadap kekuasaan Presiden Soekarno. Melalui serangkaian kegiatan itu, Muso menyiarkan melalui radio lokal perihal berdirinya Republik Sovyet Indonesia. Pada saat yang sama pula, pendukung Muso melakukan penculikan dan pembunuhan secara membabi buta terhadap masyarakat yang menentang pendapatnya. Tempat pembunuhan dan penyiksaan besar besaran ini dipercaya dilakukan di Desa Kresek Kecamatan Wungu ini. Masih berdasarkan cerita yang pernah saya baca, salah satu korbannya adalah Gubernur Suryo yang sedang dalam mobil berada di Jl. Raya Kedunggalar daerah Mantingan Ngawi dimana mobil yang dikendarainya disetop paksa dan sang Gubernur dan beberapa pengikutnya dibantai lalu jenazahnya dibuang di hutan sekitar situ. Tempat itu saat ini berdiri Monumen Suryo yang ada di Jl. Raya Ngawi – Solo tepatnya di Kedunggalar. Serangkaian peristiwa tersebut membuat Bung Karno geram sehingga sampai beliau mengeluarkan pernyataan : apakah rakyat mau mengikuti Muso atau mengikuti Soekarno Hatta? Ternata masyarakat banyak yang mendukung Soekarno Hatta sehingga memerintahkan Gatot Subroto untuk menghadapi upaya kudeta tersebut. Akhirnya pemberontakan dapat dipadamkan dan Muso yang melarikan diri ke Ponorogo juga berhasil tertangkap dan ditembak mati.

Kami juga tidak berlama lama disana. Setelah turun dan mengambil motor di parkiran, kami segera melanjutkan perjalanan karena jadwal kami setelah ini harus balik ke kota Madiun untuk menonton film.
Taman

Pendopo

Tangga menuju atas

Entah kenapa, di bawah patung penderitaan rakyat itu ada patung anak anak bersuka cita seperti ini :/


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...