Sudah
sekira empat tahun belakangan saya meninggalkan pekerjaan lama. Bekerja saat
itu bagi saya adalah jalan-jalan dengan embel-embel kerja. Bagaimana tidak,
hampir setiap hari saya harus pergi kesana kemari dalam rangka tugas sekaligus
mencoba trek-trek atau jalur baru yang tentunya menyenangkan!
Tidak
lupa, disetiap tempat yang biasa saya kunjungi memiliki beberapa tempat makan
yang akhirnya menjadi langganan alias jujugan saya, atau kami saat bertugas
bersama tim kerja. Lebih dari itu, ulasan berikut merupakan hal-hal yang bagi
saya sangat memorable dan mengesankan. Oke, kita berangkat dari Magelang untuk
berkeliling Jawa Tengah!
1) Magelang
Jika
hanya di dalam kota, saya biasa menyantap Nasi Padang di Minang Sari Jalan Mayjend
Sutoyo a.k.a Kejuron. Dahulu sih rata-rata makan disana habis sekitar
delapan-sembilan ribu. Sekarang mungkin tembus ke kisaran 12 ribuan. Tempat ini tidak jauh dari kantor saya waktu itu.
RM Minang Sari, source : magelang.lokanesia.com |
2) Temanggung
Bergeser
sedikit, saya sekali pernah diajak makan bersama Pak Har, teman saya waktu itu
untuk singgah makan siang di sebuah rumah makan di antara Secang – Temanggung.
Kalau saya tidak salah ingat namanya Kartika Sari. Tempatnya ada di pinggir
jalan. Menu yang ditawarkan adalah prasmanan ala masakan Indonesia dengan
format menunjuk dan diambilkan oleh pelayan. Jika dilihat, rumah makan ini
menjadi singgahan para sopir sales. Termasuk saya waktu itu tentunya :D
3) Wonosobo
Jika
ke Wonosobo biasanya kami bablas mengunjungi Banjarnegara. Waktu itu mobil
panther warna hitam menjadi tunggangan kami. Saya biasa melaju kesana bersama
Pak Har dan Pak Edison. Selepas turunan Kertek, ada di sebelah kanan jalan arah
Wonosobo merupakan sebuah warung makan Murah Meriah. Lokasinya tidak jauh dari
pertigaan Kertek. Dengan dominasi warna hijau, warung ini menyajikan berbagaimacam
olahan nusantara. Ornamen ornamen yang bisa kita lihat adalah beberapa
kaligrafi, memperlihatkan bahwa pemiliknya merupakan seorang muslim. Belum
cukup segitu, saya juga biasa nunut shalat dilantai 2 rumah ini. Adalah sebuah
mushola yang bersih dengan beberapa tanaman disekeliling menambah suasana
menjadi adem. Recommended!
4) Purbalingga
Sebenarnya
saya tidak begitu sering ke Purbalingga. Sepanjang saya bekerja selama empat
tahunan, saya kesana sekitar 3-4 kali saja. Tapi, dua kali kesana, saya singgah
di sebuah warung makan yang ada di Jl. A. Yani, dekat dengan Taman Makam
Pahlawan. Disana, kami bisa makan dengan porsi sedang. Hidangan yang ditawarkan
masih dikisaran rames dan olahan masakan Jawa. Salah satu ciri warung ini
adalah ditemboknya ditempel berbagaimacam iklan produk Yamaha. Mungkin sebagai
sponsor utama dan satu-satunya.
5
) Purwokerto
Saya
biasa ke Purwokerto bersama pegawai Armada Group. Dan salah satu tempat makan
yang saya ingat adalah Rumah Makan Sop Buntut yang ada di dekat Sri Ratu Supermall.
Waktu itu, terus terang saya baru pertama makan sop buntut. Rasanya, hmm gurih
dan nikmat! Dan nama rumah makannya adalah Tamarra Sari.
Sop Buntut Tamarra Sari, source : wisataseru.com |
6
) Kebumen
Kalau
ke Kebumen, meskipun kadang saya hanya sendiri naik sepeda motor, tapi lebih
sering saya bersama pegawai PDAM Kabupaten Kebumen. Umumnya, sekalian saya
berada di Kebumen, saya diajak untuk mengecek mesin fingerprint di Gombong. Dan
selalu kami memakai mobil dinas Avanza biru. Dan karena saya sifatnya sebagai
pengikut, saya selalu diampirkan di Rumah Makan Lembur Kuring. Ada di Jalan
Raya Kebumen - Gombong. Menu andalannya adalah ayam goreng dengan racikan khas
Sunda. Paduannya dengan lalapan daun pepaya muda. Segerr! Jos gandos!
Selain
itu, saya juga menjadi rekanan di PT Naga Semut, sebuah perusahaan plastik.
Tapi bila saya kesana, saya lebih sering beli jajan sendiri. Pernah saya makan
mie ayam di dekat Pasar Kebumen, pernah juga saya memilih beli nasi padang saat
perjalanan pulang dan sampai di kawasan Kutoarjo.
7) Purworejo
Saya
cukup jarang ke Purworejo. Bahkan hingga saat ini seingat saya, saya hanya
memiliki satu proyek disana. Lab Bahasa di SMPN 2 Purworejo. Tapi jika ke
Purworejo, salah satu tempat yang biasa dipakai untuk sarapan tim kerja saya
adalah disebuah warung makan berwarna hijau di pinggir jalan daerah turunan
Margoyoso – Bener Purworejo. Disana, saya terus terang belum pernah coba. Tapi
kata Pak Har/Pak Edison, disana biasa dipakai sopir truk untuk beristirahat.
“Porsinya banyak” kata Pak Edison waktu itu. :D
8) Kulonprogo
Saya
beberapa kali ke Kulonprogo. Mungkin malah cukup sering. Ada satu yang saya
ingat jika kesana yaitu obrolan kami di mobil. Pak Edison sering bilang ;kalau
lihat tempat makan dan rasanya tertarik, bilang saja, Mid! Gitu. Sepanjang
perjalanan dari daerah Kalibawang hingga masuk kota Kulonprogo kami tidak
berhenti blas karena selalu tidak yakin dengan menu-menu yang ada dipinggir
jalan. Bahkan suatu ketika saya melihat plang “Minang… “ saya langsung
bersemangat dan bilang. Itu.. itu! Tidak disangka, ternyata tempat itu adalah
Minang Tailor alias seorang penjahit. Apa boleh buat. Akhirnya kami pun kembali
memilih hidangan andalan kami, nasi padang di jantung kota.
9
) Jogja
Jogja
istilahnya adalah tempat yang wajib dikunjungi sekitar sekali seminggu. Banyak job
marketing disana. Disamping itu, saya juga sering mondar-mandir ke percetakan
mengurus pesanan LJK alias lembar jawab komputer.
a.
Chaniago
Lokasinya ada di Tempel,
Sleman. Dekat dengan lampu merah. Warung Padang ini berkonsep prasmanan. Para
pengunjung dipersilakan mengambil sendiri nasi, sayur dan lauknya. Jam 6-7 pagi
warung ini biasanya sudah buka, saya dan tim biasa sarapan disana. Karena
murah, waktu itu, nasi telor esteh dihargai enam ribu saja. Gimana?
b.
Gudeg
Sagan
Saya biasa langganan di
Spektrum. Sebuah rumah produksi grafis yang menurut saya berkelas. Biasanya
saya kesana untuk membuat pesanan film LJK. Selebihnya cetakan-cetakan yang
perlu film dengan kualitas baik. Nah, tepat di depan Spektrum yang ada di Jl.
Prof Yohannes itu, kalau malam hari ada penjual Gudeg. Gudeg Sagan namanya.
Saya kesana bersama Pak Andi, sopir perusahaan kami karena biasanya malam hari
kami baru sampai sana. Gudeg sagan ini berhubung jatah uang makan kami waktu
itu hanya enam ribu, akhirnya kami biasa memilih Gudeg Telor. Plus minum lima
ribu saja. Murah? Memang! Enak? Iya dong :D
Gudeg Sagan source : tripadvisor.com |
c.
Finso
Kalau yang satu ini ada di
daerah Demangan, tidak jauh dari Universitas Sanata Dharma. Pak Edison yang
mengajari saya kesana. Dia orang Nasrani jadi memilih rumah makan itu dengan
menu daging babi. Kalau saya, kesana biasanya ambil bakso-baksoan atau capjai
atau sayur pare. Disana tempatnya sangat bersih. Model kursi-kursinya ala
fastfood dan formatnya prasmanan ambil sendiri, toiletnya pun bersih. Harganya,
medium. Tidak murah, tidak mahal. But worth it ;)
d.
Tegalsari
Berada di ruas jalan Tegalsari,
kawasan agak ke selatan timur, kami biasa melajukan motor/mobil kesana. Ada
disebuah pojokan, rumah makan ini menawarkan masakan-masakan Jawa yang beraneka
ragam. Banyak banget lah pokoknya. Nasi dan lauknya ambil sendiri. Masih dari
segi harga, yaaa masih sama. Kami biasa mencari yang murah-murah saja :D
10) Klaten
Bila kami bergeser ke Klaten pada pagi hari, wajib
hukumnya menepikan mobil sesaat setelah lepas kota Klaten arah Solo. Disana ada
warung Tengkleng. Tempatnya biasa saja. Sebuah rumah tua dengan pengunjung yang
biasanya banyak. Selain itu, para pengamen dengan musik keroncong menghibur
kami dengan duduk menghadap ke pengunjung. Spesialnya adalah, kami bisa
mengambil sendiri nasinya untuk kemudian memesan tengkleng sapi yang kala itu
dihargai 6,000 rupiah. Nasinya terserah.. mau banyak boleh.. mau dikit, OK.
Nggak Cuma tengkleng, disana juga tersaji menu-menu nusantara seperti sayur
oseng, sayur lodeh, dan macam macam lauk. Yummy!
11 ) Solo
a.
Nah,
kalau di Kota Bengawan, kami biasanya mampir ke Hotel Sarangan. Hotel
ini ada di kawasan Laweyan, Jalan Slamet Riyadi dan ada persis diseberang
Diamond Convention. Penginapan ini konsepnya klasik, men. Berasa romantis
gimanaa gitu. Eh bukan, ini bukan ngomongin hotel. Kami pun nggak pernah
check in kesana. Ini mau ngomongin soal kafe di Sarangan Hotel. Ya, sebuah kafe
itu tiap siang hari ramai diserbu pembeli. Bukan hanya tamu hotel saja, tapi
termasuk tamu luar kota seperti kami. Pak Edison yang mengajari. Disana kami
bisa makan ala prasmanan dengan suasana resto taman dengan harga yang pantas.
Menarik, bukan?
Hotel Sarangan. Source : travel.kapanlagi.com |
b.
Dilain
kesempatan kami juga beberapa kali mampir di sebuah warung kaki lima di sekitar
PDAM Kota Surakarta. Disana ada warung Tahu Kupat. Bukan kupat tahu seperti di
Magelang. Disana kacangnya utuh. Begitu juga dengan bumbunya. Hanya kupat tahu
disiram kecap ditambah kacang goreng ditemani beberapa helai mie. Iya, mie.
Saya sih aslinya tidak begitu cocok kalau nggak laper. Tapi kalau laper bisa
gelap mata makan disana. Waktu itu per porsinya hanya tiga ribu rupiah saja.
Suatu saat, saya, pak Edison dan Pak Har, makan habis lima porsi. Berhubung
saya yang bertugas bayar. Saya bayar sambil malu-malu. #sendawa.
c.
Suatu
saat saya bersama Arvis, teman saya berkesempatan melaksanakan proyek ditiga
kota sekaligus. Solo, Karanganyar dan Sukoharjo. Malamnya kami menginap di
Hotel Kaloka di Jalan Gajahmada dan kami menyantap masakan penyetan didekat
penginapan. Agak jauh sih karena kami mesti jalan kaki sesaat. Karena berada disebuah rumah makan yang cukup elit, harganya saat
itu saya anggap cukup mahal, men. :(
d.
Beda
lagi ceritanya kalau saya sedang bertugas di kantor Sun Motor. Kantor
distributor Mitsubishi itu berada di bilangan Jebres. Saat itu untuk pertama
kali saya mengenal Selat Solo. Bukan selat yang memisahkan antara dua pulau.
Itu masakan khas Solo baru tahu saya waktu itu. Modelnya seperti gado-gado tapi
berkuah. Jika disantap siang-siang, tentu segar membahana.. lokasi ada di depan
Sun Motor Solo.
12) Karanganyar
Setidaknya
ada tiga tempat yang memorable bagi saya di Karanganyar. Oke langsung saja kita
kupas satu persatu.
a.
Sate
Kambing Kerjo
Nama daerahnya memang unik,
Kecamatan Kerjo. Saya kesana bersama pak Budi pegawai PDAM. Waktu itu saya
sepulang implementasi fingerprint disana dan diajak makan sate kambing disebuah
tempat yang menurut saya masih cukup pedalaman. Mungkin suasana masih desa. Walaupun begitu, dipingir jalan ada penjual sate kambing. Dan kami serta rombongan
pun setuju berhenti disana untuk makan siang :D
b.
Warung
Rames Kompleks Cangakan
Kalau ini ada didekat kompleks
perkantoran Cangakan, Karanganyar. Lokasinya cukup nyempil dan saya rasa sepi.
Lalu lintas di kota lereng Lawu itu memang tidak ramai. Hawanya sejuk, dan satu
yang menggelitik adalah; alun-alunnya acapkali digunakan untuk menggembala
kambing. Iya, kamu nggak salah denger. Beneran. Tidak jauh dari sana, ada
sebuah warung makan dengan konsep ramesan. Warungnya kecil, nampaknya jadi
langganan para pegawai PNS kantoran sekitar sana.
c.
Nasi
Goreng Palur
Suatu malam, saya terpaksa
menginap sendiri di Hotel Tirta Asri belakang Mall Luwes Palur. Disana mallnya
kecil, hanya satu lantai. Pantaskah disebut mall? Eh rupanya dibelakang mall
itu ada sebuah hotel. Hotel yang isinya sebagian besar diinapi para salesman jalanan.
Saya teknisi yang merangkap marketing jadi pelanggannya juga. Hotelnya bersih,
dan terdiri dari dua lantai. Kala itu kamar standard dengan dua bed, kamar
mandi dalam, cukup ditebus dengan 50 ribu rupiah saja. Kebetulan waktu itu
kamar saya dekat dengan lobbi sehingga bisa menonton TV. Saat malam tiba, saya
punya ide untuk jalan-jalan ke mallnya dan mencari makan. Bukannya cari makan
di foodcourt, saya justeru memilih makan nasi goreng diseberang mall. ;)
Hotel Tirta Asri. source : panoramio.com |
13) Boyolali
Termasuk
jarang sih saya berkelana hingga Boyolali. Dan hanya ada satu yang terkenang
hingga kini. Kami malam itu bertiga harus menginap karena tugas yang terlampau
banyak. Hotel kami berada di dekat Bandara Adi Sumarmo. Secara administratif
masuk di Kabupaten Boyolali meski suasananya masih berada di Solo. Hotel kami
ada disebuah hamparan sawah yang memang, ada banyak hotel terpisah-pisah. Saat
malam, hotel itu ramai. Sepertinya banyak digunakan untuk check in pasangan
tidak resmi :D
Oiya,
disebelah hotel itu ada sebuah rumah makan dengan gaya klasik. Kami waktu itu
terlampau nggaya. Saya, Pak Har dan Pak Edison mengunjungi rumah makan dengan
suasana anyaman bambu itu. Tempat makannya berupa gasebo-gasebo diatas air.
Semacam rumah makan terapung. Menunya, macam-macam lauk goreng dan nasi goreng.
14) Salatiga
Bisa
dibilang saya terlalu sering ke Salatiga. Biasanya seminggu dua kali dalam
kurun waktu sekitar tiga bulan. Waktu itu saya dapat job implementasi dikantor
dinas sekitar 30an kantor. Butuh waktu banyak tentunya untuk menyelesaikannya.
Dan seperti biasa, bila di Salatiga saya mampir di Warung Makan Agung Lestari.
Kayak nama orang ya? Iya, warung makan ini berlokasi di sebuah sudut lapangan
Pancasila/Alun-alun Salatiga. Tempatnya waktu itu tidak selebar sekarang.
Konsepnya prasmanan dan harganya murah. Masakannya bermacam-macam dengan
pilihan minuman tiga macam, teh, orson kuning, dan orson hijau. Kira-kira satu
porsi makan tanpa daging plus minum hanya 6-7 ribu saja. Kalau dengan daging ya
8-10 ribu. :D hingga saat ini saya masih menjadi pelanggan setianya. Check dah!
WM Agung Lestari. Source : www.panoramio.com |
Selain
itu jika bosan, saya memilih membeli nasi padang yang membuka usaha didalam
kompleks lapangan Pancasila. Makan siang disana, bisa sambil menikmati
pemandangan rumput hijau dan orang-orang dengan segala aktivitasnya. Capek pun
terlupakan!
15) Ungaran
Kalau berangkat ke Semarang melewati Jambu, ada sebuah warung makan rekomended yang harus kamu coba. Tepatnya ada di sekitaran belokan Polsek Jambu. Warna warungnya merah muda. Namanya sayangnya saya lupa. Citra Rasa, atau Cinta Rasa? Pokoknya model masakannya adalah masakan Jawa. Pagi-pagi biasanya sudah buka. Disana selain menyediakan sarapan dan makan siang, juga ada macam-macam oleh-oleh.
Bila
kami ke Ungaran, kami selalu mampir di Rumah Makan Ayam Bakar Monosuko. Tahu
pabrik Sosro Ungaran? Nah, rumah makan ini ada di seberangnya. Saat saya
menulis ini, sayangnya rumah makan itu sudah tutup. Waktu itu rumah makan ini
menawarkan ayam bakar dengan bumbu yang istimewa. Sangat enak! Harganya relatif
mahal sih, tapi sebanding dengan pengalaman makannya. Selain itu, ada fasilitas
musholanya juga. ;) dapet kabar dari teman seperjuangan, bahwa tempat makan itu
tutup karena pemiliknya sudah ganti dan akhirnya bumbu nya jadi tidak seenak
dulu… huuuu :(
RM. Ayam Bakar Monosuko source : http://id.openrice.com |
16) Semarang
Tampaknya
kita sudah hampir sampai di penghujung tulisan. Hehe. Di Kota Atlas, yang saya
ingat, saya pernah diajak makan disebuah warung nasi goreng yang ada di
belakang SMA Kolese Loyola. Kata teman saya waktu itu sih, nasi goreng babatnya
enak. Saya sih nggak terlalu mikir ya, enaknya nasi goreng babat ya paling
gitu-gitu aja. Tapi ini beda sodara.. disana terkenal murah. Dan memang murah
sih waktu itu. Rasanya juga cukup lah.
Kalau
sedang didaerah Semarang barat, saya bersama Pak Ikhsan dari Solo mampir di
sebuah warung makan di kawasan Anjasmoro. Disana konsepnya kira-kira hampir
sama dengan Agung Lestari Salatiga. Tapi pilihan menunya tidak begitu banyak.
17) Kudus
Ya!
Kota terakhir yang pernah saya singgahi selama bekerja di Fingertec adalah
Kudus. Kota ini menawarkan Soto Kerbau. Saya waktu itu kesana dengan Pak Iwan
dan kami mampir makan disebuah warung soto yang ramai. Banyak orang
mengunjunginya. Lokasinya ada di daerah Ngembal, dari Kudus kota arah ke Pati.
Citarasa sotonya hampir sama dengan Soto Semarang, hanya saja dagingnya dari
daging kerbau. Enak, men!
Dan
ini adalah penghujung tulisan saya. Saya ke Kudus biasanya untuk inspeksi
fingerprint di PT Surya Indah Motor di kawasan Ngembal. Disana yang merupakan
dealer Toyota, dibelakang bengkel lantai dua ada mushola dan kantin. Nah, saya
sekali makan dikantin itu. (yang terakhir ini nggak penting ya)
Oke.
Itu saja review tempat makan kenangan saya saat bekerja bersama Fingertec.
Rasa-rasanya, ingin kembali mengulang pekerjaan yang menantang dan menyenangkan
itu, tapi apa daya saya sekarang sudah jadi abdi negara. Dan kesimpulannya
adalah : waktu itu saya dan tim kerja suka mencari makan ala prasmanan dan
harga murah. Itu saja sih!
Ada
yang mau ditambahkan?
nanti saya mampir kalau lewat, makasih info nya gan
ReplyDelete@Anak Nelayan :
ReplyDeleteSilakaan. :) terimakasih sudah berkunjung dan berkoment :)
Hallo mas,
ReplyDeleteada no tlpnya rm.prasmanan agung lestari ndak? saya mau coba..
terima kasih yaa..
@atas : Sayang sekali saya nggak ada mas.. Langsung datang saja. Lokasinya ada dua. di alun2/Pancasila Salatiga, sama Jl. Imam Bonjol Salatiga (dekat SPBU)
ReplyDeleteMas, bisa share foto menunya gka? kira-kira kapan kesana lagi? saya mau booked untuk teman2 yang jalan karena sedang bikin trip.
ReplyDeleteperkenalkan saya rena,,,
Halo Rena,
ReplyDeleteSayang sekali, saya tidak punya foto-foto menunya. Karena saya juga tidak berada di Salatiga. Sebagai gambaran saja, menunya adalah sayur-mayur dan laukpauk dengan pilihan sekitar 10 pilihan.. (mungkin lebih).. Berapa anggota? saya kira kalau dibawah 30 orang masih memungkinkan untuk ditujukan di Agung Lestari Imam Bonjol. Tempatnya luas..
Saya punya satu tempat yang recomended baik untuk sarapan, makan siang ataupun malam. Soto Jinten & Sop Ayam Kampung Mas Edi. Lokasinya daerah karangjati Sebelum kota Ungaran kalau arah Solo. Selain soto dan sop, masakan ala rames komplit tersedia sampai dengan ayam geprek juga ada. Harganya sangat terjangkau.
ReplyDeleteSaya kok belum pernah dengar, ya?
Delete