Friday, September 6, 2013

Siapa Sangka Gaya Hidup Orang Indo di Magelang Seperti Ini?


Minggu sore yang cerah, dengan hawa khas Magelang yang dingin ini kami telah sampai di Latar Kuncung Bawuk, sebuah kafe angkringan yang terletak di Jl. Kartini Pasaranyar Mertoyudan. Kami tidak begitu susah mencari tempat yang akan digunakan dalam acara diskusi Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) ; Di Bawah Bayang Bayang Modernitas ; Gaya Hidup Orang Indo di Magelang Tahun 1906-1942 malam itu (1/9/13).
Pak Gubernur Kota Toea, Bagus Priyana

Kami disambut dua orang receptionist dan mengisi daftar hadir untuk selanjutnya saya memilih salah satu tempat dudul di depan gerobak angkringan. Satu set meja kursi bambu dengan sebuah sekat bambu juga yang menutupi kami dari jalan umum di depannya. Sedangkan lantai tanah dengan beberapa rumput yang terlihat masih baru menandakan bahwa kafe ini masih baru. Suasana di halaman rumah kuno ini bener bener cozy, nyaman, dan romantis tentunya. Sembari menikmati alunan musik yang dibawakan oleh Keroncong Bawuk, kami hanyut dalam pembicaraan diantaranya dengan mas Bagus, Gubernur KTM dan pak Widiyoko. Satu jam kemudian dari jadwal, acara baru bisa dimulai karena banyak peserta yang telat datang.

**
“Selamat datang dan terimakasih atas kehadiran kawan kawan”
Buka mas Bagus sembari mengucapkan beberapa patah prolog dan memperkenalkan mas Tedy Harnawan, alumnus Jurusan Sejarah UGM yang pada kesempatan ini akan membawakan materi yang tidak lain adalah skripsinya yang mengangkat tentang kehidupan orang Indo di Magelang sekitaran awal 1900 hingga mendekati kemerdekaan Indonesia.
Mas Tedy, narasumber kita bersama Pak Gub

Definisi dari Orang Indo adalah anak hasil perkawinan antara pria  Eropa, khususnya Belanda dengan wanita pribumi. Jarang sekali didapatkan dari sebaliknya (pria pribumi dengan wanita belanda) mengingat pada waktu itu posisi wanita dalam kehidupan sosial budaya belum seperti saat ini. Pria Belanda asli yang pada waktu itu adalah pendatang langsung mengisi jabatan jabatan strategis dalam pemerintahan, terutama setelah terbentuknya Magelang sebagai gemeente , setingkat kotapraja pada tahun 1906.

Selain itu, mereka juga mengisi jabatan jabatan militer karena pada waktu itu Magelang sudah didesain untuk menjadi kota militer. Tak ayal, banyak juga warga Indo yang menjadi tentara. Pada abad ke 19, para tentara yang sebagian besar diisi oleh orang Indo hidup dalam kemiskinan. Pembangunan tangsi tangsi militer (saat ini menjadi kompleks Rindam IV Diponegoro) pada waktu itu berdampak juga pada kehidupan sosial tentara dimana saat jauh dari istri dan keluarga, mereka juga menggauli wanita pribumi sekitar sehingga menghasilkan anak anak diluar nikah yang kerap disebut sebagai “anak kolong”

Kehidupan tentara di awal abad 20 sangatlah keras, mereka gemar minum minuman keras dan mendatangi rumah bordil. Untunglah, datang seorang Pastur Kristen bernama Van der Steur yang setelah menghadapi banyak kendala, akhirnya dapat mendirikan panti yang dinamai Oranje Nassau. Panti ini menjadi penyelamat moral para tentara yang bejat khususnya ditujukan kepada anak anak hasil perkawinan yang tidak sah.

**
Orang Indo sendiri menempati urutan sosial sebagai warga kelas 1,5 setelah warga Eropa totok/tulen, dan sebelum warga kelas 2, timur jauh dan warga kelas 3 yaitu masyarakat pribumi. Kehidupan sosial orang Indo sendiri tidak terlalu bisa diterima dikalangan warga kelas 1, namun mereka juga tidak serta merta dapat membaur dengan kelas kelas dibawahnya karena mereka merasa berada dalam kelas yang lebih atas. Tidak sedikit orang Indo yang ikut larut dalam rumah hiburan societeit untuk minum, minum, bermain bilyard, berdansa, bahkan menggosip. Satu yang terkenal adalah Societeit de Eendracht  yang kini berdiri Bank BCA Magelang.

Dalam hal fesyen, perempuan Indo juga tidak mau kalah dengan bersolek ala keluarga Dames dan Heeren. Pada waktu itu, usaha salon sudah menjadi tren untuk kalangan orang eropa dan orang Indo pun tentunya tidak mau tinggal diam. Dan sebagai istri para tentara yang sering berkeringat dan bau, mereka juga tidak lupa memakai wewangian parfum yang dapat dibeli misalnya di Apotek Van Gorkom. Saat ini lokasi Van Gorkom adalah eks. Bioskop Kresna.

Hidangan eropa yang mewah dan lezat juga menjadi daya tarik sebagai bahan “menggaya” para keluarga Indo di Magelang. Satu yang menarik adalah, Van der Steur melarang anak anak asuhnya untuk memakan yang mengandung banyak gula. Bahkan untuk menikmati kue kue manis, keju dan daging hanya bisa dilakukan tiga kali dalam setahun yakni pada saat Hari Natal, Ulang Tahun Ratu Belanda dan Ulang Tahun Van der Steur. Orang orang Indo juga terlatih untuk memakai peralatan masak yang tergolong canggih di jamanya seperti kompor gas. Masakan yang paling umum adalah steak daging dan yang unik, mereka sangat gemar memasak dendeng celeng alias daging babi.
Salah satu peserta dari Amerika Serikat, mas Cameron (kaus hijau)

Ke”nggayaan” orang Indo tidak berhenti disitu, mereka juga kerap mengadakan pesta pesta seperti pesta ulang tahun, perayaan perkawinan ataupun jamuan mennyambut tamu. Hal hal yang harus ada dalam pesta adalah makanan, champaign (sampanye), rokok dan bunga. minuman alkohol juga diperjual belikan secara bebas di toko toko khususnya milik orang orang china. Satu yang masih tersisa adalah Bie Sing Hoo, sekarang berada di Jl. A Yani Poncol dengan resep legendarisnya ; es krim mahkota. Di seantero kota juga terdapat banyak florist yang menyediakan bunga bunga baik untuk keperluan menghias rumah ataupun untuk mengadakan pesta pesta seperti toko Art Floral dan Toko Veronica.

Jangan salah juga, di societeit yang tersebar di kota Magelang waktu itu juga sudah memilik mini cinema (saya belum tahu apakah sudah ada teknologi sound system ataukah hanya film bisu) dan untuk memenuhi kebutuhan hiburan film, maka dibangunlah dua gedung bioskop yang akhirnya menjadi bioskop kelas atas, yakni Alhambra Theater dan Roxy Theater. Alhambra kini telah menjadi rumah dinas BNI dan Roxy menjadi Gardena Supermarket. Perlu dicatat bahwa geduung bioskop itu adalah murni usaha swasta dari orang cina bernama Kho Tjie Ho dan bahkan salahsatuna merupakan bisnis patungan. Selain film, pentas opera juga pernah diadakan dengan mengundang maestro musisi Rusia bernama Mirovitch dan Piastro.

Belum nggaya maksimal jika gaya hidup Orang Indo tidak mau kalah dengan orang Eropa jika belum hang out atau pelesir. Tujuan tujuan wisata yang umum pada waktu itu adalah Borobudur dan Kopeng. Bahkan untuk pegawai pemerintah, mereka menerima tunjangan perjalanan yang bisa digunakan untuk pelesir menikmati akhir pekan. Pemandian candi Umbul di daerah Grabag juga menjadi tujuan penting para wisatawan bahkan sampai dibangun stasiun khusus untuk para pelancong. Untuk yang tidak punya terlalu banyak dana, sekiranya cukup untuk berenang di kolam renang Hotel Loze (kini Matahari) yang airnya dikenal sangat jernih dan menjadi satu satunya kolam renang kelas elit. Atau bisa juga ke kolam renang pisangan yang berada dalam kelas dibawahnya.
Suasana diskusi

Selain uraian diatas, masih ada beberapa gaya hidup yang cukup unik jika kita telusuri yakni berfoto, berkebun, dan memelihara hewan peliharaan. Satu studio foto yang terkenal adalah Lee Brothers Studio yang berkantor pusat di Singapura dan membuka tiga cabang di Hindia Belanda yakni Batavia, Bandung dan Magelang. Selain itu, studio foto Midori juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pendokumentasian pesona alam, tata kota dan lain sebagainya. Studio milik orang Jepang ini meskipun akhirnya diketahui hanyalah sebagai kamuflalse trik perang oleh pemerintah Jepang, namun peran dalam industri foto juga sangat besar. Banyak koleksi foto kuno tentang Magelang yang bisa kita dapatkan sekarang ini adalah koleksi dari Midori. Midori sendiri melayani foto studio dan foto panggilan baik di dalam rumah, atau diluar rumah, siang atau malam.

Dalam urusan berkebun, layaknya orang Eropa, orang Indo mendatangkan bibit bibit bunga langsung dari Eropa. Tanaman yang umum dan bisa ditanam di Magelang adalah jenis Zinnia, Phlox, dan Petunia. Tidak ketinggalan juga, mereka juga gemar memelihara anjing yang sebenarnya pada waktu itu kepemilikannya dikenakan pajak oleh pemerintah. Dalam pemerintahan pun terbukti bahwa ada pos anggaran untuk perawatan kuda. Uang ini digunakan sebagai perawatan dan membeli makanan kuda yang tertuang dalam laporan keuangan setiap tahunnya.

**
Dua jam berlalu tanpa terasa akhirnya materi yang berat namun asik diikuti ini selesai juga dilanjutkan dengan acara tanya jawab sambil menikmati camilan khas dan teh manis free dari Latar Kuncung Bawuk. Acara ditutup pukul sepuluh malam dan peserta yang kira kira berjumlah 20 orang ini pun pulang kerumah masing masing. Hehe..
 

Foto keluarga KTM
Nb : Terimakasih sumbangan foto dari Pak Widoyoko Magelang

6 comments:

  1. wah mantab sodara, saya melihat di foto itu ada adek kelas saya SMA 1 namanya yusuf susilo..di fto paling bawah sebelah kiri dari dua cewek yang di depan..

    ReplyDelete
  2. @Iyan Ardiyan Cakep

    Hahaha.. betul sod namanya Yusuf Eko Susilo, akhir akhir ini aktif di KTM juga sama saya.. Dia di Stan juga baru lulus. Mungkin mau menyusul ke Tahuna :D

    ReplyDelete
  3. halo halo saya datang :D

    ReplyDelete
  4. Gak nyangka ternyata di Magelang dulu banyak keturunan indonya...
    kalo sekarang masih ada gak mas?

    ReplyDelete
  5. @Pungky :
    Memang mas. Kalau sekarang nampaknya sudah nggak ada mas. Karena pas jaman jepang pada dihabisi..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...