Friday, March 13, 2015

Pergi kemana dan makan apa? Sebuah Kenang-kenangan Kuliner


Sudah sekira empat tahun belakangan saya meninggalkan pekerjaan lama. Bekerja saat itu bagi saya adalah jalan-jalan dengan embel-embel kerja. Bagaimana tidak, hampir setiap hari saya harus pergi kesana kemari dalam rangka tugas sekaligus mencoba trek-trek atau jalur baru yang tentunya menyenangkan!

Tidak lupa, disetiap tempat yang biasa saya kunjungi memiliki beberapa tempat makan yang akhirnya menjadi langganan alias jujugan saya, atau kami saat bertugas bersama tim kerja. Lebih dari itu, ulasan berikut merupakan hal-hal yang bagi saya sangat memorable dan mengesankan. Oke, kita berangkat dari Magelang untuk berkeliling Jawa Tengah!

1)      Magelang
Jika hanya di dalam kota, saya biasa menyantap Nasi Padang di Minang Sari Jalan Mayjend Sutoyo a.k.a Kejuron. Dahulu sih rata-rata makan disana habis sekitar delapan-sembilan ribu. Sekarang mungkin tembus ke kisaran 12 ribuan. Tempat ini tidak jauh dari kantor saya waktu itu.
RM Minang Sari, source : magelang.lokanesia.com
2)      Temanggung
Bergeser sedikit, saya sekali pernah diajak makan bersama Pak Har, teman saya waktu itu untuk singgah makan siang di sebuah rumah makan di antara Secang – Temanggung. Kalau saya tidak salah ingat namanya Kartika Sari. Tempatnya ada di pinggir jalan. Menu yang ditawarkan adalah prasmanan ala masakan Indonesia dengan format menunjuk dan diambilkan oleh pelayan. Jika dilihat, rumah makan ini menjadi singgahan para sopir sales. Termasuk saya waktu itu tentunya :D

3)      Wonosobo
Jika ke Wonosobo biasanya kami bablas mengunjungi Banjarnegara. Waktu itu mobil panther warna hitam menjadi tunggangan kami. Saya biasa melaju kesana bersama Pak Har dan Pak Edison. Selepas turunan Kertek, ada di sebelah kanan jalan arah Wonosobo merupakan sebuah warung makan Murah Meriah. Lokasinya tidak jauh dari pertigaan Kertek. Dengan dominasi warna hijau, warung ini menyajikan berbagaimacam olahan nusantara. Ornamen ornamen yang bisa kita lihat adalah beberapa kaligrafi, memperlihatkan bahwa pemiliknya merupakan seorang muslim. Belum cukup segitu, saya juga biasa nunut shalat dilantai 2 rumah ini. Adalah sebuah mushola yang bersih dengan beberapa tanaman disekeliling menambah suasana menjadi adem. Recommended! 

4)      Purbalingga
Sebenarnya saya tidak begitu sering ke Purbalingga. Sepanjang saya bekerja selama empat tahunan, saya kesana sekitar 3-4 kali saja. Tapi, dua kali kesana, saya singgah di sebuah warung makan yang ada di Jl. A. Yani, dekat dengan Taman Makam Pahlawan. Disana, kami bisa makan dengan porsi sedang. Hidangan yang ditawarkan masih dikisaran rames dan olahan masakan Jawa. Salah satu ciri warung ini adalah ditemboknya ditempel berbagaimacam iklan produk Yamaha. Mungkin sebagai sponsor utama dan satu-satunya.

5 )   Purwokerto
Saya biasa ke Purwokerto bersama pegawai Armada Group. Dan salah satu tempat makan yang saya ingat adalah Rumah Makan Sop Buntut yang ada di dekat Sri Ratu Supermall. Waktu itu, terus terang saya baru pertama makan sop buntut. Rasanya, hmm gurih dan nikmat! Dan nama rumah makannya adalah Tamarra Sari.
Sop Buntut Tamarra Sari, source : wisataseru.com
6 )   Kebumen
Kalau ke Kebumen, meskipun kadang saya hanya sendiri naik sepeda motor, tapi lebih sering saya bersama pegawai PDAM Kabupaten Kebumen. Umumnya, sekalian saya berada di Kebumen, saya diajak untuk mengecek mesin fingerprint di Gombong. Dan selalu kami memakai mobil dinas Avanza biru. Dan karena saya sifatnya sebagai pengikut, saya selalu diampirkan di Rumah Makan Lembur Kuring. Ada di Jalan Raya Kebumen - Gombong. Menu andalannya adalah ayam goreng dengan racikan khas Sunda. Paduannya dengan lalapan daun pepaya muda. Segerr! Jos gandos! 
Selain itu, saya juga menjadi rekanan di PT Naga Semut, sebuah perusahaan plastik. Tapi bila saya kesana, saya lebih sering beli jajan sendiri. Pernah saya makan mie ayam di dekat Pasar Kebumen, pernah juga saya memilih beli nasi padang saat perjalanan pulang dan sampai di kawasan Kutoarjo.

7)  Purworejo
Saya cukup jarang ke Purworejo. Bahkan hingga saat ini seingat saya, saya hanya memiliki satu proyek disana. Lab Bahasa di SMPN 2 Purworejo. Tapi jika ke Purworejo, salah satu tempat yang biasa dipakai untuk sarapan tim kerja saya adalah disebuah warung makan berwarna hijau di pinggir jalan daerah turunan Margoyoso – Bener Purworejo. Disana, saya terus terang belum pernah coba. Tapi kata Pak Har/Pak Edison, disana biasa dipakai sopir truk untuk beristirahat. “Porsinya banyak” kata Pak Edison waktu itu. :D

8)  Kulonprogo
Saya beberapa kali ke Kulonprogo. Mungkin malah cukup sering. Ada satu yang saya ingat jika kesana yaitu obrolan kami di mobil. Pak Edison sering bilang ;kalau lihat tempat makan dan rasanya tertarik, bilang saja, Mid! Gitu. Sepanjang perjalanan dari daerah Kalibawang hingga masuk kota Kulonprogo kami tidak berhenti blas karena selalu tidak yakin dengan menu-menu yang ada dipinggir jalan. Bahkan suatu ketika saya melihat plang “Minang… “ saya langsung bersemangat dan bilang. Itu.. itu! Tidak disangka, ternyata tempat itu adalah Minang Tailor alias seorang penjahit. Apa boleh buat. Akhirnya kami pun kembali memilih hidangan andalan kami, nasi padang di jantung kota. 

9 )   Jogja
Jogja istilahnya adalah tempat yang wajib dikunjungi sekitar sekali seminggu. Banyak job marketing disana. Disamping itu, saya juga sering mondar-mandir ke percetakan mengurus pesanan LJK alias lembar jawab komputer.
a.    Chaniago
Lokasinya ada di Tempel, Sleman. Dekat dengan lampu merah. Warung Padang ini berkonsep prasmanan. Para pengunjung dipersilakan mengambil sendiri nasi, sayur dan lauknya. Jam 6-7 pagi warung ini biasanya sudah buka, saya dan tim biasa sarapan disana. Karena murah, waktu itu, nasi telor esteh dihargai enam ribu saja. Gimana?
b.    Gudeg Sagan
Saya biasa langganan di Spektrum. Sebuah rumah produksi grafis yang menurut saya berkelas. Biasanya saya kesana untuk membuat pesanan film LJK. Selebihnya cetakan-cetakan yang perlu film dengan kualitas baik. Nah, tepat di depan Spektrum yang ada di Jl. Prof Yohannes itu, kalau malam hari ada penjual Gudeg. Gudeg Sagan namanya. Saya kesana bersama Pak Andi, sopir perusahaan kami karena biasanya malam hari kami baru sampai sana. Gudeg sagan ini berhubung jatah uang makan kami waktu itu hanya enam ribu, akhirnya kami biasa memilih Gudeg Telor. Plus minum lima ribu saja. Murah? Memang! Enak? Iya dong :D
Gudeg Sagan source : tripadvisor.com
c.    Finso
Kalau yang satu ini ada di daerah Demangan, tidak jauh dari Universitas Sanata Dharma. Pak Edison yang mengajari saya kesana. Dia orang Nasrani jadi memilih rumah makan itu dengan menu daging babi. Kalau saya, kesana biasanya ambil bakso-baksoan atau capjai atau sayur pare. Disana tempatnya sangat bersih. Model kursi-kursinya ala fastfood dan formatnya prasmanan ambil sendiri, toiletnya pun bersih. Harganya, medium. Tidak murah, tidak mahal. But worth it ;)
d.    Tegalsari
Berada di ruas jalan Tegalsari, kawasan agak ke selatan timur, kami biasa melajukan motor/mobil kesana. Ada disebuah pojokan, rumah makan ini menawarkan masakan-masakan Jawa yang beraneka ragam. Banyak banget lah pokoknya. Nasi dan lauknya ambil sendiri. Masih dari segi harga, yaaa masih sama. Kami biasa mencari yang murah-murah saja :D

10)   Klaten
Bila kami bergeser ke Klaten pada pagi hari, wajib hukumnya menepikan mobil sesaat setelah lepas kota Klaten arah Solo. Disana ada warung Tengkleng. Tempatnya biasa saja. Sebuah rumah tua dengan pengunjung yang biasanya banyak. Selain itu, para pengamen dengan musik keroncong menghibur kami dengan duduk menghadap ke pengunjung. Spesialnya adalah, kami bisa mengambil sendiri nasinya untuk kemudian memesan tengkleng sapi yang kala itu dihargai 6,000 rupiah. Nasinya terserah.. mau banyak boleh.. mau dikit, OK. Nggak Cuma tengkleng, disana juga tersaji menu-menu nusantara seperti sayur oseng, sayur lodeh, dan macam macam lauk. Yummy!

11 )  Solo
a.    Nah, kalau di Kota Bengawan, kami biasanya mampir ke Hotel Sarangan. Hotel ini ada di kawasan Laweyan, Jalan Slamet Riyadi dan ada persis diseberang Diamond Convention. Penginapan ini konsepnya klasik, men. Berasa romantis gimanaa gitu. Eh bukan, ini bukan ngomongin hotel. Kami pun nggak pernah check in kesana. Ini mau ngomongin soal kafe di Sarangan Hotel. Ya, sebuah kafe itu tiap siang hari ramai diserbu pembeli. Bukan hanya tamu hotel saja, tapi termasuk tamu luar kota seperti kami. Pak Edison yang mengajari. Disana kami bisa makan ala prasmanan dengan suasana resto taman dengan harga yang pantas. Menarik, bukan?
Hotel Sarangan. Source : travel.kapanlagi.com

b.    Dilain kesempatan kami juga beberapa kali mampir di sebuah warung kaki lima di sekitar PDAM Kota Surakarta. Disana ada warung Tahu Kupat. Bukan kupat tahu seperti di Magelang. Disana kacangnya utuh. Begitu juga dengan bumbunya. Hanya kupat tahu disiram kecap ditambah kacang goreng ditemani beberapa helai mie. Iya, mie. Saya sih aslinya tidak begitu cocok kalau nggak laper. Tapi kalau laper bisa gelap mata makan disana. Waktu itu per porsinya hanya tiga ribu rupiah saja. Suatu saat, saya, pak Edison dan Pak Har, makan habis lima porsi. Berhubung saya yang bertugas bayar. Saya bayar sambil malu-malu. #sendawa.

c.    Suatu saat saya bersama Arvis, teman saya berkesempatan melaksanakan proyek ditiga kota sekaligus. Solo, Karanganyar dan Sukoharjo. Malamnya kami menginap di Hotel Kaloka di Jalan Gajahmada dan kami menyantap masakan penyetan didekat penginapan. Agak jauh sih karena kami mesti jalan kaki sesaat. Karena berada disebuah rumah makan yang cukup elit, harganya saat itu saya anggap cukup mahal, men. :(

d.    Beda lagi ceritanya kalau saya sedang bertugas di kantor Sun Motor. Kantor distributor Mitsubishi itu berada di bilangan Jebres. Saat itu untuk pertama kali saya mengenal Selat Solo. Bukan selat yang memisahkan antara dua pulau. Itu masakan khas Solo baru tahu saya waktu itu. Modelnya seperti gado-gado tapi berkuah. Jika disantap siang-siang, tentu segar membahana.. lokasi ada di depan Sun Motor Solo.

12)  Karanganyar
Setidaknya ada tiga tempat yang memorable bagi saya di Karanganyar. Oke langsung saja kita kupas satu persatu.
a.    Sate Kambing Kerjo
Nama daerahnya memang unik, Kecamatan Kerjo. Saya kesana bersama pak Budi pegawai PDAM. Waktu itu saya sepulang implementasi fingerprint disana dan diajak makan sate kambing disebuah tempat yang menurut saya masih cukup pedalaman. Mungkin suasana masih desa. Walaupun begitu, dipingir jalan ada penjual sate kambing. Dan kami serta rombongan pun setuju berhenti disana untuk makan siang :D

b.    Warung Rames Kompleks Cangakan
Kalau ini ada didekat kompleks perkantoran Cangakan, Karanganyar. Lokasinya cukup nyempil dan saya rasa sepi. Lalu lintas di kota lereng Lawu itu memang tidak ramai. Hawanya sejuk, dan satu yang menggelitik adalah; alun-alunnya acapkali digunakan untuk menggembala kambing. Iya, kamu nggak salah denger. Beneran. Tidak jauh dari sana, ada sebuah warung makan dengan konsep ramesan. Warungnya kecil, nampaknya jadi langganan para pegawai PNS kantoran sekitar sana.

c.    Nasi Goreng Palur
Suatu malam, saya terpaksa menginap sendiri di Hotel Tirta Asri belakang Mall Luwes Palur. Disana mallnya kecil, hanya satu lantai. Pantaskah disebut mall? Eh rupanya dibelakang mall itu ada sebuah hotel. Hotel yang isinya sebagian besar diinapi para salesman jalanan. Saya teknisi yang merangkap marketing jadi pelanggannya juga. Hotelnya bersih, dan terdiri dari dua lantai. Kala itu kamar standard dengan dua bed, kamar mandi dalam, cukup ditebus dengan 50 ribu rupiah saja. Kebetulan waktu itu kamar saya dekat dengan lobbi sehingga bisa menonton TV. Saat malam tiba, saya punya ide untuk jalan-jalan ke mallnya dan mencari makan. Bukannya cari makan di foodcourt, saya justeru memilih makan nasi goreng diseberang mall. ;)
Hotel Tirta Asri. source : panoramio.com

13)  Boyolali
Termasuk jarang sih saya berkelana hingga Boyolali. Dan hanya ada satu yang terkenang hingga kini. Kami malam itu bertiga harus menginap karena tugas yang terlampau banyak. Hotel kami berada di dekat Bandara Adi Sumarmo. Secara administratif masuk di Kabupaten Boyolali meski suasananya masih berada di Solo. Hotel kami ada disebuah hamparan sawah yang memang, ada banyak hotel terpisah-pisah. Saat malam, hotel itu ramai. Sepertinya banyak digunakan untuk check in pasangan tidak resmi :D
Oiya, disebelah hotel itu ada sebuah rumah makan dengan gaya klasik. Kami waktu itu terlampau nggaya. Saya, Pak Har dan Pak Edison mengunjungi rumah makan dengan suasana anyaman bambu itu. Tempat makannya berupa gasebo-gasebo diatas air. Semacam rumah makan terapung. Menunya, macam-macam lauk goreng dan nasi goreng.

14)  Salatiga
Bisa dibilang saya terlalu sering ke Salatiga. Biasanya seminggu dua kali dalam kurun waktu sekitar tiga bulan. Waktu itu saya dapat job implementasi dikantor dinas sekitar 30an kantor. Butuh waktu banyak tentunya untuk menyelesaikannya. Dan seperti biasa, bila di Salatiga saya mampir di Warung Makan Agung Lestari. Kayak nama orang ya? Iya, warung makan ini berlokasi di sebuah sudut lapangan Pancasila/Alun-alun Salatiga. Tempatnya waktu itu tidak selebar sekarang. Konsepnya prasmanan dan harganya murah. Masakannya bermacam-macam dengan pilihan minuman tiga macam, teh, orson kuning, dan orson hijau. Kira-kira satu porsi makan tanpa daging plus minum hanya 6-7 ribu saja. Kalau dengan daging ya 8-10 ribu. :D hingga saat ini saya masih menjadi pelanggan setianya. Check dah!
WM Agung Lestari. Source : www.panoramio.com

Selain itu jika bosan, saya memilih membeli nasi padang yang membuka usaha didalam kompleks lapangan Pancasila. Makan siang disana, bisa sambil menikmati pemandangan rumput hijau dan orang-orang dengan segala aktivitasnya. Capek pun terlupakan!

15)  Ungaran
Kalau berangkat ke Semarang melewati Jambu, ada sebuah warung makan rekomended yang harus kamu coba. Tepatnya ada di sekitaran belokan Polsek Jambu. Warna warungnya merah muda. Namanya sayangnya saya lupa. Citra Rasa, atau Cinta Rasa? Pokoknya model masakannya adalah masakan Jawa. Pagi-pagi biasanya sudah buka. Disana selain menyediakan sarapan dan makan siang, juga ada macam-macam oleh-oleh.
Bila kami ke Ungaran, kami selalu mampir di Rumah Makan Ayam Bakar Monosuko. Tahu pabrik Sosro Ungaran? Nah, rumah makan ini ada di seberangnya. Saat saya menulis ini, sayangnya rumah makan itu sudah tutup. Waktu itu rumah makan ini menawarkan ayam bakar dengan bumbu yang istimewa. Sangat enak! Harganya relatif mahal sih, tapi sebanding dengan pengalaman makannya. Selain itu, ada fasilitas musholanya juga. ;) dapet kabar dari teman seperjuangan, bahwa tempat makan itu tutup karena pemiliknya sudah ganti dan akhirnya bumbu nya jadi tidak seenak dulu… huuuu :(
RM. Ayam Bakar Monosuko source : http://id.openrice.com

16)  Semarang
Tampaknya kita sudah hampir sampai di penghujung tulisan. Hehe. Di Kota Atlas, yang saya ingat, saya pernah diajak makan disebuah warung nasi goreng yang ada di belakang SMA Kolese Loyola. Kata teman saya waktu itu sih, nasi goreng babatnya enak. Saya sih nggak terlalu mikir ya, enaknya nasi goreng babat ya paling gitu-gitu aja. Tapi ini beda sodara.. disana terkenal murah. Dan memang murah sih waktu itu. Rasanya juga cukup lah.

Kalau sedang didaerah Semarang barat, saya bersama Pak Ikhsan dari Solo mampir di sebuah warung makan di kawasan Anjasmoro. Disana konsepnya kira-kira hampir sama dengan Agung Lestari Salatiga. Tapi pilihan menunya tidak begitu banyak.

17)  Kudus
Ya! Kota terakhir yang pernah saya singgahi selama bekerja di Fingertec adalah Kudus. Kota ini menawarkan Soto Kerbau. Saya waktu itu kesana dengan Pak Iwan dan kami mampir makan disebuah warung soto yang ramai. Banyak orang mengunjunginya. Lokasinya ada di daerah Ngembal, dari Kudus kota arah ke Pati. Citarasa sotonya hampir sama dengan Soto Semarang, hanya saja dagingnya dari daging kerbau. Enak, men!

Dan ini adalah penghujung tulisan saya. Saya ke Kudus biasanya untuk inspeksi fingerprint di PT Surya Indah Motor di kawasan Ngembal. Disana yang merupakan dealer Toyota, dibelakang bengkel lantai dua ada mushola dan kantin. Nah, saya sekali makan dikantin itu. (yang terakhir ini nggak penting ya)

Oke. Itu saja review tempat makan kenangan saya saat bekerja bersama Fingertec. Rasa-rasanya, ingin kembali mengulang pekerjaan yang menantang dan menyenangkan itu, tapi apa daya saya sekarang sudah jadi abdi negara. Dan kesimpulannya adalah : waktu itu saya dan tim kerja suka mencari makan ala prasmanan dan harga murah. Itu saja sih!

Ada yang mau ditambahkan?

8 comments:

  1. nanti saya mampir kalau lewat, makasih info nya gan

    ReplyDelete
  2. @Anak Nelayan :

    Silakaan. :) terimakasih sudah berkunjung dan berkoment :)

    ReplyDelete
  3. Hallo mas,
    ada no tlpnya rm.prasmanan agung lestari ndak? saya mau coba..
    terima kasih yaa..

    ReplyDelete
  4. @atas : Sayang sekali saya nggak ada mas.. Langsung datang saja. Lokasinya ada dua. di alun2/Pancasila Salatiga, sama Jl. Imam Bonjol Salatiga (dekat SPBU)

    ReplyDelete
  5. Mas, bisa share foto menunya gka? kira-kira kapan kesana lagi? saya mau booked untuk teman2 yang jalan karena sedang bikin trip.
    perkenalkan saya rena,,,

    ReplyDelete
  6. Halo Rena,

    Sayang sekali, saya tidak punya foto-foto menunya. Karena saya juga tidak berada di Salatiga. Sebagai gambaran saja, menunya adalah sayur-mayur dan laukpauk dengan pilihan sekitar 10 pilihan.. (mungkin lebih).. Berapa anggota? saya kira kalau dibawah 30 orang masih memungkinkan untuk ditujukan di Agung Lestari Imam Bonjol. Tempatnya luas..

    ReplyDelete
  7. Saya punya satu tempat yang recomended baik untuk sarapan, makan siang ataupun malam. Soto Jinten & Sop Ayam Kampung Mas Edi. Lokasinya daerah karangjati Sebelum kota Ungaran kalau arah Solo. Selain soto dan sop, masakan ala rames komplit tersedia sampai dengan ayam geprek juga ada. Harganya sangat terjangkau.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...